Hitstat

09 June 2015

Ibrani - Minggu 3 Selasa



Pembacaan Alkitab: Yoh. 3:16; 20:17; Ibr. 1:9


Untuk memahami bahwa kita adalah ahli waris karu­nia keselamatan, haruslah kita mengerti bahwa dalam ekonomi Allah terdapat Putra sulung dan para putra. Sebelum Kristus menjelma menjadi daging, berapakah putra Allah? Hanya satu, maka Alkitab menyebut‑Nya Putra tunggal (Yoh. 1:14, 18). Yohanes 3:16 yang terkenal di antara kita mengatakan, "Karena Allah begitu mengasihi dunia ini se­hingga Ia telah mengaruniakan Anak‑Nya yang tunggal." Putra yang tunggal itulah Kristus. Sebelum Ia dibangkit­kan dari kematian, Dialah Putra Allah yang satu‑satunya. Akan tetapi, 1 Petrus 1:3 mengatakan bahwa oleh kebang­kitan Yesus Kristus dari antara orang mati, terlahirlah ba­nyak putra Allah. Pada pagi hari kebangkitan Tuhan Yesus, berkatalah Ia kepada Maria, " . . pergilah kepada saudara­-saudara‑Ku dan katakanlah kepada mereka bahwa seka­rang Aku akan pergi kepada Bapa‑Ku dan Bapamu, kepada Allah‑Ku dan Allahmu" (Yoh. 20:17). Sebelum hari itu, Tuhan tidak pernah menyebut murid‑murid‑Nya saudara. Bahkan dalam Yohanes 15:15 sebutan‑Nya yang paling intim terhadap murid‑murid‑Nya hanyalah "sahabat" - "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat. . ." Tetapi sesudah Tuhan bangkit, Ia me­nyuruh Maria pergi kepada "saudara‑saudara‑Ku". Peristi­wa ini telah dinubuatkan dalam Mazmur 22, pada ayat 2 dikatakan, "Allah‑Ku, Allah‑Ku, mengapa Engkau mening­galkan Aku?" Kata‑kata ini juga diucapkan Tuhan ketika Ia berada di salib (Mat. 27:46). Dua puluh dua ayat di depan dari Mazmur 22 mengisahkan tersalibnya Tuhan, te­tapi ayat 23 mendadak mengatakan, "Aku akan memasyhur­kan nama‑Mu kepada saudara‑saudaraku." Ini membuktikan Tuhan telah melalui kematian dan memasuki kebangkitan. Setelah melalui kematian dan kebangkitan, maka terlahirlah banyak saudara. Dialah sebutir biji gandum itu, yang sete­lah melalui kematian dan kebangkitan, lalu mengeluarkan banyak butir biji gandum (Yoh. 12:24). Kini Allah telah memi­liki banyak putra. Ia tidak saja mempunyai satu Putra, tetapi mempunyai Putra sulung dan para putra. Sebelum Kristus dibangkitkan, Dialah Putra Allah yang tunggal. Sesudah Ia bangkit, para putra Allah telah dilahirkan, dan Ia kemudian menjadi Putra sulung Allah di antara banyak saudara.

Dalam karunia keselamatan Allah, kita bukan hanya dilahirkan menjadi putra‑putra Allah (Yoh. 1:12‑13), juga telah dijadikan ahli waris‑Nya bersama‑sama dengan Kristus (Rm. 8:17; Gal. 4:7; Tit. 3:7). Menjadi putra yang dilahirkan oleh Allah adalah satu hal, menjadi ahli waris adalah hal lain. Apakah beda antara putra dengan ahli waris? Anda mungkin adalah putra, tetapi bukan ahli waris. Ingin men­jadi putra, cukup dengan dilahirkan saja, namun ingin menjadi ahli waris, haruslah bertumbuh dewasa. Sebelum seorang bocah menjadi ahli waris, ia harus bertumbuh de­wasa dulu. Namun, sekalipun ia telah dewasa, belum tentu ia menjadi ahli waris, sebab masih perlu mendapat peng­absahan. Boleh jadi Anda mencapai usia dewasa, tetapi be­lum tentu menjadi ahli waris yang sah. Karena itu, untuk menjadi ahli waris Anda memerlukan kedewasaan dan pengabsahan. Begitu pula, orang yang ingin menjadi ahli waris Allah perlu melalui tiga tahap : dilahirkan kembali menjadi putra Allah, bertumbuh dewasa, dan mendapat peng­absahan. Misalnya, seorang raja mempunyai lima putra, apakah kelimanya itu dapat mewarisi takhta kerajaannya? Tidak. Hanya putra sulung yang dapat mewarisi takhta ke­rajaannya. Tetapi putra sulung itu pun harus dewasa dulu dan harus pula dilantik menjadi putra mahkota barulah ia dapat menjadi penerus takhta kerajaan dan mewarisi kuasa raja dengan sah. Mungkin ketika Anda mendengar ini Anda akan berkata, "Karena Kristus adalah Putra sulung, takhta Kerajaan Surga tidak mungkin kita miliki." Tetapi, di sini saya beri tahu Anda, walaupun takhta Kerajaan Inggris hanya satu, namun takhta Kerajaan Surga selain untuk Putra sulung juga untuk saudara‑saudara‑Nya yang banyak itu. Kita adalah saudara‑saudara‑Nya, juga ahli waris Allah bersama Dia, sehingga ketika Ia naik takhta, kita pun akan di takhta bersama‑Nya (Why. 3:21). Kita akan meraja bersama Dia (Why. 20:4, 6).


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 5

No comments: