Pembacaan
Alkitab: Ibr. 2:10; Yoh. 1:18; Why. 21:11, 23
Dalam Alkitab, kemuliaan berarti Allah terekspresi. Kapan saja
Allah diekspresikan, itulah kemuliaan. Tetapi bila Allah tersembunyi, kemuliaan
pun tidak ada. Bila Allah tertampak, itulah kemuliaan. Jadi, bila Anda nampak
Allah, Anda pasti nampak kemuliaan‑Nya. Allah yang tidak terlihat adalah Allah,
dan Allah yang kelihatan adalah kemuliaan. Kemuliaan ini terus menyertai bani
Israel dalam perjalanan mereka dari Mesir sampai ke tanah permai (Kel. 13:21).
Siang hari, Allah menyatakan diri‑Nya di dalam tiang awan; malam hari, Allah
menyatakan diri‑Nya di dalam tiang api. Itulah kemuliaan. Injil Yohanes
mengatakan Firman adalah Allah, dan Firman telah menjadi daging dan tinggal di
tengah‑tengah kita, kita pun telah nampak kemuliaan‑Nya (Yoh. 11, 14).
Dikatakan pula dalam Yohanes 1:18, "Tidak seorang pun yang pernah
melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang
menyatakan‑Nya." Pernyataan Allah itulah kemuliaan. Saat kita nampak
Allah, kita nampak kemuliaan.
Berdasarkan pengenalan tentang kemuliaan yang disinggung di atas,
kita akan bertanya, apakah kehendak kekal Allah itu? Kehendak kekal Allah
ialah mengekspresikan diri‑Nya secara korporat. Bila Anda membaca Kitab Wahyu
dengan saksama, Anda akan nampak bahwa seluruh Kota Yerusalem Baru itu dipenuhi
kemuliaan Allah (Why. 21:10-11). Itu berarti seluruh kota merupakan ekspresi
Allah yang korporat. Dalam Yerusalem Baru, Allah ada di dalam Anak Domba, dan
Anak Domba adalah pelita yang di dalam‑Nya dan melalui‑Nya Allah terpancar
sebagai terang (Why. 21:23).
Pada akhirnya, terang itu akan menembus tembok kota yang terbuat
dari permata yaspis yang jernih seperti kristal, serta mengekspresikan rupa
Allah. Jika Anda bertanya, apakah kemuliaan, saya akan menjawab, yang saya
katakan tadi itulah kemuliaan. Dibawa ke dalam kemuliaan berarti dibawa ke
dalam ekspresi Allah yang mulia.
Di bagian manakah kemuliaan itu di dalam Kota Yerusalem Baru? Di
pusat, di daerah jantung kota. Allah, sumber kemuliaan, berada di atas takhta
di tengah‑tengah Yerusalem Baru. Allah yang ada di atas takhta itulah
substansi, esens, dan unsur kemuliaan. Dalam Wahyu 21:23 kemuliaan disebut
terang. Terang itu bukan terang alamiah, seperti matahari, bulan, dan bintang‑bintang,
atau terang buatan manusia, misalnya terang lampu. Itu adalah terang ilahi,
yakni Allah sendiri. Itu adalah sumber kemuliaan. Allah sebagai terang
berpancar di dalam dan melalui Anak Domba, pelita itu, dan akhirnya bersinar
menembus seluruh kota itu, sehingga kota itu penuh dengan pancaran rupa Allah
sendiri. Bila kita nampak Yerusalem Baru, kita pun nampak ekspresi rupa Allah,
terang yang di dalam pelita bercahaya menembus permata yaspis. Itulah kemuliaan.
Kemuliaan adalah Allah terekspresi melalui umat tebusan‑Nya. Oh, Kita semua
perlu nampak sebenarnya apakah kemuliaan itu!
Walaupun Allah menciptakan manusia menurut kehendak dan tujuan‑Nya,
namun manusia telah jatuh dan rusak. Di satu aspek, manusia yang jatuh telah
menjadi Ur‑Kasdim, Babilon, tanah berhala. Alkitab sering memakai tanah dan
kota untuk melambangkan manusia. Jadi, Babilon dan Ur‑Kasdim melambangkan
manusia yang jatuh dan rusak dan dipenuhi berhala. Berhubung manusia telah jatuh,
maka manusia perlu menyeberang sungai, yaitu dari tanah yang rusak menyeberang
ke tempat atau tanah yang tinggi dan baru, yakni memasuki lingkungan umat manusia
yang tinggi dan baru. Karena itu, Allah datang dan memanggil Abraham keluar
dari bangsa yang jatuh, yaitu keluar dari Ur‑Kasdim, dan menjadikannya kepala
dan nenek moyang bangsa yang terpanggil. Abraham telah menyeberang sungai dan
menjadi orang Ibrani pertama, yaitu penyeberang sungai pertama. Perihal
Abraham menyeberang sungai dan memasuki tanah baru, melambangkan masuknya ke
dalam suatu bangsa yang tinggi dan baru yang dapat dipakai oleh Allah untuk
mengekspresikan diri‑Nya.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 10
No comments:
Post a Comment