Pembacaan
Alkitab: Ibr. 10:38-39
Dalam
sepuluh pasal pertama Surat Ibrani kita nampak perbandingan yang sangat jelas,
lengkap, dan tuntas antara ekonomi Allah dengan agama manusia. Setelah
menyajikan perbandingan yang menyeluruh antara Yudaisme dengan ekonomi Allah
dalam sepuluh pasal pertama, kitab ini berpesan kepada kaum beriman Ibrani,
yang berada dalam bahaya berpaling kembali dan undur, agar hidup, berjalan,
maju oleh iman (10:38-39), bukan
berdasarkan apa yang kelihatan (2 Kor. 5:7). Kemudian dalam pasal 11
menjelaskan definisi iman menurut sejarah iman.
Sebelum
membahas masalah iman, saya ingin menambahkan beberapa kata lagi tentang
keselamatan jiwa. Kini kita semua adalah pengikut Kristus, jika kita ingin
mengikuti-Nya seturut
ekonomi Allah, kita harus membayar harga. Jika hari ini kita tidak mau membayar
harga untuk kehilangan jiwa kita, berarti kita tidak mau kehilangan kenikmatan
jiwani atau hiburan duniawi pada zaman ini, juga berarti kita tidak mau
memberikan kesempatan bagi hukum hayat untuk menggarapkan Kristus ke dalam
kita. Kita semua harus dapat berkata, "Aku mau membayar harga apa pun,
agar hukum hayat mendapat kesempatan untuk menggarapkan Kristus ke dalam setiap
bagian dari diriku." Inilah artinya kita disempurnakan, dan ini juga arti
dimuliakan. Pemuliaan kita di masa yang akan datang adalah beroleh jiwa. Jika kita maju ke depan, kita akan
tetap menjadi bahan-bahan yang
baik bagi hukum hayat untuk menggarapkan Kristus ke dalam diri kita. Jika
mengundurkan diri, bahan-bahan baik ini akan dirusak oleh kenikmatan jiwani,
hiburan duniawi, dan kegiatan agamis.
Binasa
atau rusak berarti hari ini kita menyelamatkan jiwa kita, dan kehilangan jiwa
di kemudian hari. Ini juga berarti kita menjual hak kesulungan pemuliaan, yaitu
meninggalkan hak kita untuk mencapai kesempurnaan yang penuh. Untuk memberi
dorongan kepada kaum beriman Ibrani agar mereka maju dalam hal ini, pada akhir
pasal 10 penulis mengatakan bahwa kita adalah orang-orang yang "percaya dan
beroleh jiwa" (Tl.). Setelah
menyajikan perbandingan yang menyeluruh antara Yudaisme dengan ekonomi Allah
dalam sepuluh pasal pertama, kitab ini berpesan kepada kaum beriman Ibrani
untuk maju ke depan oleh iman. Selanjutnya, dalam pasal 11, ia menampilkan
jalan iman yang unik.
Dalam
surat ini, iman pertama-tama
dibicarakan dalam pasal 3 dan 4. Dalam 4:2 kita nampak iman adalah jalan yang
unik untuk menerima firman Injil. Injil yang tepat adalah Injil wasiat. Jika
seseorang ingin menerima Injil wasiat, ia harus memiliki iman. Misalkan,
seseorang menyerahkan sebuah dokumen yang di dalamnya tercatat sejumlah besar
uang yang telah didepositokan di dalam bank atas nama Anda. Bila Anda mau
menerima dokumen itu, Anda perlu memiliki iman. Kalau Anda tidak beriman, Anda
akan berkata, "Ah, ini cuma sehelai kertas saja, tidak ada artinya
bagiku!" Ketika kita memberitakan Injil, kita harus menginfuskan iman ke
dalam hati orang. Kuasa pemberitaan Injil yang tepat tidak lain ialah membuat
orang-orang itu
terinfus dengan iman sedemikian rupa sehingga mereka percaya akan apa yang kita
beritakan. Agar dapat menerima firman Injil, orang harus memiliki iman.
Ibrani
6:1 mengatakan tentang "kepercayaan kepada Allah." Karena kita
tidak dapat melihat Allah, hanya dengan imanlah baru kita bisa memperoleh-Nya. Walaupun Allah itu agung dan
ajaib, namun ada orang berkata, "Bagiku, Allah tidak terhitung." Jika
kita beriman, Allah adalah segala sesuatu. Jika kita tidak beriman, Allah akan
menjadi bukan apa-apa bagi
kita. Setiap kali kita memberitakan Allah kepada orang, kita harus dapat
menginfuskan iman kepada orang; jika tidak, apa pun yang kita beritakan akan
sia-sia. Kalau
orang ingin memahami Allah, mereka harus mempunyai iman.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3,
Berita 47
No comments:
Post a Comment