Pembacaan Alkitab: Titus 2:9-15
Setelah
berbicara tentang gereja dan kehidupan keluarga, Paulus selanjutnya berpesan
kepada para budak agar berlaku baik dalam sistem masyarakat perbudakan
(2:9-15). Tentu saja Paulus tidak setuju dengan sistem perbudakan. Namun sebagai
guru yang ditunjuk oleh Allah dan sebagai orang yang memiliki pandangan rohani,
dia tidak menjamah sistem sosial yang ada. Menjamah sistem sosial yang ada akan
memberi kesan kepada pembaca suratnya bahwa dia adalah seorang pembaru masyarakat,
bukan pengajar ekonomi Allah, seorang pemberita kabar baik. Paulus tidak
melibatkan dirinya dengan reformasi sistem sosial. Sebaliknya ia memberi pengajaran
kepada para hamba (budak) perlu bertingkah laku sesuai dengan standar tertinggi
karakter manusia. Para budak hendaknya mempunyai kesaksian yang baik dari kehidupan
Yesus dalam kehidupan insani mereka.
Ketika Surat Titus ditulis, sejumlah budak telah menjadi
kaum beriman di dalam Kristus. Menurut hukum sipil, seorang budak tidak
mempunyai hak. Seorang majikan boleh memberi stempel kepada seorang budak seolah-olah
budak itu seekor kuda atau keledai. Selanjutnya, seorang majikan secara sah
boleh membunuh seorang budak. Suatu sistem yang mengerikan! Yang pasti, Allah terang-terangan
menentang sistem sosial yang sedemikian itu, karena sistem itu sama sekali
bertentangan dengan kedudukan manusia dalam penciptaan-Nya. Paulus tentu tidak
setuju dengan sistem sosial yang jahat itu. Tetapi dia tidak berusaha memperbaruinya,
sebaliknya ia berpesan kepada para budak agar bertingkah laku dengan baik, hidup
menurut standar keinsanian Tuhan Yesus. Di tengah-tengah sistem sosial yang
tidak adil sedemikianpun, orang-orang Kristen dapat menempuh kehidupan dengan
standar insani yang tertinggi. Suatu kesaksian yang sehat.
Tidak peduli betapa buruknya sistem sosial tertentu
pada hari ini, tidak ada yang seburuk sistem perbudakan dalam Kekaisaran
Romawi. Bagi kaum saleh, menempuh kehidupan insani seperti Yesus dalam sistem sosial
seperti itu adalah suatu kesaksian hayat ilahi yang menakjubkan. Ini adalah
hikmat Allah bahwa seorang budak yang dibeli dan dicap seperti binatang, dapat
mempersaksikan hayat ilahi menurut standar tertinggi.
Ada orang yang mengkritik Paulus karena tidak berusaha
memperbarui sistem sosial itu. Akan tetapi, kita menyadari bahwa Paulus menggunakan
sistem sosial yang terburuk sebagai suatu kesempatan untuk menasihati kaum
beriman agar menempuh kehidupan insani seperti Yesus di tengah-tengah sistem
sosial itu. Bila kaum saleh dapat menempuh kehidupan insani yang sedemikian itu
di dalam sistem sosial yang paling buruk, maka kita seharusnya dapat menempuh
kehidupan semacam itu dalam lingkungan yang bagaimanapun pada hari ini. Puji
Tuhan bahwa oleh hayat ilahi kita dapat memiliki kehidupan insani tertinggi,
bahkan di dalam sistem sosial yang terburuk sekalipun!
Sumber: Pelajaran-Hayat Titus, Berita 4
No comments:
Post a Comment