Pembacaan Alkitab: Ibr. 12:18-27
Segala hal yang disinggung dalam ayat
18‑19 bersifat bumiah, jasmani, dan melambangkan pihak hukum Taurat; pada pihak
itu, setiap orang termasuk Musa berada di dalam ketakutan dan kegentaran (ayat
19‑21). Hal‑hal yang disinggung dalam ayat 22‑24 itu surgawi dan rohani, berbeda
dengan hal‑hal bumiah dan jasmaniah yang tercantum dalam ayat 18‑19. Yang
surgawi dan rohani menyatakan pihak anugerah. Dalam anugerah ini, mereka yang
sulung dan roh‑roh orang‑orang benar diselamatkan oleh anugerah. Orang‑orang
yang berada di bawah perjanjian yang lama datang pada pihak hukum Taurat,
sedangkan kita, orang-orang Kristen, yang berada di bawah perjanjian yang baru,
datang pada pihak anugerah. Karena itu kita tidak berada di bawah hukum Taurat,
tetapi di bawah anugerah (Rm. 6:14). Inilah hak kesulungan kita! Kita tidak
seharusnya jatuh dan meninggalkan anugerah. (ayat 15) dan melepaskan hak
kesulungan, melainkan harus menerima anugerah (ayat 28). Segala hal yang berada
di pihak anugerah itu surgawi, tetapi belum semuanya berada di surga. Banyak
anak sulung dari gereja masih berada di bumi, sementara roh‑roh orang‑orang
benar (orang‑orang kudus Perjanjian Lama) masih berada di dalam Firdaus, tempat
Abraham berada (Luk. 16:22‑23, 25‑26), juga tempat Tuhan Yesus dan penyamun
yang diselamatkan itu pergi setelah mereka mati di kayu salib (Luk. 23:43).
Seperti telah kita nampak, tidak satu
pun dari enam butir yang tercantum pada pihak hukum Taurat itu yang
menyenangkan. Pertama, ada sebuah gunung yang menyala‑nyala. Lalu ada
kekelaman, kegelapan, dan angin badai. Terakhir, ada bunyi sangkakala yang
menakutkan, dan bunyi suara yang serius dan memperingatkan. Semuanya itu
menyajikan suatu pemandangan yang menakutkan! Namun, pada pihak anugerah,
segalanya menyenangkan. Delapan butir di sini dapat dianggap sebagai empat
pasang. Gunung Sion menjulang tinggi dan Yerusalem surgawi yang indah adalah pasangan
yang pertama, menunjukkan tempat kediaman Allah dan pusat pemerintahan
universal‑Nya. Kemudian para malaikat yang merayakan, bersorak‑sorai,
berhubungan sangat erat dengan ahli‑ahli waris keselamatan yang mereka layani
(1:14); para malaikat ini dan anak‑anak sulung yang diberkati dalam gereja membentuk
pasangan kedua dalam pemandangan ini. Allah, Hakim dari segalanya, dan roh‑roh
orang‑orang benar, orang‑orang kudus Perjanjian Lama, dihubungkan sebagai
pasangan yang ketiga, menunjukkan bahwa Allah sebagai Sang Benar, membenarkan
orang‑orang kudus yang benar dari perjanjian yang lama karena iman mereka.
Terakhir, Tuhan Yesus, yang terkasih, Pengantara perjanjian yang baru yang
adalah perjanjian yang lebih baik dan darah‑Nya yang mahal yang dipercikkan,
yang membicarakan sesuatu yang lebih baik, menyusun pasangan yang keempat. Ini
menunjukkan bahwa suatu perjanjian yang lebih baik telah ditetapkan dengan
darah Yesus yang lebih baik; juga menunjukkan bahwa Yesus telah mati dan
mewariskan perjanjian yang baru ini sebagai suatu wasiat baru untuk kaum
beriman‑Nya, dan bahwa sekarang Dia adalah Pengantara, Pelaksana dari wasiat
baru ini, yang merealisasikan semua fakta yang indah yang terkandung di
dalamnya. Betapa menyenangkan pemandangan ini! Betapa berbedanya dengan
pemandangan pada pihak hukum Taurat, di mana tidak ada Allah, tidak ada
Juruselamat, dan bahkan tidak ada para malaikat yang disinggung! Tetapi di
pihak pemandangan anugerah, ada pembenaran Allah, ada Juruselamat yang adalah
Pengantara wasiat baru‑Nya, dengan darah‑Nya yang berbicara; ada para malaikat
yang melayani dengan sidang (gereja) orang‑orang yang diselamatkan, dan roh‑roh
orang-orang kudus yang dibenarkan. Pada pihak hukum Taurat pemandangannya
berakhir dengan suara sangkakala yang menakutkan dan bunyi suara yang
memperingatkan. Pada pihak anugerah pemandangannya berakhir dengan seorang
Pengantara yang bersimpati dan suatu pembicaraan yang meyakinkan. Setelah
melihat perbedaan yang demikian, siapa yang masih begitu bodoh mau meninggalkan
pihak anugerah dan kembali ke pihak hukum Taurat? Kedelapan butir pada pihak
anugerah bukan hanya surgawi dan rohani, tetapi juga kekal. Karena itu
sekalipun langit diguncangkan (ayat 26), kedelapan butir yang kekal ini akan tetap
tinggal (ayat 27).
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 53
No comments:
Post a Comment