Pembacaan
Alkitab: Ibr. 12:15-17
Ibrani 12:28 mengatakan, "Marilah
kita menerima anugerah dan beribadah kepada Allah menurut cara yang, berkenan
kepada‑Nya, dengan hormat dan takut" (Tl). Kaum beriman
Ibrani tetap tinggal dalam jalan perjanjian yang baru, adalah menerima
anugerah. Kita semua perlu menggunakan anugerah, dan saling membantu dalam,
menggunakan anugerah. Asal kita mau menggunakan sedikit anugerah saja, seluruh
keadaan akan berubah. Adakalanya ketika seorang saudara sedang duduk bersama
istrinya di meja makan, suasananya sangat kelam. Dalam suasana demikian, saya
selalu menganjuri sang istri untuk lebih dulu menggunakan anugerah. Kalau ia
berbuat demikian, ruang makan itu akan berubah menjadi terang, dan sang suami
akan berkata, "Puji Tuhan!" Anugerah benar‑benar merupakan makanan
yang paling sehat.
Ibrani
12:15-16 memperlihatkan kepada kita tiga penyebab orang jatuh dan meninggalkan
anugerah Allah: akar pahit, percabulan, dan nafsu yang rendah. Menurut yang
tersirat dari konteks kitab ini, akar pahit pastilah penganut Yudaisme yang
menyebabkan kaum beriman Ibrani menyimpang dari anugerah Allah kepada liturgi
Yudaisme, sehingga mencemari diri mereka sendiri di pandangan Allah, menyia‑nyiakan
kekudusan Allah. Penganut agama Yahudi berusaha meyakinkan kaum beriman Ibrani
bahwa jalan perjanjian yang baru itu salah, jalan perjanjian yang lama itulah
yang benar.
Penyebab
kedua dari jatuh dan meninggalkan anugerah Allah ialah percabulan. Sewaktu
Paulus menuhs ayat 16, ia tentu teringat akan kisah Ruben, putra Yakub yang
pertama yang melampiaskan hawa nafsu, dagingnya sehingga kehilangan hak
kesulungannya (Kej. 49:3‑4; 1 Taw. 5:1). Karena keinginan daging, maka orang
cabul telah dijauhkan dari kenikmatan atas Kristus dalam perjanjian yang baru
dari Allah. Tidak ada satu hal yang lebih merusak umat Allah daripada
percabulan. Kita harus menjauhkan diri darinya. Orang‑orang cabul sama seperti
Ruben, akan kehilangan berkat kesulungan karena dicemari oleh hawa nafsunya.
Penyebab
ketiga ialah bernafsu rendah, yakni orang-orang yang mengasihi dunia dan hal‑hal
duniawi, dan yang tertawan oleh kesenangan jasmani. Seperti halnya dengan Esau
yang menjual hak kesulungannya karena sedikit makanan (Kej. 25:29‑34). Hak
kesulungan Esau sebagai putra sulung Ishak adalah bagian ganda atas tanah.
Jabatan imam, dan jabatan raja. Karena kesenangannya akan hal-hal duniawi, ia
melepaskan hak kesulungannya, maka bagian ganda atas tanah itu diberikan kepada
Yusuf (1 Taw. 5:1‑2), jabatan imam diberikan kepada Lewi (Ul. 33:8‑10), dan
jabatan raja diberikan kepada Yehuda (Kej. 49:10; 1 Taw. 5:2). Menyinggung
tentang Esau ini, ayat 17 mengatakan, "Sebab kamu tahu bahwa kemudian,
ketika Ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh
kesempatan untuk bertobat (memperhaiki kesalahannya), sekalipun ia mencarinya
dengan mencucurkan air mata." Perkataan "tidak beroleh
kesempatan untuk bertobat" bukan berarti Esau tidak mempunyai
kedudukan untuk bertobat, melainkan berarti dia tidak mempunyai kedudukan,
tidak mempunyai jalan untuk balik dengan menyesali akibat dari apa yang telah
dia lakukan.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 52
No comments:
Post a Comment