Pembacaan Alkitab: Flm. 8-16
Dalam
ayat 10-11 Paulus berkata, "Mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam
penjara, yakni Onesimus. Dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi
sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku." Selama dipenjara, Paulus
mendapatkan (melahirkan Tl.). Onesimus melalui Roh itu dengan hayat kekal Allah
(Yoh. 3:3; 1:13). Dalam bahasa Yunani, nama Onesimus berarti berfaedah, berguna,
membantu; ini adalah nama umum
bagi seorang budak. Ia adalah budak belian Filemon, yang menurut hukum Roma,
tidak mempunyai hak azasi sebagai manusia. Ia melarikan diri dari tuannya, ini
merupakan kejahatan yang patut dihukum mati. Ketika ia dipenjarakan di Roma bersama
rasul, ia telah beroleh selamat melalui rasul. Sekarang rasul mengirimkan dia
kembali dengan membawa surat ini kepada tuannya.
Ayat 12 melanjutkan, "Dia,
yang adalah buah hatiku, kusuruh kembali kepadamu." Secara harfiah, kata "buah hatiku"
berarti "bagian dalam", seperti dalam ayat 7, 20 (hati), Filipi 1:8 dan 2:1 (kasih mesra), dan Kolose 3:12 (belas kasihan). Kata ini menunjukkan kasih sayang yang dalam,
kelemahlembutan, belas kasihan. Kasih sayang dan belas kasihan batini Paulus menyertai
Onesimus kembali kepada Filemon.
Ayat 13-14
mengatakan, "Sebenarnya
aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku
dipenjarakan karena Injil, tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat
sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan
dengan sukarela." Sama seperti Tuhan tidak mau
melakukan apa-apa tanpa persetujuan kita, Paulus tidak mau menahan Onesimus
tanpa persetujuan Filemon.
Dalam ayat 15-16 Paulus berkata, "Sebab
mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari engkau, supaya engkau dapat menerimanya
untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai budak, melainkan lebih daripada budak,
yaitu sebagai saudara seiman yang terkasih, bagiku sudah demikian, apalagi
bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan." Tujuan khusus surat yang pendek ini ialah
menunjukkan kepada kita kesamaan status semua anggota Tubuh Kristus, dalam
hayat kekal Allah dan kasih ilahi. Dalam zaman Paulus yang setengah liar, hayat
Kristus telah meniadakan sistem perbudakan yang kuat di antara kaum beriman.
Karena perasaan kasih dalam persekutuan orang Kristen begitu kuat dan unggul, maka
tatanan masyarakat yang jahat di antara umat manusia yang jatuh dengan
sendirinya diabaikan, juga tidak perlu menegakkan emansipasi apa pun. Karena kelahiran
ilahi dan kehidupan yang berdasarkan hayat ilahi, maka seluruh orang beriman di
dalam Kristus memiliki status yang sama di dalam gereja; gereja adalah manusia
baru di dalam Kristus, dan di dalamnya tidak ada perbedaan antara orang merdeka
dengan budak (Kol. 3:10-11). Ini berdasarkan tiga fakta: (1) kematian Kristus
di kayu salib telah menghapuskan aturan dari berbagai cara hidup, untuk menciptakan
satu manusia baru (Ef. 2:15); (2) kita semua telah dibaptis ke dalam Kristus
dan telah menjadi satu dengan-Nya tanpa perbedaan apa pun (Gal. 3:27-28); dan
(3) di dalam manusia baru, Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu (Kol.
3:11). Hidup yang demikian dengan kasih yang demikian di dalam persekutuan yang
setara mampu menjaga urutan yang baik di dalam gereja (dalam Surat Titus),
merampungkan ekonomi Allah terhadap gereja (dalam Surat 1 Timotius), dan
melawan arus kemerosotan gereja (dalam Surat 2 Timotius). Dengan kedaulatan
Tuhan, dalam susunan Perjanjian Baru, surat ini ditempatkan di belakang ketiga
surat tersebut di atas.
Sumber: Pelajaran-Hayat Filemon, Berita 1
No comments:
Post a Comment