Hitstat

19 January 2015

1 Tesalonika - Minggu 11 Senin



Pembacaan Alkitab: Mzm. 73:1; 78:8; Ams. 4:23


Telah berkali-kali kita tunjukkan di saat yang lampau bahwa hati kita merupakan komposisi dari semua bagian jiwa kita -- pikiran, emosi, dan tekad -- ditambah satu bagian dari roh kita, yaitu hati nurani. Jadi, hati merupakan komposisi dari semua bagian jiwa ditambah satu bagian dari roh. Jiwa kita ialah pribadi kita, persona kita, diri kita. Istilah psikologi dalam bahasa Indonesia adalah turunan dari psuche, bahasa Yunani yang berarti jiwa. Jiwa adalah dasar dari semua hal psikologis. Psuche atau jiwa adalah "Aku", mengacu kepada manusia kita, yakni pribadi kita. Inilah alasannya dalam Alkitab sering kali jumlah manusia disebut jumlah jiwa. Contoh, kita dapat membaca bahwa tujuh puluh jiwa dari keluarga Yakub turun ke Mesir (Kel. 1:5). Ini menunjukkan bahwa manusia adalah jiwa, karena jiwa adalah persona manusia.

Sebagai manusia, kita mempunyai organ lahiriah, yaitu tubuh, untuk berkontak dengan dunia jasmaniah yang kelihatan. Kita juga mempunyai organ batiniah, yaitu roh, untuk berkontak dengan Allah dan ruang lingkup rohani. Jiwa terletak di antara kedua organ ini, sebagai persona kita atau diri kita.

Jiwa adalah persona orang itu sendiri, sedangkan hati adalah persona dalam tindakan. Ini berarti, kapan saja Anda bertindak, Anda bertindak berdasarkan hati Anda. Boleh dikatakan, hati kita adalah wakil kita dalam tindakan. Kita mempunyai sesuatu di batin kita yang mewakili kita, dan wakil ini ialah hati kita. Ketika seorang saudara berkata kepada istrinya, "Aku cinta kepadamu, sayang," ini berarti hatinya mengasihi istrinya. Demikian pula, bila kita membenci sesuatu, hati kitalah yang membenci. Bila kita menikmati sesuatu atau tidak menyukai sesuatu, hati kitalah yang menikmati atau tidak menyukai. Jadi, hati kita adalah wakil kita, pengemban tugas atau duta manusia batiniah kita.

Berhubung hati itu perwakilan kita, maka Salomo bertutur dalam Amsal 4:23, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar (hasil) kehidupan." Menjaga hati kita sesungguhnya berarti melindunginya. Kita harus menjaga hati kita lebih daripada segalanya, karena dari situlah terpancar hasil kehidupan kita. "Hasil" di sini menyiratkan sumber, pancaran, dan pengaliran keluar. Karena itu, hati berhubungan dengan sumber kehidupan, pancaran kehidupan, dan pengaliran kehidupan. Pertama kita memiliki sumber, lalu pancaran, dan kemudian pengalirannya.

Dari hati kita terpancar segala hasil kehidupan sehari-hari kita. Sebagai manusia, kita mempunyai hayat dan hayat ini bertindak melalui hati kita. Menggunakan ilustrasi listrik dan saklar, kita boleh mengatakan bahwa hati itu saklar apa adanya batiniah kita, hayat insani kita. Sebagaimana aliran listrik tergantung pada saklar, begitulah kehidupan sehari-hari kita tergantung pada sikap hati kita terhadap suatu hal. Hati kita merupakan saklar hayat manusia kita, hidup sehari-hari kita, dan seluruh diri kita. "Kehidupan" dalam Amsal 4:23 menyiratkan unsur organik, unsur hayat, juga menyiratkan kehidupan dan aktivitas sehari-hari kita, yang pada hakikatnya adalah seluruh kehidupan kita sebagai manusia. Jadi, kata "kehidupan" dalam ayat ini mencakup segalanya. Sebagai manusia, kita memiliki kehidupan manusia dan kehidupan manusia ini mempunyai unsur organik dan kehidupan sehari-hari. Saklar hayat ini adalah hati.


Sumber: Pelajaran-Hayat Tesalonika, Buku 2, Berita 21

No comments: