Hitstat

15 June 2015

Ibrani - Minggu 4 Senin



Pembacaan Alkitab: Ibr. 2:5-7


Yesus sungguh ajaib, Ia memiliki dua sifat, yaitu sifat ilahi dan insani. Dia memiliki keilahian dan keinsanian, Dia adalah Allah juga manusia. Karena Ia Allah, maka Ia pun Putra Allah; karena Ia manusia, maka Ia pun Anak Manusia. Istilah "manusia" dan "Anak Manusia" dalam Alkitab sering kali dipakai bergantian. Ini ternyata dalam Mazmur 8:5 yang mengatakan, "Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" Jadi, anak manusia adalah mengacu kepada manusia. Seprinsip dengan itu, Putra Allah juga mengacu kepada Allah. Dalam Yohanes 5:17‑18, Tuhan Yesus menyebut diri‑Nya sebagai Putra Allah, berarti Dialah Allah. Ketika orang‑orang Farisi mendengar Tuhan Yesus menyebut diri‑Nya sebagai Putra Allah, mereka lalu menuduh‑Nya menghujat Allah, sebab dalam pengertian mereka, Tuhan telah menyamakan diri‑Nya dengan Allah. Mengatakan Yesus itu Putra Allah berarti mengatakan Dia adalah Allah. Kristus itu Allah juga manusia. Ibrani 1 membahas sifat ilahi‑Nya, sedang Ibrani 2 membahas sifat insani‑Nya. Baik dari segi ilahi‑Nya maupun dari segi insani-Nya, Ia selalu jauh lebih unggul daripada malaikat. Bahkan sebagai Anak Manusia, Ia jauh lebih unggul daripada malaikat.

Malaikat hanyalah pelayan, kita barulah majikan mereka. Kita adalah mitra (teman sekutu) Kristus, malaikat adalah hamba yang melayani kita, para ahli waris keselamatan. Kita adalah rumah Allah, yang di dalamnya terdapat tangga surgawi yang menghubungkan kita dengan Allah dan membawa Allah kepada kita, sedangkan malaikat-malaikat itu naik turun di tangga itu sambil melayani kita. Jadi, mereka jauh lebih rendah daripada kita.

Ibrani 2:1‑4 adalah sebuah peringatan yang memperingatkan kita agar tidak menyia‑nyiakan keselamatan yang sebesar itu dan supaya kita tidak mendapat balasan yang setimpal. "Keselamatan yang sebesar itu" terbentuk dari persona Tuhan yang ajaib ditambah pekerjaan-Nya yang gemilang, maka tidak seorang pun boleh menyia-nyiakan keselamatan ini. Jika kita menyia‑nyiakan keselamatan yang sebesar itu, kita pasti menerima balasan yang setimpal, "Sebab bukan kepada malaikat‑malaikat telah Ia taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini." Maka "balasan yang setimpal" berkaitan dengan "dunia yang akan datang".

Bila kita menyia‑nyiakan keselamatan yang sebesar itu, "bagaimanakah kita akan luput?" Ini tidak berarti kita akan kehilangan keselamatan kita, atau akan binasa. Sekali kita beroleh selamat, kita akan selamat hingga kekal. Yohanes 10:28 menjamin kita. Ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus, Ia memberikan hayat yang kekal kepada kita dan kita pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya. Namun, tidak berarti orang yang telah diselamatkan tidak mempunyai persoalan lagi. Seseorang yang telah diselamatkan, walau yang diperolehnya adalah keselamatan yang kekal, ada kemungkinan kehilangan "dunia yang akan datang" itu. Karena itu sekarang kita perlu memahami apakah "dunia yang akan datang" itu.

"Dunia yang akan datang" adalah bumi yang akan menjadi Kerajaan Tuhan pada zaman yang akan datang. Hari itu mungkin tiba tidak lama lagi. Saat itu bangsa-bangsa dan kerajaan‑kerajaan di bumi ini akan menjadi Kerajaan Kristus. Daniel 2 menunjukkan, ketika Tuhan datang kembali, bangsa‑bangsa di bumi diwakili oleh patung yang terbuat dari besi, tanah liat, tembaga, perak, dan emas. Dengan tiba‑tiba jatuhlah dari langit sebuah batu "tanpa perbuatan tangan manusia" yang meremukkan besi, tanah liat, tembaga, perak, dan emas itu. Lalu Daniel 2:35 mengatakan, "Batu yang menimpa patung itu menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi." Batu yang menjadi gunung besar itu adalah Kerajaan Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 7

No comments: