Pembacaan Alkitab: Titus 2:1-8
Dalam ayat 2 Paulus berpesan agar laki-laki yang tua
hendaknya bijaksana. Ia mengatakan hal yang sama mengenai perempuan-perempuan muda
(ayat 5) dan orang-orang muda (ayat 6). Dalam 1 Timotius 3:2 Paulus menyebut
hal-hal ini di antara syarat penilik gereja. Bersikap bijaksana tidak hanya
tanggap, tetapi juga arif dalam memahami segala perkara. Tidak peduli berapa umur
kita, kita semua perlu bijaksana. Jika kita adalah orang yang bijaksana, kita akan
terhindar dari kekristenan yang terlalu panas atau terlalu dingin. Di satu
pihak, kita perlu menyala-nyala di dalam roh; di pihak lain, kita perlu bijaksana.
Bila kita ingin menjadi manusia yang tepat, kita memerlukan kualitas ini.
Jika kita ingin sehat dalam iman, setiap hari kita
perlu berada di bawah transfusi yang berasal dari kesatuan organik antara kita
dengan Allah Tritunggal. Kata iman dalam ayat 2 tidak mengacu kepada kepercayaan
yang obyektif, hal-hal yang kita percayai, melainkan mengacu kepada tindakan percaya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita memerlukan iman yang menjaga kita dalam
kesatuan yang organik. Agar sehat dalam iman, kita perlu datang kepada firman dan
berkontak dengan Tuhan melalui doa yang hidup dengan roh kita. Kemudian kita
akan memiliki iman, infus Allah yang hidup ke dalam kita melalui kontak kita
dengan firman di dalam roh. Karena itu, iman adalah persona hidup yang diinfuskan
ke dalam kita. Semakin lama kita tinggal di dalam kesatuan yang organik dengan
persona ilahi ini, kita akan semakin sehat dalam iman.
Jika kita sehat dalam iman, secara otomatis kita
akan sehat dalam kasih. Mungkin sekali kita mencintai orang lain terlalu
berlebihan atau terlalu sedikit. Dalam kedua keadaan ini, kasih kita tidaklah sehat.
Sebaliknya, kita agak sakit dalam kasih kita.
Menurut Titus 2:2, laki-laki yang tua hendaknya sehat
dalam ketekunan (atau kesabaran). Bila kita mempunyai kesabaran yang cukup, kita
akan mampu menanggung hal-hal yang mengganggu kita dan merepotkan kita. Telah
saya tunjukkan bahwa orang yang tua lebih mudah jengkel. Sebagai seorang yang
mempunyai banyak anak cucu dan terlibat dengan banyak gereja dan rekan sekerja,
saya dapat bersaksi bahwa kesabaran sangat diperlukan. Misalnya, saya perlu sabar
hanya untuk memperhatikan semua surat yang saya terima hari demi hari. Begitu
banyaknya surat yang saya terima sehingga saya mempunyai penyimpan arsip untuk
mengelompokkan dan menyusunnya. Hal ini pun memerlukan kesabaran. Bila saya kurang
sabar, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan terhadap surat-surat itu.
Mereka yang telah tua lebih memerlukan kesabaran. Semakin
tua, kita semakin memerlukan kesabaran. Khususnya, para penatua di gereja. Misalnya,
kadang-kadang telepon berdering larut malam. Menanggapi telepon seperti itu
dengan wajar memerlukan kesabaran.
Sumber: Pelajaran-Hayat Titus, Berita 3
No comments:
Post a Comment