Hitstat

23 June 2015

Ibrani - Minggu 5 Selasa



Pembacaan Alkitab: Ibr. 2:10-13


Sewaktu bani Israel masuk ke tanah permai, mereka mulai berbunga. Itulah kemuliaan mereka. Setibanya mereka di tanah permai, mereka mulai berperang. Maka tahap berbunga itu juga merupakan tahap peperangan. Peperang­an pertama yang mereka hadapi terjadi di Yerikho, kemudian berperang terus, hingga semua musuh ditaklukkan oleh Daud dan Bait Suci terbangun. Kemudian kemuliaan Allah memenuhi bait tersebut (1 Raj. 8:10). Terlibat jelas bahwa kemuliaan yang memenuhi bait itu turun dari atas; tetapi pada hakikatnya kemuliaan itu sudah ada menyertai bani Israel. Sejak mereka menyeberang Laut Merah, kemuliaan itu sudah ada bersama‑sama dengan mereka. Yakni berada dalam tiang awan dan tiang api (Kel. 14:19, 24). Ketika mereka membangun Bait Suci, kemuliaan itu segera memenuhi bait itu. Saya ulangi, kemuliaan itu bukan da­tang dari atas, melainkan sudah ada di sana sejak semula dan menanti‑nantikan pertumbuban dan perkembangan mereka. Bila bani Israel berkembang dan dewasa, sepenuh­nya, kemuliaan itu serta merta memenuhi bait.

Tuhan Yesus bukan masuk ke dalam kemuliaan secara tiba‑tiba. Selama Ia berada di bumi, dari hari ke hari Ia selalu ber­perang. Benih kemuliaan yang ada di dalam‑Nya berperang mencari jalan keluar. Bila Anda membaca keempat kitab Injil, Anda dapat melihat bahwa seumur hidup:Nya di bumi, Tuhan Yesus terus menempuh hidup peperangan; kisah hi­dup‑Nya merupakan kisah peperangan. Ia selalu berperang bagi pertumbuhan benih kemuliaan itu. Ia berperang agar kemuliaan terpancar keluar dan agar Ia dibawa masuk ke dalam kemuliaan.

Jangan mengira Tuhan masuk ke dalam kemuliaan ketika Ia naik ke surga. Tidak. Sebelum kenaikan‑Nya ke surga, selagi Ia masih di bumi pada hari kebangkitan‑Nya, Ia sudah memasuki kemuliaan. Lukas 24:26 menunjukkan bahwa Kristus masuk ke dalam kemuliaan bukan melalui kenaikan, melainkan melalui kebangkitan. Kebangkitan‑Nya adalah masuknya Dia ke dalam kemuliaan. Seluruh hidup­Nya, sejak Ia dilahirkan hingga Ia bangkit dari kematian, adalah proses peperangan. Dan peperangan‑Nya itu bukan hanya untuk kemenangan, tetapi juga untuk kemuliaan. Ia berperang untuk memperoleh kemuliaan; peperangan‑Nya membukakan jalan ke dalam kemuliaan. Dalam hal ini Dialah Pelopornya, yang membuka jalan menuju kemuliaan. Karena itu, dengan sendirinya Ia layak menjadi Pemimpin mereka yang juga akan masuk ke dalam kemuliaan. Jadi, Ia telah menjadi Pemimpin keselamatan kita. Hari ini kita semua mengikuti jejak Pelopor ini, yang telah membukakan jalan masuk ke dalam kemuliaan. Kemuliaan ini kini me­rupakan tanah yang permai. Kita harus menyeberang sungai dan memasuki tanah ini. Kristus telah menyeberang sungai dan Ia kini berada di seberang, yaitu di tanah yang mulia. Walaupun Ia telah berada dalam kemuliaan, namun kita belum memasukinya. Kita masih di tengah jalan sambil maju terus mengikuti Pemimpin kita.

Untuk memimpin banyak putra ke dalam kemuliaan, Allah memerlukan suatu alam lingkungan yang cocok. Ka­rena itu Ia menciptakan langit, bumi, dan segala sesuatu. Jadi, segala sesuatu adalah untuk menggenapkan usaha‑Nya yang mulia itu.

Segala sesuatu yang Allah ciptakan untuk menggenapkan usaha‑Nya yang mulia itu ada melalui Allah sendiri. Allahlah yang mempertahankan segala sesuatu da­lam alam semesta ini, agar semuanya itu berguna demi tujuan menggenapkan usaha‑Nya yang mulia.

Segala sesuatu ada karena Allah dan diciptakan mela­lui Allah. Di dalam segala sesuatu terdapat banyak putra Allah dan mereka adalah inti penciptaan Allah. Segala se­suatu berfaedah untuk putra‑putra Allah, karena usaha Allah adalah memimpin banyak putra‑Nya masuk ke dalam kemuliaan. Hal ini memerlukan banyak peperangan. Itulah sebabnya Putra sulung Allah harus menjadi Pemimpin ke­selamatan bagi putra‑putra‑Nya yang banyak itu.

Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 9

No comments: