Pembacaan Alkitab: Ibr. 12:18-21
Dalam Ibrani 12:18-24, kita melihat
perbandingan kontras antara pemandangan perjanjian yang lama dengan perjanjian
yang baru. Jika ayat‑ayat ini kita baca dengan saksama, kita dapat nampak
adanya enam butir milik perjanjian yang lama, dan delapan butir milik
perjanjian yang baru. Enam adalah angka penciptaan lama yang diselesaikan dalam
enam hari (Kej. 1), dan delapan adalah angka kebangkitan. Keenam butir dalam
perjanjian yang lama menunjukkan bahwa perjanjian yang lama berada di pihak
penciptaan lama. Kedelapan butir dalam perjanjian yang baru menandakan
perjanjian baru di pihak kebangkitan.
Pemandangan pertama dari perjanjian
yang lama ialah gunung yang menyala‑nyala (Kel. 19:11‑12, 18). Apakah Anda suka
dengan gunung yang demikian? Paulus di sini seolah‑seolah berkata,
"Saudara‑saudara Ibrani, masakkan kalian tetap ingin kembali ke perjanjian
yang lama? Tidakkah kalian tahu bahwa perjanjian yang lama itu milik gunung
yang menyala‑nyala?"
Butir kedua dalam pemandangan
perjanjian yang lama ialah kegelapan (ayat 18; Ul. 5:23). Biasanya, di mana ada
api besar, di situ ada cahaya dan penerangan. Tetapi Alkitab mengatakan sewaktu
Gunung Sinai menyala‑nyala, di situ ada kegelapan. Kegelapan ini berasal dari
dua sumber, yakni dari awan tebal di udara dan asap pekat di bumi. Gambaran ini
melukiskan segi negatif situasi perjanjian yang lama.
Butir ketiga dalam, pemandangan
perjanjian yang lama ialah kekelaman (ayat 18; Kel. 20:21; Ul. 5:22). Kegelapan
itu bersifat obyektif, sedangkan kekelaman itu bersifat subyektif. Kekelaman merupakan
suasana di mana kita tinggal. Bila kita masuk ke dalam kegelapan dan tinggal di
situ, kegelapan akan menjadi kekelaman. Jadi kegelapan bukan hanya suatu
situasi yang obyektif bagi mereka yang ada dalam perjanjian yang lama, bahkan
telah menjadi kekelaman di mana mereka tinggal.
Butir berikutnya ialah angin badai
(ayat 18). Angin badai ialah sejenis angin yang tanpa arah dan tidak tenang. Bagi
penganut agama Yahudi juga demikian, tidak ada arah dan ketenangan. Yang ada di
antara mereka hanyalah angin badai.
Dalam pemandangan perjanjian yang lama
juga terdapat bunyi sangkakala (ayat 19; Kel 19:13, 16, 19; 20:18). Bunyi
sangkakala menandakan suatu peringatan. Memang agama penuh dengan peringatan,
seperti "Jangan berbuat demikian, agar tidak masuk ke neraka", atau
"berhati‑hatilah, kalau tidak Anda akan kehilangan keselamatan".
Bunyi peringatan sangkakala dalam agama lebih banyak daripada berita‑berita
yang positif. Bunyi sangkakala adalah satu tanda kemiskinan agama.
Hal keenam dalam pemandangan
perjanjian yang lama ialah bunyi suara yang menakutkan (ayat 19; Ul. 4:12; Kel.
19:19). Yang diperoleh orang dalam agama pada akhirnya ialah bunyi suara yang
menakutkan, bukan suara sorak‑sorai dan puji‑pujian kepada Tuhan. Tetapi di
dalam gereja, kita senantiasa mendengar suara pujian‑pujian terhadap Tuhan.
Karena semua hal dalam pemandangan
perjanjian yang lama berasal dari zaman yang lama, maka sifatnya sementara, bukan
kekal. Seperti halnya dengan ciptaan lama yang pada suatu hari akan berlalu,
maka setiap hal dalam perjanjian yang lama, yang menjadi milik ciptaan lama,
telah berakhir.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 53
No comments:
Post a Comment