Pembacaan
Alkitab: Ibr. 1:3; Yoh. 1:18
Allah itu rahasia. Ia sepenuhnya merupakan rahasia. Tetapi rahasia
ini telah terwahyukan melalui pembicaraan Allah. Tanpa pembicaraan Allah, Allah
akan selamanya tidak dikenal. Namun kini Allah bukan lagi rahasia. Dia bukan
lagi sebuah rahasia, melainkan sebuah kisah. Kisah Allah ini mutlak terletak
pada hal berbicara. Allah mempunyai suatu sejarah, dan sejarah‑Nya ini adalah
sejarah berbicara. Kita dapat mengutarakan kisah Allah, sebab kisah Allah
adalah sebuah perkara berbicara yang terus‑menerus, sejarah berbicara.
Meskipun Allah pernah berbicara melalui berbagai macam orang :
yang bermartabat tinggi, yang berkelas rendah; yang berpendidikan, yang tidak
berpendidikan; raja, gembala; namun masih saja tidak cukup pembicaraan‑Nya.
Tidak peduli berapa banyak orang itu telah dipakai untuk berbicara bagi Allah,
pembicaraan mereka belumlah cukup sempurna. Allah perlu berfirman sendiri
secara langsung. Karena itu, Ia datang di dalam persona Putra. Ibrani 1:2 mengatakan
bahwa Ia telah berbicara kepada kita "di dalam" (Tl.) Putra‑Nya.
Pada zaman dulu Allah berbicara melalui (dengan perantaraan) nabi‑nabi, kini Ia
berbicara di dalam Putra‑Nya. Putra berbeda dengan nabi‑nabi. Nabi-nabi ialah
orang‑orang yang dipakai Allah untuk berbicara bagi‑Nya, namun Putra justru
Allah sendiri yang berbicara. Ayat 2 mengatakan bahwa Allah berbicara di dalam
Putra-Nya, sedang ayat 8 memberi tahu kita bahwa Putra adalah Allah. Ini
menunjukkan bahwa Allah berbicara di dalam diri‑Nya sendiri. Kalau hanya
membaca ayat 2, seolah‑olah Allah dengan Putra itu dua persona, sebab di situ
dikatakan, "Allah berfirman di dalam Putra." Tetapi dalam
ayat 8 terbukti jelas bahwa Putra dan Allah adalah satu, sebab di sana Putra
itu disebut "Ya Allah". Mengatakan Allah berbicara di dalam Putra
berarti Allah berbicara dalam diri-Nya sendiri.
Putra adalah firman Allah, pembicaraan Allah, ekspresi Allah, dan
definisi Allah. Ketika Putra berbicara, perkataan‑Nya adalah Roh (Yoh. 6:63).
Pada akhirnya, ketika berfirman kepada gereja‑gereja, Ia adalah Roh yang
berbicara. Pada awal setiap, pucuk surat dari ketujuh surat dalam Wahyu 2 dan
3, Putra yang berfirman, namun pada akhirnya dikatakan, itu adalah perkataan
Roh Kudus kepada gereja‑gereja. Allah berfirman di dalam Putra, dan ketika
Putra itu berbicara kepada gereja‑gereja, Dialah Roh yang berfirman. Melalui
pembicaraan‑Nya, gereja‑gereja menjadi satu dengan‑Nya. Pada akhir Kitab Wahyu,
kita nampak bahwa gereja bersatu dengan Roh dan berbicara bersama (Why. 22:17).
Allah berfirman di dalam Putra, Putra menjadi Roh yang berbicara, sedang Roh
yang berbicara itu bersatu dengan gereja dan berbicara bagi Allah. Inilah
sejarah pembicaraan Allah, yaitu sebuah sejarah berbicara.
Surat Ibrani ialah surat pembicaraan Allah. Esens dari surat ini
ialah Allah berbicara di dalam, Putra. Allah berbicara di dalam Putra, dan
Putra menjadi Roh yang berbicara kepada seluruh gereja, akhirnya, Roh
berbicara bersama gereja. Dalam kisah berbicara yang demikian inilah Allah
masuk ke dalam manusia, dan manusia dibawa ke dalam Allah. Allah dengan
manusia, manusia dengan Allah, lalu menjadi satu. Inilah hidup gereja yang
ajaib.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 3
No comments:
Post a Comment