Pembacaan
Alkitab: Ibr. 11:8-19
Ibrani
11 membicarakan sejarah iman dan saksi-saksi
iman. Mulai ayat 3-40 menyajikan
kepada kita sejarah ringkas tentang iman ‑ dari penciptaan Allah melalui semua
generasi umat pilihan Allah, sampai kepada kaum beriman Perjanjian Baru, dan
berakhir pada Yerusalem Baru dalam kekekalan ‑ untuk membuktikan bahwa iman
adalah jalan satu-satunya bagi
para pencari Allah untuk menerima janji-Nya
dan menempuh jalan-Nya. Setiap
orang yang terlibat dalam sejarah iman ini ialah seorang saksi. Jadi, Ibrani 11
tidak hanya membicarakan masalah iman dan sejarah iman, tetapi juga
saksi-saksinya. Saksi di sini berarti orang yang bersaksi, bukan kesaksiannya.
Setiap saksi ialah seorang yang martir, yakni orang yang berkorban jiwa karena
kesaksian iman. Dalam berita ini kita akan melihat sejarah iman, khususnya
menitikberatkan pada perampungan sempurna sejarah iman, sebab hal ini sangat
erat kaitannya dengan kita.
Abraham
disebut bapa iman. Karena iman ia mematuhi panggilan Allah untuk meninggalkan
kampung halamannya, dan tinggal sebagai orang asing di tanah perjanjian (Ibr. 11:8-9). Dengan menaati perintah Allah, Abraham keluar dari Ur-kasdim "tanpa mengetahui
tempat yang
ditujunya." Hal itu memberi kesempatan yang
konstan kepada Abraham untuk melatih imannya, bersandar kepada Allah bagi
pimpinan-Nya yang seketika,
dengan penyertaan Allah sebagai peta perjalanannya. Ayat 10 mengatakan bahwa
karena iman, Abraham "menanti-nantikan
kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah." Ini
adalah kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi (12:22), Yerusalem yang di atas
(Gal. 4:26), kota kudus, Yerusalem Baru (Why. 21:2; 3:12), yang Allah siapkan
untuk umat-Nya (ayat
16), dan kemah Allah yang di dalamnya Allah akan tinggal bersama manusia hingga
kekal (Why. 21:3). Sama seperti para leluhur menantikan kota ini, demikian juga
kita mencarinya (13:14).
Karena iman pula Abraham
mempersembahkan Ishak "karena ia berpikir bahwa Allah berkuasa
membangkitkan orang-orang,
sekalipun dari antara orang mati dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya
kembali" (ayat 17, 19). Ayat 12, yang
menyinggung Abraham, mengatakan, "Itulah sebabnya, dari satu orang,
malahan orang yang sudah sangat lemah, terpancar keturunan besar,
seperti bintang, di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung
banyaknya." Bintang di langit melambangkan keturunan surgawi Abraham,
keturunan iman (Gal. 3:7, 29); sedangkan pasir di tepi laut melambangkan
keturunan bumiah Abraham, keturunan dalam daging.
Ibrani 11:13 membicarakan Abraham
dengan leluhur lainnya, "Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai
orang-orang
yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh
melihatnya dan melambai-lambai
kepadanya dan yang mengakui bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di
bumi ini." Abraham adalah orang Ibrani
pertama (Kej. 14:13), penyeberang sungai. Dia meninggalkan Kasdim, negeri
berhala yang terkutuk, menyeberangi sungai, Sungai Ferath atau Efrat (Yos. 24:2-3), dan datang ke Kanaan, tanah
permai yang diberkati. Namun dia tidak menetap di sana; melainkan dia singgah
di negeri yang dijanjikan itu sebagai seorang musafir, bahkan sebagai seorang
asing, orang yang meninggalkan negeri asalnya, merindukan negeri yang lebih
baik, negeri yang surgawi (ayat 16), mencari negerinya sendiri (ayat 14). Ini
mungkin menyiratkan bahwa dia telah siap menyeberangi sungai yang lain, dari
sisi bumiah ke sisi surgawi. Ishak dan Yakub mengikuti dia dalam langkah-langkah yang sama, hidup di bumi
sebagai orang asing dan pendatang, dan menunggu kota yang dibangun Allah yang memiliki
pondasi (ayat 10). Firman dalam ayat 9-16
mungkin menyiratkan bahwa penulis kitab ini bermaksud mengingatkan kaum beriman
Ibrani terhadap fakta bahwa mereka sebagai orang Ibrani yang sejati harus
mengikuti nenek moyang mereka, menganggap diri mereka sendiri sebagai orang
asing dan pendatang di bumi ini, dan mencari negeri surgawi, yang lebih baik
daripada yang bumiah.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3,
Berita 48
No comments:
Post a Comment