Pembacaan
Alkitab: Ibr. 11:1
Kalau
kita ingin beriman, kita perlu memandang Yesus, sumber iman. Ketika kita
beralih dari yang lain dan hanya memandang Dia, Ia akan memancarkan diri‑Nya ke
dalam kita, mengisi diri kita dengan diri‑Nya, demikian kita beroleh iman
dengan spontan. Iman bukan berasal dari kita, melainkan dari Dia. Iman ialah
Kristus sendiri yang percaya bagi kita dengan cara yang paling subyektif. Ia
mentransfusikan diri‑Nya ke dalam kita, menggarapkan diri-Nya ke dalam kita,
hingga Ia, persona ini, menjadi unsur percaya di dalam diri kita. Karena itu,
bukan kita yang percaya, melainkan Ia yang percaya di dalam kita. Dengan
demikian, Ia membuat kita menjadi orang yang percaya. Memang kalau dilihat dari
luar, kitalah yang percaya, tetapi sebenarnya itulah iman‑Nya. Ini barulah iman
yang sejati.
Unsur
percaya Kristus diisikan ke dalam kita melalui hukum hayat. Semakin kita
membiarkan hukum hayat bekerja di dalam kita, kita akan semakin dapat percaya.
Kalau kita memberikan kesempatan terus‑menerus kepada hukum hayat untuk bekerja
di dalam pikiran, emosi, dan tekad kita, hukum hayat akan menghasilkan iman
yang besar di dalam kita.
Benda
terakhir dari susunan perabotan kemah ialah hukum hayat, yang dilambangkan oleh
loh batu kesaksian. Hukum itu disebut kesaksian, karena hukum, itu adalah
ekspresi dan definisi dari apa adanya Allah. Setiap hukum adalah ekspresi dari
pembuatnya. Hukum Allah juga mencerminkan apa adanya Allah. Karena Allah adalah
Allah terang dan kasih, juga benar dan kudus, maka hukum‑Nya juga adalah hukum
yang terang, kasih, benar, dan kudus. Sebagai pencerminan Allah, hukum itu
ialah ekspresi dan kesaksian Allah, juga bayangan hukum hayat. Hari ini hukum
hayat dalam kita sesungguhnya adalah refleksi dan ekspresi Allah. Semakin
banyak hukum hayat bekerja di dalam, kita, semakin banyak kita memiliki gambar
Allah. Dengan demikian kita akan menjadi ekspresi dan kesaksian‑Nya.
Susunan
perabotan kemah pada akhirnya membawa orang kepada hukum hayat, yaitu ekspresi
dan kesaksian Allah. Demikian pula, pengalaman atas Kristus yang bermula pada
salib berakhir pada kesaksian Allah yang dihasilkan oleh hukum hayat. Sasaran
pengalaman kita atas Kristus ialah mengekspresikan Allah. Ketika hukum hayat
bekerja di dalam kita untuk mendatangkan ekspresi dan kesaksian Allah, hasil
yang pertama ialah membuat kita percaya. Orang yang paling banyak memiliki iman
ialah orang yang di dalamnya paling banyak mengalami pekerjaan hukum hayat.
Orang yang demikian memiliki iman, sepenuhnya percaya kepada Allah, dan tidak
mengalami ketegangan atau perontaan sedikit pun. Dia percaya dengan spontan,
karena percayanya ini berasal dari pekerjaan hukum hayat yang ada di dalam
batinnya.
Hukum
hayat dalam Ibrani 8 menghasilkan kemampuan percaya, iman, dalam pasal 11.
Walaupun kita tidak dapat memahaminya hanya melalui membaca Alkitab, tetapi
kita dapat memahaminya melalui pengalaman. Pertama, kita memiliki pengalaman,
kemudian kita beroleh konfirmasi (kepastian) dari wahyu Alkitab. Dari segi
hayat, Ibrani 11 ialah hasil Ibrani 8, sebab kemampuan percaya berasal dari
operasi hukum hayat ilahi. Ketika hukum hayat beroperasi di batin kita, membuat
kita menjadi refleksi, ekspresi, dan kesaksian Allah, kita akan mudah percaya.
Iman kita akan timbul dengan spontan. Dalam faktanya, kita tidak dapat tidak
percaya, sebab kemampuan percaya itu telah tergarap ke dalam kita. Semoga kita
semua dapat mengalami iman dengan cara yang sesubyektif ini, yaitu dengan
melepaskan segala sesuatu, dan hanya memandang Yesus.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3,
Berita 49
No comments:
Post a Comment