Hitstat

23 November 2015

Ibrani - Minggu 27 Senin



Pembacaan Alkitab: Ibr. 12:18-21


Dalam Ibrani 12:18-24, kita melihat perbandingan kontras antara pemandangan perjanjian yang lama dengan perjanjian yang baru. Jika ayat‑ayat ini kita baca dengan saksama, kita dapat nampak adanya enam butir milik perjanjian yang lama, dan delapan butir milik perjanjian yang baru. Enam adalah angka penciptaan lama yang diselesaikan dalam enam hari (Kej. 1), dan delapan adalah angka kebangkitan. Keenam butir dalam perjanjian yang lama menunjukkan bahwa perjanjian yang lama berada di pihak penciptaan lama. Kedelapan butir dalam perjanjian yang baru menandakan perjanjian baru di pihak kebangkitan.

Pemandangan pertama dari perjanjian yang lama ialah gunung yang menyala‑nyala (Kel. 19:11‑12, 18). Apakah Anda suka dengan gunung yang demikian? Paulus di sini seolah‑seolah berkata, "Saudara‑saudara Ibrani, masakkan kalian tetap ingin kembali ke perjanjian yang lama? Tidakkah kalian tahu bahwa perjanjian yang lama itu milik gunung yang menyala‑nyala?"

Butir kedua dalam pemandangan perjanjian yang lama ialah kegelapan (ayat 18; Ul. 5:23). Biasanya, di mana ada api besar, di situ ada cahaya dan penerangan. Tetapi Alkitab mengatakan sewaktu Gunung Sinai menyala‑nyala, di situ ada kegelapan. Kegelapan ini berasal dari dua sumber, yakni dari awan tebal di udara dan asap pekat di bumi. Gambaran ini melukiskan segi negatif situasi perjanjian yang lama.

Butir ketiga dalam, pemandangan perjanjian yang lama ialah kekelaman (ayat 18; Kel. 20:21; Ul. 5:22). Kegelapan itu bersifat obyektif, sedangkan kekelaman itu bersifat subyektif. Kekelaman merupakan suasana di mana kita tinggal. Bila kita masuk ke dalam kegelapan dan tinggal di situ, kegelapan akan menjadi kekelaman. Jadi kegelapan bukan hanya suatu situasi yang obyektif bagi mereka yang ada dalam perjanjian yang lama, bahkan telah menjadi kekelaman di mana mereka tinggal.

Butir berikutnya ialah angin badai (ayat 18). Angin badai ialah sejenis angin yang tanpa arah dan tidak tenang. Bagi penganut agama Yahudi juga demikian, tidak ada arah dan ketenangan. Yang ada di antara mereka hanyalah angin badai.

Dalam pemandangan perjanjian yang lama juga terdapat bunyi sangkakala (ayat 19; Kel 19:13, 16, 19; 20:18). Bunyi sangkakala menandakan suatu peringatan. Memang agama penuh dengan peringatan, seperti "Jangan berbuat demikian, agar tidak masuk ke neraka", atau "berhati‑hatilah, kalau tidak Anda akan kehilangan keselamatan". Bunyi peringatan sangkakala dalam agama lebih banyak daripada berita‑berita yang positif. Bunyi sangkakala adalah satu tanda kemiskinan agama.

Hal keenam dalam pemandangan perjanjian yang lama ialah bunyi suara yang menakutkan (ayat 19; Ul. 4:12; Kel. 19:19). Yang diperoleh orang dalam agama pada akhirnya ialah bunyi suara yang menakutkan, bukan suara sorak‑sorai dan puji‑pujian kepada Tuhan. Tetapi di dalam gereja, kita senantiasa mendengar suara pujian‑pujian terhadap Tuhan.

Karena semua hal dalam pemandangan perjanjian yang lama berasal dari zaman yang lama, maka sifatnya sementara, bukan kekal. Seperti halnya dengan ciptaan lama yang pada suatu hari akan berlalu, maka setiap hal dalam perjanjian yang lama, yang menjadi milik ciptaan lama, telah berakhir.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 53

No comments: