Pembacaan
Alkitab: 2 Ptr. 1:1
Kini
mari kita melihat masalah transfusi iman. Seperti telah kita lihat, menurut
manusia alamiah kita, kita tidak memiliki kemampuan untuk percaya. Dalam
alamiah kita tidak ada unsur iman. Secara alamiah, kita hanya memiliki
kemampuan tidak percaya, yakni kemampuan yang tidak mau percaya.
Iman
yang menyelamatkan kita bukan berasal dari diri kita, melainkan merupakan
anugerah yang kita peroleh dari Allah. Allah itu sumber dan Pemberi iman, dan
kita adalah penerima karunia ilahi ini. Allah menaruh sesuatu ke dalam kita,
dan hal itu menjadi iman kita. Dua Petrus 1:1 mengatakan bahwa kita "telah
beroleh satu iman yang sama mustikanya." (TI.) Iman ini mustika,
karena iman adalah karunia yang Allah berikan kepada kita.
Ketika
kita menengadah kepada Yesus, Ia mentransfusikan diri‑Nya sebagai unsur percaya
ke dalam kita, sehingga Ia menjadi iman kita. Kita sudah nampak bahwa iman,
kemampuan mensubstansiasi itu seperti indra yang keenam. Indra substansiasi ini
kita peroleh melalui pemberitaan Injil. Pemberitaan Injil yang tepat bukan
hanya suatu pengajaran, tetapi juga suatu transfusi. Misalkan, sekarang saya
memberitakan Injil kepada orang‑orang berdosa. Sebelum saya memberitakannya,
saya harus terlebih dulu menerima sesuatu dari Tuhan. Kemudian, ketika saya
memberitakannya, apa yang saya terima tadi akan seperti arus listrik yang masuk
ke dalam para pendengar. Ketika saya berkhotbah dan mereka sedang memperhatikan
dan mendengar, ada sesuatu yang dengan spontan dan tanpa disadari
ditransfusikan ke dalam mereka. Walaupun mereka mungkin menggelengkan kepala,
tidak menyetujui perkataan saya, akan tetapi di dalam lubuk batin mereka sudah
percaya kepada khotbah saya. Walau, mungkin sebagian orang akan berkata kepada
dirinya sendiri bahwa percaya Tuhan Yesus itu perbuatan yang bodoh, namun ada
sesuatu dalam batin mereka yang bereaksi terus, dan akhirnya membawa mereka
pada titik di mana mereka. harus berkata, "Terima kasih, Tuhan Yesus.
Engkau sungguh baik. Tuhan, Engkaulah Juruselamatku!" Karena ada suatu
unsur telah ditransfusikan ke dalam mereka, maka mereka dapat percaya kepada
Tuhan. Saya tahu banyak orang yang keras kepala, tidak mau menyatakan dalam
sidang bahwa dirinya telah percaya Tuhan Yesus, tetapi setelah pulang, hati
mereka tidak damai, sebab ada sesuatu yang terus mengusik batin mereka. Ketika
ada sidang penginjilan lagi, mereka berkata, "Aku ingin pergi mendengarkan
lagi!" Itulah akibat transfusi iman dari Allah melalui pemberitaan Injil.
Setiap
pemberita Injil seharusnya adalah orang yang memiliki daya tarik. Terlebih dulu
Ia sendiri harus telah tertarik, kemudian baru ia bisa menarik orang lain. Apa
yang ia katakan mungkin kurang logis, tetapi harus seperti aki yang sudah diisi
penuh, sehingga para pendengar akan tertarik. Itulah sebabnya, gereja harus
banyak berdoa bila akan memberitakan Injil. Semakin banyak berdoa, semakin
banyak daya tarik sidang Injil. Pemberita Injil itu sendiri harus berdoa
sedemikian rupa hingga ia dipenuhi oleh daya tarik surgawi, bahkan dipenuhi
oleh unsur‑unsur ilahi. Kalau ia telah terisi dan dipenuhi dengan daya tarik,
sewaktu ia berdiri di hadapan orang, ia akan merasa ada sesuatu yang
ditransfusikan ke dalam mereka. Karena itu sampai-sampai ada orang takut kepada
penginjil yang sedemikian, dan berkata, "Jangan melihat dia. Kalau kamu
melihatnya, kamu akan terpikat olehnya, karena ia amat menarik." Itulah
kuasa Injil. Beberapa pemberita Injil mungkin fasih berbicara dan berpengetahuan,
tetapi tanpa daya tarik. Pemberita Injil boleh jadi kekurangan fasih lidah atau
kepandaian bertutur‑kata, namun karena ia sangat menarik, maka begitu orang
mendengar kata‑katanya, mereka tertarik olehnya. Melalui penginjil yang menarik
itu, ada unsur‑unsur yang ditransfusikan ke dalam mereka, dan siapa pun tidak
dapat merebut unsur itu dari dalam mereka. Unsur yang ditransfusikan itulah
iman.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 49
No comments:
Post a Comment