Pembacaan Alkitab: Titus 2:9-15
Dalam 2:10 Paulus berbicara tentang "Allah Juruselamat
kita". Juruselamat kita bukan hanya Kristus, lebih-lebih Allah Tritunggal
yang menjelma dalam Kristus, seperti yang ditunjukkan dalam ayat 13. Allah Juruselamat
kita bukan hanya ingin menyelamatkan kita, tetapi juga ingin mengajarkan pengetahuan
yang penuh akan kebenaran kepada kita (1 Tim. 2:4). Jadi, di sini disebutkan
ajaran Allah Juruselamat kita, yang dapat dipercantik, dihias dengan karakter
yang telah diubah dari orang yang paling hina, yang diselamatkan oleh
anugerah-Nya.
Ayat 11-14 memberi kita suatu ringkasan dari
ekonomi keselamatan Allah. Rasul memakai ini sebagai alasan dari nasihat yang
diberikannya dalam ayat 1-10. Ayat 11 mengatakan, "Karena
anugerah Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata." Anugerah Allah
sebenarnya adalah diri Allah dalam Kristus sebagai segala sesuatu kita untuk
kita nikmati. Anugerah ini memainkan peranan yang sangat penting dalam ekonomi keselamatan
Allah. Anugerah datang oleh Kristus (Yoh. 1:17). Anugerah ini telah diberikan
kepada kita dalam kekekalan (2 Tim. 1:9), tetapi dalam Perjanjian Lama anugerah
ini masih tersembunyi. Sampai Perjanjian Baru, anugerah ini ternyata melalui penyataan
Kristus kali pertama (2 Tim. 1:10), yang membawakan keselamatan kepada semua
orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.
Dalam
ayat 12 Paulus mengatakan bahwa anugerah Allah mendidik kita "supaya
kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita
hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini". Keinginan-keinginan duniawi mengacu
kepada hawa nafsu yang mendapatkan kepuasannya di dalam di dunia ini. Kefasikan
adalah tidak adanya ekspresi Allah; hawa nafsu duniawi adalah ekspresi daging
kita. Keduanya ini harus ditolak agar kita dapat menempuh hidup yang
mengekspresikan Allah dan membatasi daging. Hidup dengan bijaksana ditujukan kepada
diri kita; adil ditujukan kepada orang lain; dan ibadah ditujukan kepada Allah.
Oleh anugerah Allah kita sedang dilatih hidup dengan bijaksana, adil, dan
beribadah. Hal ini menuntut kita menyangkal kefasikan dan hawa nafsu duniawi. Kefasikan
adalah suatu kehidupan yang tidak mengekspresikan Allah. Kita seharusnya tidak melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan yang gagal mengekspresikan Allah.
Selanjutnya, kita harus meninggalkan apa pun yang menarik kita ataupun menyeret
kita kepada hal-hal duniawi. Dengan menjauhkan kefasikan dan hawa nafsu
duniawi, kita seharusnya menempuh suatu kehidupan yang bijaksana terhadap diri
kita sendiri, adil terhadap orang-orang lain, dan beribadah terhadap Allah.
Dalam
ayat 13 Paulus meneruskan, "Dengan menantikan penggenapan pengharapan
kita yang penuh berkat dan penampakan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan
Juruselamat kita Kristus Yesus."
Kita harus menantikan dengan penuh harapan apa yang telah kita terima dengan
iman. Menurut ayat 13, kita sedang menantikan pengharapan yang penuh bahagia, yaitu
penyataan Kristus dalam kemuliaan-Nya. Penyataan Kristus akan membawa kita ke dalam
keputraan yang penuh, yaitu penebusan tubuh kita, agar kita dapat menikmati
kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah, yang untuknya kita diselamatkan (Rm.
8:21-25). Inilah pengharapan akan hidup yang kekal (1:2), pengharapan akan
berkat kekal, pengharapan yang penuh bahagia dalam hayat kekal Allah
Tritunggal, yang menjadi dasar kerasulan Paulus.
Sumber: Pelajaran-Hayat Titus, Berita 4
No comments:
Post a Comment