Pembacaan
Alkitab: Ibr. 2:5-7
Yesus sungguh ajaib, Ia memiliki dua sifat, yaitu sifat ilahi dan
insani. Dia memiliki keilahian dan keinsanian, Dia adalah Allah juga manusia.
Karena Ia Allah, maka Ia pun Putra Allah; karena Ia manusia, maka Ia pun Anak
Manusia. Istilah "manusia" dan "Anak Manusia" dalam Alkitab
sering kali dipakai bergantian. Ini ternyata dalam Mazmur 8:5 yang mengatakan, "Apakah
manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau
mengindahkannya?" Jadi, anak manusia adalah mengacu kepada manusia.
Seprinsip dengan itu, Putra Allah juga mengacu kepada Allah. Dalam Yohanes 5:17‑18,
Tuhan Yesus menyebut diri‑Nya sebagai Putra Allah, berarti Dialah Allah.
Ketika orang‑orang Farisi mendengar Tuhan Yesus menyebut diri‑Nya sebagai Putra
Allah, mereka lalu menuduh‑Nya menghujat Allah, sebab dalam pengertian mereka,
Tuhan telah menyamakan diri‑Nya dengan Allah. Mengatakan Yesus itu Putra Allah
berarti mengatakan Dia adalah Allah. Kristus itu Allah juga manusia. Ibrani 1
membahas sifat ilahi‑Nya, sedang Ibrani 2 membahas sifat insani‑Nya.
Baik dari segi ilahi‑Nya maupun dari segi insani-Nya, Ia selalu jauh lebih
unggul daripada malaikat. Bahkan sebagai Anak Manusia, Ia jauh lebih unggul
daripada malaikat.
Malaikat hanyalah pelayan, kita barulah majikan mereka. Kita
adalah mitra (teman sekutu) Kristus, malaikat adalah hamba yang melayani kita,
para ahli waris keselamatan. Kita adalah rumah Allah, yang di dalamnya terdapat
tangga surgawi yang menghubungkan kita dengan Allah dan membawa Allah kepada
kita, sedangkan malaikat-malaikat itu naik turun di tangga itu sambil melayani
kita. Jadi, mereka jauh lebih rendah daripada kita.
Ibrani 2:1‑4 adalah sebuah
peringatan yang memperingatkan kita agar tidak menyia‑nyiakan keselamatan yang
sebesar itu dan supaya kita tidak mendapat balasan yang setimpal.
"Keselamatan yang sebesar itu" terbentuk dari persona Tuhan yang
ajaib ditambah pekerjaan-Nya yang gemilang, maka tidak seorang pun boleh menyia-nyiakan
keselamatan ini. Jika kita menyia‑nyiakan keselamatan yang sebesar itu, kita
pasti menerima balasan yang setimpal, "Sebab bukan kepada malaikat‑malaikat
telah Ia taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini." Maka
"balasan yang setimpal" berkaitan dengan "dunia yang akan
datang".
Bila kita menyia‑nyiakan keselamatan yang sebesar itu,
"bagaimanakah kita akan luput?" Ini tidak berarti kita akan
kehilangan keselamatan kita, atau akan binasa. Sekali kita beroleh selamat,
kita akan selamat hingga kekal. Yohanes 10:28 menjamin kita. Ketika kita
percaya kepada Tuhan Yesus, Ia memberikan hayat yang kekal kepada kita dan kita
pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya. Namun, tidak berarti orang yang
telah diselamatkan tidak mempunyai persoalan lagi. Seseorang yang telah
diselamatkan, walau yang diperolehnya adalah keselamatan yang kekal, ada
kemungkinan kehilangan "dunia yang akan datang" itu. Karena itu
sekarang kita perlu memahami apakah "dunia yang akan datang" itu.
"Dunia yang akan datang" adalah bumi yang akan menjadi
Kerajaan Tuhan pada zaman yang akan datang. Hari itu mungkin tiba tidak lama
lagi. Saat itu bangsa-bangsa dan kerajaan‑kerajaan di bumi ini akan menjadi
Kerajaan Kristus. Daniel 2 menunjukkan, ketika Tuhan datang kembali, bangsa‑bangsa
di bumi diwakili oleh patung yang terbuat dari besi, tanah liat, tembaga,
perak, dan emas. Dengan tiba‑tiba jatuhlah dari langit sebuah batu "tanpa
perbuatan tangan manusia" yang meremukkan besi, tanah liat, tembaga,
perak, dan emas itu. Lalu Daniel 2:35 mengatakan, "Batu yang
menimpa patung itu menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi." Batu
yang menjadi gunung besar itu adalah Kerajaan Allah.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 7
No comments:
Post a Comment