Pembacaan
Alkitab: Ibr. 11:32-39; Flp. 3:11
Ayat 23 mengatakan, "Karena
iman, setelah lahir, Musa disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya,
karena mereka melihat bahwa anak itu bagus rupanya dan mereka tidak takut pada
perintah raja." Orang tuanya menyembunyikannya karena iman. Ketika ia
"dewasa", “ia menolak disebut
anak putri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah
dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa."
(ayat 24‑25). Pada zaman Musa, disebut anak putri Firaun adalah suatu
kenikmatan bagi hayat jiwa. Tetapi Musa menolak hal itu; ia lebih suka
menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati
kesenangan dari dosa. Kenikmatan di Mesir, yaitu kenikmatan di dunia, adalah
satu dosa dalam pandangan Allah. Ini adalah kenikmatan dari dosa, kenikmatan dari
kehidupan yang berdosa, dan hanya sementara, segera berlalu, dan sepintas saja.
Dalam
ayat 26 dikatakan, Musa "menganggap penghinaan karena Kristus sebagai
kekayaan yang lebih besar daripada semua harta Mesir, sebab ia mengarahkan pandangannya
kepada upah." Bagaimana
Musa bisa mengalami penghinaan karena Kristus, mengingat Kristus belum ada atau
belum datang? Kristus,
sebagai Malaikat Tuhan, senantiasa menyertai bangsa Israel dalam penderitaan
mereka (Kel. 3:2, 7-9; 14:19;
Bil. 20:16; Yes. 63:9). Lebih jauh lagi, Kitab Suci menganggap Kristus dan
bangsa Israel sebagai satu kesatuan (Hos. 11:1; Mat. 2:15). Karena itu,
penghinaan yang menimpa mereka dianggap sebagai penghinaan atas Dia, dan
penghinaan dari mereka yang menghina Allah juga tertimpa atas-Nya (Rm. 15:3). Kaum beriman
Perjanjian Baru adalah para pengikut-Nya,
menanggung penghinaan karena Dia (13:13) dan dihina karena nama-Nya (1 Ptr. 4:14). Musa memilih
untuk menderita sengsara bersama dengan umat Allah (ayat 25), menganggap
penghinaan yang semacam itu, yaitu penghinaan karena Kristus Allah, sebagai
kekayaan yang lebih besar daripada semua harta Mesir di dalam istana Firaun;
sebab Musa mengarahkan pandangannya kepada pahala.
Karena
iman Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud, Samuel, dan para nabi melakukan banyak
hal yang ajaib (ayat 32-39). Walaupun
mereka melakukan banyak hal yang ajaib, banyak di antara mereka juga mengalami
mati martir. Allah melakukan mukjizat untuk beberapa orang dari mereka, tetapi
Ia tidak melakukan hal-hal itu untuk
semua orang dari mereka. Jangan mengira kalau Anda beriman Allah akan selalu
melakukan sesuatu bagi Anda. Sering kali penerapan iman kita hanya membawa kita
menikmati kesunyian Allah. Mungkin ketika beberapa orang dirajam batu, mereka
akan berdoa, "Tuhan, selamatkan aku dari batu-batu ini." Tetapi Tuhan
mungkin malah memberikan kesunyian yang damai kepada mereka, tidak melakukan
apa-apa untuk
menyelamatkan mereka. Ketika Stefanus akan mati martir, Tuhan tidak
menolongnya, melainkan memberinya kesunyian yang manis ( Kis. 7:54-60). Menderita aniaya tanpa
pertolongan dari Tuhan memerlukan iman yang besar.
Kesunyian
Allah lebih besar daripada mukjizat-Nya.
Anda lebih suka apa? Mukjizat Allah atau kesunyian-Nya? Kalau kita jujur, kebanyakan
dari kita lebih suka mukjizat Allah. Ketika Tuhan Yesus disalibkan, para
pengejek berkata kepada-Nya, "Jikalau
Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu dan selamatkanlah diri-Mu! " Dan "jika Ia Raja
Israel, baiklah Ia turun dari salib itu, maka kami akan percaya kepada-Nya" (Mat.
27:40, 42). Selama sedikitnya 3 jam dari 6 jam penyaliban-Nya, terjadi kesunyian di alam
semesta. Seakan-akan Allah
tidak ada dan para pengejek serta penghujat mengatakan apa saja sesuka mereka.
Saat itu dunia milik mereka dan mereka seperti dewa-dewa. Itu adalah dunia mereka,
saat itu mereka adalah allah. Allah lebih sering diam daripada melakukan
mukjizat. Adakalanya kita semua harus menikmati kesunyian Allah demi iman.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 48
No comments:
Post a Comment