Pembacaan
Alkitab: Ibr. 1:1-2; Yoh. 1:1, 4
Yang ditekankan dalam surat ini adalah Allah yang telah berbicara,
bukan manusia. Karena itu, surat ini tidak mencantumkan penulisnya, bahkan nama
pembicara dari kutipan‑kutipan Perjanjian Lama juga tidak disebut. Menurut
konsepsi surat ini, seluruh Kitab Suci adalah pembicaraan Allah. Maka, dalam
mengacu kepada Perjanjian Lama, surat ini selalu mengatakan bahwa itu adalah
pembicaraan Roh Kudus (3:7; 9:8; 10:15‑17).
Kita perlu melihat masalah pembicaraan Allah ini. Jika dalam alam
semesta ada Allah, apakah yang pertama-tama akan Ia lakukan? Sudah tentu,
perkara pertama yang akan Ia lakukan ialah berbicara. Jika Allah itu hidup, tentu
Ia berbicara. Kalau Ia itu riil, maka pembicaraan‑Nya akan menyatakan realitas‑Nya.
Kalau Ia bergerak, Ia pun bergerak melalui bicara. Jika Ia bekerja, pasti juga
melalui pembicaraan‑Nya.
Apakah
pembicaraan Allah itu? Pembicaraan Allah bukan sekadar kata‑kata belaka,
tetapi juga hembusan atau nafas‑Nya. Ketika Allah berbicara kepada Anda, Ia
menghembuskan diri‑Nya ke dalam Anda. Bila Allah berbicara kepada Anda, Ia
masuk ke dalam Anda. Karena itu, bila Anda mendengar pembicaraan Allah,
menerima firman Allah, Anda akan memiliki suatu kaitan atau hubungan dengan
Allah. Allah sering memakai pembicaraan‑Nya untuk mengganggu kita. Entah sudah
berapa kali saya diganggu oleh pembicaraan‑Nya. Jika Anda ingin menghindar dari
keterkaitan Anda dengan Allah, lebih baik tutup saja telinga Anda terhadap
pembicaraan‑Nya. Allah senantiasa berbicara. Ia tidak pernah menelan perkataan‑Nya
sendiri. Begitu Ia menghembuskan firman‑Nya, Ia tidak akan menariknya kembali.
Mungkin Allah berkata kepada Anda, "Temuilah istrimu dan minta maaf
kepadanya!" Anda boleh jadi akan membantah, "Mengapa aku harus minta
maaf kepadanya? Aku tidak mau." Namun, perkataan itu mendengung terus,
"Ayo, pergi minta maaf" Ada orang yang tidak menaati perkataan dari
Tuhan itu bersaksi bahwa dalam mimpinya ia bahkan sampai mengigau, "Ayo,
pergi minta maaf" Istrinya terbangun dan bertanya, "Apa maksudmu
minta maaf?" Allah berbicara kepada saudara itu menyuruhnya minta maaf kepada
istrinya, tetapi ia tidak menaatinya. Maka akhirnya, dalam mimpi pun ia
mengigau, "Ayo, pergi minta maaf" Pembicaraan Allah memang terus‑menerus.
Begitu firman Allah keluar dari mulut‑Nya, tidak ada yang bisa
mengembalikannya kepada‑Nya. Mungkin Anda tidak mau menaati apa yang Ia katakan
pada masa hidup Anda sekarang, tetapi pada masa kelak, harus Anda turuti juga.
Setiap manusia harus percaya kepada apa yang Allah katakan. Hari ini boleh saja
mereka tidak mau percaya, namun di alam kekal nanti, mereka harus percaya juga.
Allah telah berbicara bahkan masih berbicara. Kita tahu Allah itu
riil karena Ia berbicara. Dari pembicaraanNya pula, kita tahu Ia sedang
bekerja dalam pemulihanNya. Walaupun saya sudah menjadi orang Kristen sekian
lama, tetapi tidak pernah saya mendengar Allah berbicara sebanyak hari ini di
antara kita. Satu Samuel 3:1 mengatakan bahwa pada masa itu firman Tuhan
jarang. Hari ini firman Tuhan tidak jarang! Dalam pemulihan Tuhan hari ini,
firman Allah berlimpah‑limpah dan berlipat ganda. Dari hari ke hari, dari satu
sidang ke sidang lainnya, Allah terus berbicara. Tidak tahukah Anda bahwa Allah
sedang berbicara? Pembicaraan‑Nya membuktikan bahwa Ia sedang bekerja.
Setiap orang di antara kita pasti sedikit banyak mengalami Allah
berbicara. Namun banyak orang Kristen yang tidak berada dalam pemulihan Tuhan
mengatakan bahwa mereka tidak mengerti apa yang kita ucapkan ketika kita
bersaksi bahwa kita mengalami Allah berbicara dengan berlimpah‑limpah. Bila hal
ini kita jelaskan kepada mereka, mereka boleh jadi berkata, "Kami sudah sangat
lama tidak mendengar Allah berbicara." Apa sebabnya di antara sekian
banyak orang Kristen itu tidak ada pembicaraan Allah? Sebab di antara mereka
tidak terdapat pergerakan dan pekerjaan Allah.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 2
No comments:
Post a Comment