Pembacaan
Alkitab: Ibr. 2:10; Rm. 8:17-18, 21
Untuk merampungkan kehendak Allah yang akan membawa banyak putra
ke dalam kemuliaan, Allah perlu memiliki satu teladan atau contoh. Orang ini
harus memiliki syarat‑syarat menjadi Pemimpin agar memimpin banyak putra
masuk ke dalam kemuliaan. Pemimpin ini ialah Yesus. Namun, sebelum Yesus
menjadi Pemimpin, Ia harus mengalami banyak penderitaan, agar Ia menjadi
sempurna (2:10). Kata "sempurna" dalam 2:10 ini berarti dirampungkan
atau digenapkan hingga tamat. Disempurnakan berarti dinyatakan memenuhi syarat.
Sebelum Ia berinkarnasi, Yesus belum memenuhi syarat menjadi Pemimpin
Keselamatan. Ia baru mempunyai syarat menjabat Pemimpin sesudah Ia mengalami
penderitaan manusia. Karena itu, disempurnakannya Yesus tidaklah berarti budi
pekerti dan sifat‑Nya tidak sempurna, tetapi dalam hal pengalaman penderitaan‑Nya
sebagai manusia perlu disempurnakan, yang membuat‑Nya cocok menjadi Pemimpin,
Panglima keselamatan para pengikutNya. Karena Yesus telah melalui semua
penderitaan manusia. Ia telah disempurnakan, memenub syarat, untuk menjabat
sebagai Pemimpin. Ia kini telah memenuhi syarat untuk membawa banyak putra
Allah ke dalam kemuliaan, yang telah Ia masuki sebagai Pelopor.
Karena Yesus
dalam tubuh daging telah disempurnakan mengalami penderitaan manusia, maka Ia
cukup syarat memegang jabatan Pemimpin keselamatan. Ia telah menjadi Pelopor,
Pemimpin, dan Panglima. Ia telah membuka jalan menuju kemuliaan, Ia sendiri
telah lebih dulu memasuki kemuliaan itu. Kini Ia menjadi Pemimpin kita, dan
tengah memimpin pengikut‑pengikut‑Nya masuk ke dalam kemuliaan.
Keselamatan kita disebut "keselamatan yang sebesar itu".
Keselamatan ini sangat dalam, bukan hanya menyelamatkan kita dari kejatuhan,
tetapi juga membawa kita ke dalam kemuliaan. Kita bukan masuk ke dalam kemuliaan
secara mendadak, seperti diculik, melainkan memasukinya dengan menempuh jalan
penderitam setindak demi setindak.
Semakin kita mengikuti Kristus pada jalan‑Nya, kita harus semakin
bersedia mengalami penderitaan. Penderitaan itu berfaedah, sangat membantu
kita. Kita bahkan harus mencium penderitaan menghargainya, dan berterima kasih
kepada Tuhan atas penderitaan, karena setiap penderitam selalu membantu kita.
Pada suatu hari, cepat atau lambat, Anda akan berkata, "Wahai, penderitaan,
engkau telah menjadi penolongku yang terkasih. Mu berhutang banyak kepadamu.
Ketika aku mengalamimu, aku sangat jengkel kepadamu, sebab aku tidak kenal
betapa besar pertolongan yang kuterima darimu. Terima kasih atas semua yang
kaulakukan bagiku itu." Semakin kita berdoa dan mengasihi Tuhan, semakin
banyak pula kesulitan yang mungkin kita alami. Menurut pengalaman kita,
dapatlah kita mengerti bahwa banyak kesulitan telah ditakar oleh Allah dengan
cermat. Tidak terlalu panjang, juga tidak terIalu pendek, melainkan tepat
sekali pada waktunya. Kalau kita mengenang kembali semua pengalaman kita yang
lampau, kita akan merasa alangkah baiknya perkara itu terjadi pada waktu itu.
Maka, janganlah kita terganggu oleh penderitaan. Apa pun yang terjadi, katakan
saja, "Puji Tuhan. Ini proses penting untuk masuk ke dalam
kemuliaan." Lihatlah Pemimpin kita. Dia merintis, Dia berperang. Mari
kita. mengikuti Dia. Dia tidak membawa kita ke dalam kemuliaan yang obyektif,
melainkan kemuliaan yang telah Ia tanamkan di dalam kita. Kemuliaan ini
bagaikan sebutir benih tertabur dalam batin kita, yang akan bertumbuh sehingga
menjadi kemuliaan yang akan kita masuki. Semoga Roh Kudus lebih banyak berbicara
kepada kita tentang masuk ke dalam kemuliaan ini.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 9
No comments:
Post a Comment