Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 5:16-23;
2 Kor. 7:1
Allah tidak hanya menguduskan kita seluruhnya, tetapi juga memelihara
dengan sempurna roh, jiwa, dan tubuh kita. "Seluruhnya" beraspek kuantitatif,
berhubungan dengan jumlah; "sempurna" beraspek kualitatif,
berhubungan dengan mutu. Secara kuantitatif, Allah menguduskan kita seluruhnya;
secara kualitatif, Allah memelihara kita dengan sempurna, yaitu Dia memelihara
roh, jiwa, dan tubuh kita sempurna. Karena kejatuhan, tubuh kita dirusak, jiwa
kita tercemar, dan roh kita dimatikan. Dalam keselamatan sempurna Allah, seluruh
diri kita akan diselamatkan, disempurnakan. Untuk ini, Allah memelihara roh
kita dari unsur yang mematikan (Ibr. 9:14), memelihara jiwa kita agar tidak tinggal
lagi di dalam alamiah dan keusangan (Mat. 16:24-26), dan memelihara tubuh kita
dari perusakan dosa (1 Tes. 4:4; Rm. 6:6). Pemeliharaan Allah yang sedemikian
ini dan pengudusan-Nya yang tuntas menunjang kita untuk menempuh kehidupan yang
kudus, hingga mencapai kematangan, agar kita dapat bertemu dengan Tuhan dalam parousia-Nya.
Roh kita terdiri dari tiga bagian: hati
nurani, persekutuan, (komunikasi), dan intuisi (perasaan langsung). Roh kita terutama
untuk bersekutu dengan Allah. Ketika bersekutu dengan Allah, kita berkontak dengan
Dia. Kontak dengan Allah ini dengan spontan memberi kita perasaan dan kesadaran
tentang Allah. Intuisi mengacu kepada perasaan dan kesadaran yang langsung dari
Allah. Melalui intuisi ini kita dapat mengetahui apakah kita ini benar atau salah.
Bila kita salah, kita akan dipersalahkan oleh hati nurani kita. Tetapi bila
kita benar, kita akan dibenarkan oleh hati nurani kita. Jadi hati nurani kita bertugas
menuduh dan menyalahkan atau membela dan membenarkan. Cara untuk memelihara roh
kita pertama-tama ialah menggunakannya untuk bersekutu dengan Allah. Jika kita
tidak bisa menggunakan roh kita seperti ini, roh kita akan tinggal dalam
situasi yang mati.
Cara pertama untuk memelihara roh kita ialah
menjaganya tetap hidup melalui menggunakannya dengan tepat. Pasal 5:16-19 mengatakan, "Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Ucapkanlah
syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus
Yesus bagi kamu. Janganlah padamkan Roh." Bersukacita, berdoa, dan mengucap
syukur ialah menggunakan roh kita. Bila kita menggunakan roh kita sedemikian,
roh kita akan hidup. Menggunakan roh akan membuat roh kita hidup, ialah cara
pertama untuk memelihara roh.
Cara lain untuk memelihara roh kita terdapat dalam 2 Korintus 7:1Ayat ini menunjukkan bahwa kita harus
menjauhi segala kecemaran baik daging maupun roh. Kita harus menjauhi segala sesuatu
yang mencemarkan roh kita. Inilah alasan kita harus menjaga mata kita dari memandang
hal-hal yang jahat, seperti gambar-gambar yang kotor. Gambar-gambar itu tidak hanya
mencemarkan mata kita, bahkan mencemarkan roh kita. Inilah hal yang telah saya
pelajari dari pengalaman. Pada tahun 1933, saya mengunjungi Kota Shanghai untuk
kali pertama. Gereja di sana mempunyai dua balai pertemuan: satu di sebelah Barat
Shanghai, dan yang lainnya di sebelah Utara, sangat berjauhan satu sama lain. Soal
transportasinya, kita sering menumpang trem listrik. Perjalanan dari Barat ke
Utara memakan waktu satu jam lebih. Mula-mula, setiap kali naik trem saya
melihat-lihat pemandangan jalan raya sekitarnya. Tetapi ketika sampai di balai
sidang, saya menyadari bahwa roh saya telah mati. Roh saya telah dimatikan
karena melihat begitu banyak hal di jalan tadi. Dari sini saya belajar menutup
mata dan berdoa ketika menumpang trem listrik. Hal itu menjaga roh saya. Dengan
belajar memelihara roh saya demikian maka sewaktu saya tiba di balai sidang di Utara
Shanghai, roh saya tetap hidup. Saya benar-benar telah dikuduskan di dalam roh
saya.
Sumber: Pelajaran-Hayat Tesalonika, Buku 2, Berita 23
No comments:
Post a Comment