Hitstat

12 June 2015

Ibrani - Minggu 3 Jumat



Pembacaan Alkitab: Ibr. 2:5-10


Ini sekali lagi membawa kita kepada perihal trinitas ilahi. Menurut Alkitab, perihal trinitas ilahi dapat kita je­laskan dalam dua cara. Pertama secara doktrinal, kedua secara pengalaman. Pada suatu hari Filipus, seorang murid Tuhan, berkata kepada Tuhan, "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami" (Yoh. 14:8). Ini adalah satu persoalan yang doktrinal. Secara doktrinal, Putra adalah Putra dan Bapa adalah Bapa. Mungkin Filipus berpikir demikian, "Sekarang Putra berbicara kepada kita, tetapi kami belum pernah melihat Bapa. Aku akan minta Putra agar Ia memperlihatkan Bapa kepada kami." Tetapi Tuhan tidak menjawab Filipus secara doktrinal, melainkan secara pengalaman. "Kata Yesus kepadanya, ‘Telah sekian lama Aku bersama‑sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Siapa saja yang telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau barkata : Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami’" (Yoh. 14:9). Asalkan Filipus telah melihat Putra, ia telah melihat Bapa.

Kristus adalah Putra Allah, juga Allah sendiri. Kalau Anda ingin memahami perihal trinitas ilahi menurut otak Anda, bagaimana Anda menjelaskan Ibrani 1:8‑9? "Tetapi tentang Anak Ia berkata, ‘Takhta‑Mu, ya Allah, tetap un­tuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan‑Mu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan, sebab itu Allah, Allah‑Mu telah meng­urapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman‑teman sekutu‑Mu." Ayat 8 mengatakan, "Teta­pi tentang Anak Ia berkata, ‘Takhta‑Mu, ya Allah . . . " Kata "Ya Allah" dengan "Allah‑Mu" di sini semua ditujukan kepada Putra. Apakah artinya? Nampaknya seolah menun­jukkan Allah dari Allah. "Ya Allah ... Allah‑Mu." Karena Putra ialah Allah sendiri, maka ayat 8 mengatakan, "Ya Allah." Karena Putra juga manusia, maka Allah pun ada­lah Allah‑Nya, maka ayat 9 mengatakan, "Allah‑Mu." Kristus kita tidak sederhana. Ia beraspek banyak. Dia adalah Putra Allah, bahkan Allah sendiri. Dia juga Putra Manusia, ma­nusia sejati. Untuk mewahyukan "keselamatan yang se­besar itu", Surat Ibrani pertama‑tama menerangkan kepada kita bahwa Kristus adalah Putra Allah, bahkan Allah sendiri. Putra Allah bahkan Allah sendiri ini adalah salah satu unsur dari "keselamatan yang sebesar itu". Jadi, be­sarnya keselamatan ini terletak pada apa adanya Allah dan pada seluruh kepenuhan ke‑Allahan.

Sekarang mari kita melihat pemimpin keselamatan (2:10). Kalau karunia keselamatan hanya menyelamatkan kita dari neraka, kita tidak perlu seorang pemimpin. Tetapi jika kita ingin masuk ke dalam kemuliaan, masuk ke da­lam tanah permai perhentian, kita perlu seorang pemimpin. Karunia keselamatan Allah tidak hanya menyelamatkan kita dari neraka dan membawa kita ke dalam surga, lebih-­lebih akan menyelamatkan kita dari segala hal yang nega­tif, dan membawa kita ke dalam kemuliaan, yaitu mema­suki suatu perhentian yang mulia. Jadi, keselamatan ini bukanlah yang bisa rampung dalam semalam, tetapi yang melalui proses seumur hidup. Kita harus mengikuti pemim­pin kita seumur hidup kita.

Demikian pula halnya, sejak kita diselamatkan, diam­puni, dibenarkan, dan dilahirkan kembali, sejak itu pula peperangan di mulai. Di satu pihak, dalam pemulihan Tuhan, kita adalah pasukan yang harus berperang untuk membuka jalan di depan. Tidak ada jalan yang bisa kita tempuh se­lain berperang. Kita semua harus berperang di bawah pe­mimpin kita. Yesus, Juruselamat kita adalah Pemimpin yang berperang. Ia berperang dan kita harus mengikuti‑Nya dan merebut setiap jengkal jalan. Kristus adalah Pemimpin ke­selamatan. Tanpa Pemimpin ini dalam keselamatan kita, keselamatan kita tidak akan terbilang besar. Keselamatan yang besar itu bukan hanya mencakup Kristus sebagai Putra Allah, sebagai Allah dan sebagai Putra Manusia, se­bagai Manusia, tetapi juga mencakup Dia sebagai Pemimpin keselamatan, yang memimpin dan berperang agar kita boleh mengikuti Dia masuk ke dalam kemuliaan. Pemimpin keselamatan adalah faktor yang membuat keselamatan kita menjadi "alangkah besar"'.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 6

No comments: