Pembacaan Alkitab: Mzm. 73:1;
78:8; Ams. 4:23
Telah berkali-kali kita tunjukkan di saat yang lampau bahwa hati
kita merupakan komposisi dari semua bagian jiwa kita -- pikiran, emosi, dan tekad
-- ditambah satu bagian dari roh kita, yaitu hati nurani. Jadi, hati merupakan
komposisi dari semua bagian jiwa ditambah satu bagian dari roh. Jiwa kita ialah
pribadi kita, persona kita, diri kita. Istilah psikologi dalam bahasa Indonesia
adalah turunan dari psuche, bahasa Yunani yang berarti jiwa. Jiwa adalah
dasar dari semua hal psikologis. Psuche atau jiwa adalah "Aku", mengacu kepada manusia kita, yakni
pribadi kita. Inilah alasannya dalam Alkitab sering kali jumlah manusia disebut
jumlah jiwa. Contoh, kita dapat membaca bahwa tujuh puluh jiwa dari keluarga Yakub
turun ke Mesir (Kel. 1:5). Ini menunjukkan bahwa manusia adalah jiwa, karena
jiwa adalah persona manusia.
Sebagai manusia, kita mempunyai organ lahiriah,
yaitu tubuh, untuk berkontak dengan dunia jasmaniah yang kelihatan. Kita juga
mempunyai organ batiniah, yaitu roh, untuk berkontak dengan Allah dan ruang lingkup
rohani. Jiwa terletak di antara kedua organ ini, sebagai persona kita atau diri
kita.
Jiwa adalah persona orang itu sendiri, sedangkan
hati adalah persona dalam tindakan. Ini berarti, kapan saja Anda bertindak,
Anda bertindak berdasarkan hati Anda. Boleh dikatakan, hati kita adalah wakil
kita dalam tindakan. Kita mempunyai sesuatu di batin kita yang mewakili kita,
dan wakil ini ialah hati kita. Ketika seorang saudara berkata kepada istrinya,
"Aku cinta kepadamu, sayang," ini berarti hatinya mengasihi istrinya.
Demikian pula, bila kita membenci sesuatu, hati kitalah yang membenci. Bila
kita menikmati sesuatu atau tidak menyukai sesuatu, hati kitalah yang menikmati
atau tidak menyukai. Jadi, hati kita adalah wakil kita, pengemban tugas atau
duta manusia batiniah kita.
Berhubung hati itu perwakilan kita,
maka Salomo bertutur dalam Amsal 4:23, "Jagalah hatimu dengan
segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar (hasil) kehidupan." Menjaga
hati kita sesungguhnya berarti melindunginya. Kita harus menjaga hati kita
lebih daripada segalanya, karena dari situlah terpancar hasil kehidupan kita.
"Hasil" di sini menyiratkan sumber, pancaran, dan pengaliran keluar. Karena
itu, hati berhubungan dengan sumber kehidupan, pancaran kehidupan, dan
pengaliran kehidupan. Pertama kita memiliki sumber, lalu pancaran, dan kemudian
pengalirannya.
Dari hati kita terpancar segala hasil kehidupan sehari-hari kita.
Sebagai manusia, kita mempunyai hayat dan hayat ini bertindak melalui hati
kita. Menggunakan ilustrasi listrik dan saklar, kita boleh mengatakan bahwa
hati itu saklar apa adanya batiniah kita, hayat insani kita. Sebagaimana aliran
listrik tergantung pada saklar, begitulah kehidupan sehari-hari kita tergantung
pada sikap hati kita terhadap suatu hal. Hati kita merupakan saklar hayat manusia
kita, hidup sehari-hari kita, dan seluruh diri kita. "Kehidupan" dalam
Amsal 4:23 menyiratkan unsur organik, unsur hayat, juga menyiratkan kehidupan
dan aktivitas sehari-hari kita, yang pada hakikatnya adalah seluruh kehidupan
kita sebagai manusia. Jadi, kata "kehidupan" dalam ayat ini mencakup
segalanya. Sebagai manusia, kita memiliki kehidupan manusia dan kehidupan manusia
ini mempunyai unsur organik dan kehidupan sehari-hari. Saklar hayat ini adalah
hati.
Sumber: Pelajaran-Hayat Tesalonika, Buku 2, Berita 21
No comments:
Post a Comment