Hitstat

06 November 2015

Ibrani - Minggu 24 Jumat



Pembacaan Alkitab: Ibr. 11:32-39; Flp. 3:11


Ayat 23 mengatakan, "Karena iman, setelah lahir, Musa disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat bahwa anak itu bagus rupanya dan mereka tidak takut pada perintah raja." Orang tuanya menyembunyikannya karena iman. Ketika ia "dewasa", ia menolak disebut anak putri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa." (ayat 24‑25). Pada zaman Musa, disebut anak putri Firaun adalah suatu kenikmatan bagi hayat jiwa. Tetapi Musa menolak hal itu; ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Kenikmatan di Mesir, yaitu kenikmatan di dunia, adalah satu dosa dalam pandangan Allah. Ini adalah kenikmatan dari dosa, kenikmatan dari kehidupan yang berdosa, dan hanya sementara, segera berlalu, dan sepintas saja.

Dalam ayat 26 dikatakan, Musa "menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar daripada semua harta Mesir, sebab ia mengarahkan pandangannya kepada upah." Bagaimana Musa bisa mengalami penghinaan karena Kristus, mengingat Kristus belum ada atau belum datang? Kristus, sebagai Malaikat Tuhan, senantiasa menyertai bangsa Israel dalam penderitaan mereka (Kel. 3:2, 7-9; 14:19; Bil. 20:16; Yes. 63:9). Lebih jauh lagi, Kitab Suci menganggap Kristus dan bangsa Israel sebagai satu kesatuan (Hos. 11:1; Mat. 2:15). Karena itu, penghinaan yang menimpa mereka dianggap sebagai penghinaan atas Dia, dan penghinaan dari mereka yang menghina Allah juga tertimpa atas-Nya (Rm. 15:3). Kaum beriman Perjanjian Baru adalah para pengikut-Nya, menanggung penghinaan karena Dia (13:13) dan dihina karena nama-Nya (1 Ptr. 4:14). Musa memilih untuk menderita sengsara bersama dengan umat Allah (ayat 25), menganggap penghinaan yang semacam itu, yaitu penghinaan karena Kristus Allah, sebagai kekayaan yang lebih besar daripada semua harta Mesir di dalam istana Firaun; sebab Musa mengarahkan pandangannya kepada pahala.

Karena iman Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud, Samuel, dan para nabi melakukan banyak hal yang ajaib (ayat 32-39). Walaupun mereka melakukan banyak hal yang ajaib, banyak di antara mereka juga mengalami mati martir. Allah melakukan mukjizat untuk beberapa orang dari mereka, tetapi Ia tidak melakukan hal-hal itu untuk semua orang dari mereka. Jangan mengira kalau Anda beriman Allah akan selalu melakukan sesuatu bagi Anda. Sering kali penerapan iman kita hanya membawa kita menikmati kesunyian Allah. Mungkin ketika beberapa orang dirajam batu, mereka akan berdoa, "Tuhan, selamatkan aku dari batu-batu ini." Tetapi Tuhan mungkin malah memberikan kesunyian yang damai kepada mereka, tidak melakukan apa-apa untuk menyelamatkan mereka. Ketika Stefanus akan mati martir, Tuhan tidak menolongnya, melainkan memberinya kesunyian yang manis ( Kis. 7:54-60). Menderita aniaya tanpa pertolongan dari Tuhan memerlukan iman yang besar.

Kesunyian Allah lebih besar daripada mukjizat-Nya. Anda lebih suka apa? Mukjizat Allah atau kesunyian-Nya? Kalau kita jujur, kebanyakan dari kita lebih suka mukjizat Allah. Ketika Tuhan Yesus disalibkan, para pengejek berkata kepada-Nya, "Jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu dan selamatkanlah diri-Mu! " Dan "jika Ia Raja Israel, baiklah Ia turun dari salib itu, maka kami akan percaya kepada-Nya" (Mat. 27:40, 42). Selama sedikitnya 3 jam dari 6 jam penyaliban-Nya, terjadi kesunyian di alam semesta. Seakan-akan Allah tidak ada dan para pengejek serta penghujat mengatakan apa saja sesuka mereka. Saat itu dunia milik mereka dan mereka seperti dewa-dewa. Itu adalah dunia mereka, saat itu mereka adalah allah. Allah lebih sering diam daripada melakukan mukjizat. Adakalanya kita semua harus menikmati kesunyian Allah demi iman.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 48

No comments: