Pembacaan
Alkitab: Ibr. 12:5-14
Allah
menghendaki kaum beriman Ibrani menjadi kudus dan mutlak terpisah bagi‑Nya,
tidak tertinggal dan menjadi awan dalam agama Yahudi (12:14; 3:1), melainkan
masuk ke dalam tempat maha kudus (10:19, 22). Kekudusan sejati berarti memasuki
tempat maha kudus. Sekali kita masuk ke dalam tempat maha kudus, itu berarti
sudah mencapai puncak kekudusan. Tidak ada tempat lain yang dapat memungkinkan
kita lebih kudus daripada tempat maha kudus ini.
Masuk
ke dalam tempat maha kudus tidak melulu merupakan masalah berada dalam
kemuliaan Allah, sebab hal ini pun masih berada di luar, yaitu di permukaan.
Meskipun kita, sudah berada dalam kemuliaan di tempat maha kudus, kita masih
perlu mengalami isi tabut perjanjian. Bahkan dalam tabut ini pun ada sesuatu
yang tersembunyi ‑ manna yang tersembunyi dalam buli‑buli emas. Manna yang
tersembunyi ini berdekatan dengan dengan loh kesaksian, yaitu bagian ultima
(terakhir) dari pengalaman kita terhadap Kristus. Menjadi kudus berarti mencapai
titik tertinggi dalam pengalaman kita, terhadap Kristus, juga berarti mengalami
hukum hayat. Tidak ada suatu hal yang dapat menguduskan kita lebih subyektif
daripada hukum hayat, sebab Ia menggarapkan sifat Allah yang kudus -‑ kekudusan
sejati ‑- ke dalam insani kita. Sifat ilahi Allah ialah unsur pokok kekudusan.
Kecuali hukum hayat, tidak ada lainnya yang dapat menggarapkan sifat ilahi
Allah ke dalam diri kita. Hanya ketika kita mengalami hukum hayat, barulah kita
benar‑benar menjadi kudus.
Sasaran
Surat Ibrani ialah membawa kita masuk ke dalam tempat maha kudus, agar kita
dapat mengalami isi tabut kesaksian. Isi tabut, mencakup tiga benda: manna yang
tersembunyi, tongkat yang bertunas, dan loh hukum. Baik manna yang tersembunyi
maupun tongkat yang bertunas adalah untuk kenikmatan dan hak kita, tetapi loh
hukum adalah untuk pekerjaan Allah. Melalui hukum ini Allah menggarapkan diri‑Nya
ke dalam kita. Jadi, kalau kita ingin menjadi kudus seluruhnya, kita harus
mengalami hukum hayat, sebab melalui hukum, hayat Allah menggarapkan diri‑Nya
ke dalam kita, menjadi kekudusan kita yang sejati.
Ibrani
12:7 ditujukan pada penganiayaan yang diderita kaum beriman Ibrani, yaitu "Jika
kamu harus menanggung ganjaran Allah." Dari sudut pandang Allah,
penganiayaan dari Yudaisme yang diderita oleh kaum beriman Ibrani adalah suatu
pendisiplinan, suatu ganjaran. Mereka menerima ganjaran supaya mereka dapat
dipisahkan dari perkara‑perkara duniawi, dan berpaling kepada kekudusan Allah.
Ayat
10 mengatakan, "Sebab mereka mendidik (mengganjar) kita dalam waktu
yang singkat sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar
(mengganjar) kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam
kekudusan‑Nya." Ganjaran ialah perlakuan Bapa terhadap anak‑anak‑Nya,
supaya mereka beroleh bagian dalam kekudusan‑Nya. Ganjaran, perlakuan, hajaran
Allah bermaksud membawa kita ke dalam kehendak‑Nya, agar kita menolak segala
sesuatu yang di luar tempat maha kudus, dan masuk ke dalam tempat maha kudus,
di mana kita memiliki kekudusan sejati. Akan tetapi, seperti halnya dengan kaum
beriman Ibrani kuno, banyak di antara kita yang enggan bekerja sama dengan
Allah sedemikian. Itulah sebabnya, di bawah kedaulatan‑Nya, Ia mengganjar kita
supaya kita dapat dibawa ke dalam kehendak‑Nya.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 51
No comments:
Post a Comment