Pembacaan
Alkitab: Ibr. 2:10-13
Sewaktu bani Israel masuk ke tanah permai, mereka mulai berbunga.
Itulah kemuliaan mereka. Setibanya mereka di tanah permai, mereka mulai
berperang. Maka tahap berbunga itu juga merupakan tahap peperangan. Peperangan
pertama yang mereka hadapi terjadi di Yerikho, kemudian berperang terus, hingga
semua musuh ditaklukkan oleh Daud dan Bait Suci terbangun. Kemudian kemuliaan
Allah memenuhi bait tersebut (1 Raj. 8:10). Terlibat jelas bahwa kemuliaan yang
memenuhi bait itu turun dari atas; tetapi pada hakikatnya kemuliaan itu sudah
ada menyertai bani Israel. Sejak mereka menyeberang Laut Merah, kemuliaan itu
sudah ada bersama‑sama dengan mereka. Yakni berada dalam tiang awan dan tiang
api (Kel. 14:19, 24). Ketika mereka membangun Bait Suci, kemuliaan itu segera
memenuhi bait itu. Saya ulangi, kemuliaan itu bukan datang dari atas,
melainkan sudah ada di sana sejak semula dan menanti‑nantikan pertumbuban dan
perkembangan mereka. Bila bani Israel berkembang dan dewasa, sepenuhnya,
kemuliaan itu serta merta memenuhi bait.
Tuhan Yesus bukan masuk ke dalam kemuliaan secara tiba‑tiba.
Selama Ia berada di bumi, dari hari ke hari Ia selalu berperang. Benih
kemuliaan yang ada di dalam‑Nya berperang mencari jalan keluar. Bila Anda
membaca keempat kitab Injil, Anda dapat melihat bahwa seumur hidup:Nya di bumi,
Tuhan Yesus terus menempuh hidup peperangan; kisah hidup‑Nya merupakan kisah
peperangan. Ia selalu berperang bagi pertumbuhan benih kemuliaan itu. Ia
berperang agar kemuliaan terpancar keluar dan agar Ia dibawa masuk ke dalam
kemuliaan.
Jangan mengira Tuhan masuk ke dalam kemuliaan ketika Ia naik ke
surga. Tidak. Sebelum kenaikan‑Nya ke surga, selagi Ia masih di bumi pada hari
kebangkitan‑Nya, Ia sudah memasuki kemuliaan. Lukas 24:26 menunjukkan bahwa
Kristus masuk ke dalam kemuliaan bukan melalui kenaikan, melainkan melalui
kebangkitan. Kebangkitan‑Nya adalah masuknya Dia ke dalam kemuliaan. Seluruh
hidupNya, sejak Ia dilahirkan hingga Ia bangkit dari kematian, adalah proses
peperangan. Dan peperangan‑Nya itu bukan hanya untuk kemenangan, tetapi juga
untuk kemuliaan. Ia berperang untuk memperoleh kemuliaan; peperangan‑Nya
membukakan jalan ke dalam kemuliaan. Dalam hal ini Dialah Pelopornya, yang
membuka jalan menuju kemuliaan. Karena itu, dengan sendirinya Ia layak menjadi
Pemimpin mereka yang juga akan masuk ke dalam kemuliaan. Jadi, Ia telah menjadi
Pemimpin keselamatan kita. Hari ini kita semua mengikuti jejak Pelopor ini,
yang telah membukakan jalan masuk ke dalam kemuliaan. Kemuliaan ini kini merupakan
tanah yang permai. Kita harus menyeberang sungai dan memasuki tanah ini.
Kristus telah menyeberang sungai dan Ia kini berada di seberang, yaitu di tanah
yang mulia. Walaupun Ia telah berada dalam kemuliaan, namun kita belum
memasukinya. Kita masih di tengah jalan sambil maju terus mengikuti Pemimpin
kita.
Untuk memimpin banyak putra ke dalam kemuliaan, Allah memerlukan
suatu alam lingkungan yang cocok. Karena itu Ia menciptakan langit, bumi, dan
segala sesuatu. Jadi, segala sesuatu adalah untuk menggenapkan usaha‑Nya yang
mulia itu.
Segala sesuatu yang Allah ciptakan untuk menggenapkan usaha‑Nya
yang mulia itu ada melalui Allah sendiri. Allahlah yang mempertahankan segala
sesuatu dalam alam semesta ini, agar semuanya itu berguna demi tujuan
menggenapkan usaha‑Nya yang mulia.
Segala sesuatu ada karena Allah dan diciptakan melalui Allah. Di
dalam segala sesuatu terdapat banyak putra Allah dan mereka adalah inti
penciptaan Allah. Segala sesuatu berfaedah untuk putra‑putra Allah, karena
usaha Allah adalah memimpin banyak putra‑Nya masuk ke dalam kemuliaan. Hal ini
memerlukan banyak peperangan. Itulah sebabnya Putra sulung Allah harus menjadi
Pemimpin keselamatan bagi putra‑putra‑Nya yang banyak itu.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 9
No comments:
Post a Comment