Hitstat

24 June 2015

Ibrani - Minggu 5 Rabu



Pembacaan Alkitab: Ibr. 2:10; Rm. 8:17-18, 21


Untuk merampungkan kehendak Allah yang akan membawa banyak putra ke dalam kemuliaan, Allah perlu memiliki satu teladan atau contoh. Orang ini harus memi­liki syarat‑syarat menjadi Pemimpin agar memimpin ba­nyak putra masuk ke dalam kemuliaan. Pemimpin ini ialah Yesus. Namun, sebelum Yesus menjadi Pemimpin, Ia harus mengalami banyak penderitaan, agar Ia menjadi sempurna (2:10). Kata "sempurna" dalam 2:10 ini berarti dirampungkan atau di­genapkan hingga tamat. Disempurnakan berarti dinyatakan memenuhi syarat. Sebelum Ia berinkarnasi, Yesus belum memenuhi syarat menjadi Pemimpin Keselamatan. Ia baru mempunyai syarat menjabat Pemimpin sesudah Ia meng­alami penderitaan manusia. Karena itu, disempurnakannya Yesus tidaklah berarti budi pekerti dan sifat‑Nya tidak sem­purna, tetapi dalam hal pengalaman penderitaan‑Nya sebagai manusia perlu disempurnakan, yang membuat‑Nya cocok menjadi Pemimpin, Panglima keselamatan para pengikut­Nya. Karena Yesus telah melalui semua penderitaan manu­sia. Ia telah disempurnakan, memenub syarat, untuk men­jabat sebagai Pemimpin. Ia kini telah memenuhi syarat untuk membawa banyak putra Allah ke dalam kemuliaan, yang telah Ia masuki sebagai Pelopor.

Karena Yesus dalam tubuh daging telah disempurna­kan mengalami penderitaan manusia, maka Ia cukup syarat memegang jabatan Pemimpin keselamatan. Ia telah menjadi Pelopor, Pemimpin, dan Panglima. Ia telah membuka jalan menuju kemuliaan, Ia sendiri telah lebih dulu memasuki kemuliaan itu. Kini Ia menjadi Pemimpin kita, dan tengah memimpin pengikut‑pengikut‑Nya masuk ke dalam kemuliaan.

Keselamatan kita disebut "keselamatan yang sebesar itu". Keselamatan ini sangat dalam, bukan hanya menyelamatkan kita dari kejatuhan, tetapi juga membawa kita ke dalam kemuliaan. Kita bukan masuk ke dalam kemuliaan secara mendadak, seperti diculik, melainkan memasukinya dengan menempuh jalan penderitam setindak demi setindak.

Semakin kita mengikuti Kristus pada jalan‑Nya, kita harus semakin bersedia mengalami pende­ritaan. Penderitaan itu berfaedah, sangat membantu kita. Kita bahkan harus mencium penderitaan menghargainya, dan berterima kasih kepada Tuhan atas penderitaan, ka­rena setiap penderitam selalu membantu kita. Pada suatu hari, cepat atau lambat, Anda akan berkata, "Wahai, pen­deritaan, engkau telah menjadi penolongku yang terkasih. Mu berhutang banyak kepadamu. Ketika aku mengalami­mu, aku sangat jengkel kepadamu, sebab aku tidak kenal betapa besar pertolongan yang kuterima darimu. Terima kasih atas semua yang kaulakukan bagiku itu." Semakin kita berdoa dan mengasihi Tuhan, semakin banyak pula ke­sulitan yang mungkin kita alami. Menurut pengalaman kita, dapatlah kita mengerti bahwa banyak kesulitan telah ditakar oleh Allah dengan cermat. Tidak terlalu panjang, juga tidak terIalu pendek, melainkan tepat sekali pada waktunya. Kalau kita mengenang kembali semua penga­laman kita yang lampau, kita akan merasa alangkah baik­nya perkara itu terjadi pada waktu itu. Maka, janganlah kita terganggu oleh penderitaan. Apa pun yang terjadi, ka­takan saja, "Puji Tuhan. Ini proses penting untuk masuk ke dalam kemuliaan." Lihatlah Pemimpin kita. Dia merin­tis, Dia berperang. Mari kita. mengikuti Dia. Dia tidak mem­bawa kita ke dalam kemuliaan yang obyektif, melainkan kemuliaan yang telah Ia tanamkan di dalam kita. Kemuliaan ini bagaikan sebutir benih tertabur dalam batin kita, yang akan bertumbuh sehingga menjadi kemuliaan yang akan kita masuki. Semoga Roh Kudus lebih banyak berbi­cara kepada kita tentang masuk ke dalam kemuliaan ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 9

No comments: