Hitstat

11 November 2015

Ibrani - Minggu 25 Rabu



Pembacaan Alkitab: Ibr. 11:1


Kalau kita ingin beriman, kita perlu memandang Yesus, sumber iman. Ketika kita beralih dari yang lain dan hanya memandang Dia, Ia akan memancarkan diri‑Nya ke dalam kita, mengisi diri kita dengan diri‑Nya, demikian kita beroleh iman dengan spontan. Iman bukan berasal dari kita, melainkan dari Dia. Iman ialah Kristus sendiri yang percaya bagi kita dengan cara yang paling subyektif. Ia mentransfusikan diri‑Nya ke dalam kita, menggarapkan diri-Nya ke dalam kita, hingga Ia, persona ini, menjadi unsur percaya di dalam diri kita. Karena itu, bukan kita yang percaya, melainkan Ia yang percaya di dalam kita. Dengan demikian, Ia membuat kita menjadi orang yang percaya. Memang kalau dilihat dari luar, kitalah yang percaya, tetapi sebenarnya itulah iman‑Nya. Ini barulah iman yang sejati.

Unsur percaya Kristus diisikan ke dalam kita melalui hukum hayat. Semakin kita membiarkan hukum hayat bekerja di dalam kita, kita akan semakin dapat percaya. Kalau kita memberikan kesempatan terus‑menerus kepada hukum hayat untuk bekerja di dalam pikiran, emosi, dan tekad kita, hukum hayat akan menghasilkan iman yang besar di dalam kita.

Benda terakhir dari susunan perabotan kemah ialah hukum hayat, yang dilambangkan oleh loh batu kesaksian. Hukum itu disebut kesaksian, karena hukum, itu adalah ekspresi dan definisi dari apa adanya Allah. Setiap hukum adalah ekspresi dari pembuatnya. Hukum Allah juga mencerminkan apa adanya Allah. Karena Allah adalah Allah terang dan kasih, juga benar dan kudus, maka hukum‑Nya juga adalah hukum yang terang, kasih, benar, dan kudus. Sebagai pencerminan Allah, hukum itu ialah ekspresi dan kesaksian Allah, juga bayangan hukum hayat. Hari ini hukum hayat dalam kita sesungguhnya adalah refleksi dan ekspresi Allah. Semakin banyak hukum hayat bekerja di dalam, kita, semakin banyak kita memiliki gambar Allah. Dengan demikian kita akan menjadi ekspresi dan kesaksian‑Nya.

Susunan perabotan kemah pada akhirnya membawa orang kepada hukum hayat, yaitu ekspresi dan kesaksian Allah. Demikian pula, pengalaman atas Kristus yang bermula pada salib berakhir pada kesaksian Allah yang dihasilkan oleh hukum hayat. Sasaran pengalaman kita atas Kristus ialah mengekspresikan Allah. Ketika hukum hayat bekerja di dalam kita untuk mendatangkan ekspresi dan kesaksian Allah, hasil yang pertama ialah membuat kita percaya. Orang yang paling banyak memiliki iman ialah orang yang di dalamnya paling banyak mengalami pekerjaan hukum hayat. Orang yang demikian memiliki iman, sepenuhnya percaya kepada Allah, dan tidak mengalami ketegangan atau perontaan sedikit pun. Dia percaya dengan spontan, karena percayanya ini berasal dari pekerjaan hukum hayat yang ada di dalam batinnya.

Hukum hayat dalam Ibrani 8 menghasilkan kemampuan percaya, iman, dalam pasal 11. Walaupun kita tidak dapat memahaminya hanya melalui membaca Alkitab, tetapi kita dapat memahaminya melalui pengalaman. Pertama, kita memiliki pengalaman, kemudian kita beroleh konfirmasi (kepastian) dari wahyu Alkitab. Dari segi hayat, Ibrani 11 ialah hasil Ibrani 8, sebab kemampuan percaya berasal dari operasi hukum hayat ilahi. Ketika hukum hayat beroperasi di batin kita, membuat kita menjadi refleksi, ekspresi, dan kesaksian Allah, kita akan mudah percaya. Iman kita akan timbul dengan spontan. Dalam faktanya, kita tidak dapat tidak percaya, sebab kemampuan percaya itu telah tergarap ke dalam kita. Semoga kita semua dapat mengalami iman dengan cara yang sesubyektif ini, yaitu dengan melepaskan segala sesuatu, dan hanya memandang Yesus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 49

No comments: