Pembacaan
Alkitab: Why. 2:26-27
Sebenarnya,
hak istimewa yang kita nikmati dalam Kristus adalah pencicipan dari segala
berkat di dalam kerajaan yang akan datang. Kenikmatan yang tepat dari
pencicipan ini akan membawa kita ke dalam pencicipan penuh dari segala berkat
kerajaan. Jika hari ini kita tidak menikmati Kristus sebagai tanah permai,
bagaimana kelak kita dapat masuk ke dalam perhentian‑Nya di dalam kerajaan itu,
dan mewarisi bumi bersama‑Nya? Jika hari ini kita tidak melaksanakan keimaman
kita untuk berkontak dengan Dia dan dengan doa melayani Dia, bagaimana kita
dapat menunaikan tugas keimaman kita di dalam kerajaan? Jika hari ini kita
tidak melatih roh kita dengan otoritas pemberian Allah untuk memerintah ego,
daging, seluruh diri kita, dan musuh dengan seluruh kekuatan kegelapannya,
bagaimana kita dapat menjadi raja bersama Kristus dan memerintah bangsa‑bangsa
bersama Dia di dalam kerajaan‑Nya (Why. 2:26‑27). Kenikmatan kita akan Kristus
dan pelaksanaan jabatan imam serta jabatan raja hari ini merupakan persiapan
dan persyaratan bagi partisipasi kita di dalam Kerajaan Kristus kelak!
Dalam
Kejadian 1, kita nampak Allah menciptakan manusia menurut rupa dan gambar‑Nya,
supaya manusia dapat mengekspresikan‑Nya. Menurut jalan pemikiran Surat Ibrani
yang mendalam, mengekspresikan Allah adalah masalah imamat. Hari ini menunaikan
tugas imamat dalam perjanjian yang baru berarti membiarkan hukum hayat
menggarapkan Allah ke dalam diri kita, supaya kita dapat menjadi ekspresi dan
kesaksian‑Nya. Manusia juga bukan hanya diciptakan menurut gambar Allah
sendiri, juga diberi kekuasaan untuk berkuasa atas segala makhluk ciptaan‑Nya.
Inilah jabatan raja. Lagi pula, Allah menyerahkan seluruh bumi kepada manusia
agar diduduki dan agar ekspresi dan kekuasaan Allah memenuhi seluruh bumi oleh
karena perkembangbiakannya. Maka, dalam Kejadian kita nampak, imamat, jabatan
raja, dan bumi, ketiga hal yang ditentukan Allah untuk diberikan kepada
manusia.
Setelah
Adam jatuh, Allah memilih ras lain, yaitu ras Abraham menjadi umat‑Nya. Maksud
hati Allah terhadap bani Israel dengan maksud semula Allah terhadap manusia
adalah sama. Sejak semula Allah menghendaki bani Israel menjadi bangsa imamat,
supaya mereka dapat mengekspresikan‑Nya, dan supaya mereka memperoleh kuasa
untuk mewakili‑Nya. Kepada mereka Allah juga telah mengaruniakan tanah yang
paling permai di bumi ini. Maka di antara bani Israel terdapat jabatan imam,
jabatan raja, dan bumi (tanah permai). Akan tetapi, kebanyakan di antara mereka
telah jatuh.
Ketika
tiba pada Perjanjian Baru, kita nampak kehendak Allah menginginkan seluruh kaum
gereja mengekspresikan‑Nya melalui jabatan imam, mewakili‑Nya melalui jabatan
raja, dan memiliki seluruh bumi ini, agar di bumi muncul satu kehidupan manusia
yang tepat. Pada suatu hari kelak kita akan memperoleh ketiga berkat hak
kesulungan tadi. Selama masa Kerajaan Seribu Tahun, kita akan memiliki
kehidupan manusia yang tepat. Itulah pemulihan penuh dari apa yang telah hilang
dalam Kejadian 3. Pada zaman kerajaan kelak, semua pemenang akan memihki
seluruh bumi, menjadi imam yang mengekspresikan Allah, dan menjadi raja yang
menguasai bangsa‑bangsa. Itulah kehidupan manusia yang tepat.
Karena
kita hari ini telah memiliki hak kesulungan, haruslah kita memanfaatkannya.
Kita harus melatih roh kita untuk mengekspresikan Allah, mewakili Allah, dan
menikmati Kristus sebagai tanah kita yang sejati. Jika hari ini kita gagal dalam
melakukan ketiga hal tersebut, bagaimanakah kita dapat melakukannya kelak dalam
zaman kerajaan? Maka hari ini juga kita harus mempraktekkan imamat dan jabatan
raja, juga menikmati dan menempati tanah permai kita. Jika kita berbuat
demikian, kita akan dipersiapkan sepenuhnya untuk memasuki sukacita memiliki
bumi yang akan datang, serta dalam memanfaatkan imamat dan jabatan raja. Saat
itu, kita akan menerima pahala dan menikmati hak kesulungan. Inilah sasaran
Allah.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 52
No comments:
Post a Comment