Hitstat

15 December 2012

Efesus - Minggu 12 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:23-24


Kita semua perlu memiliki satu visi yang jelas tentang manusia baru. Cara hidup kita yang lama, warisan kita dari Babel, bahkan peraturan-peraturan Yahudi telah dibatalkan di dalam daging Kristus melalui kematian-Nya di atas salib. Jangan lagi memustikakan warisan kita, kita harus menyangkalnya. Di pihak positifnya, kita harus nampak bahwa manusia baru telah diciptakan, dan melalui kelahiran kembali telah ditaruh ke dalam roh kita. Sekarang yang kita perlukan ialah roh kita menjadi bagian yang dominan dari diri kita. Ini berarti roh kita yang berbaur dengan Roh Allah harus menjadi roh pikiran kita (Ef. 4:23). Bila roh kita menjadi roh pikiran kita, seluruh kehidupan kita akan berdasar pada roh. Apa saja yang kita perbuat, akan berdasar pada roh. Roh pikiran kita ini kemudian akan menjadi roh yang memperbarui. Ketika kita diperbarui oleh roh ini, kita mengenakan manusia baru.

Efesus 4:24 menerangkan bahwa manusia baru ini diciptakan langsung menurut Allah. Tetapi Kolose 3:10 mewahyukan, manusia baru ini sedang terus-menerus diperbarui untuk mencapai pengetahuan yang penuh menurut gambar Allah. Berhubung manusia baru ini diciptakan menurut Allah, maka pada hakekatnya ia sama dengan Allah. Namun dalam pengalaman kita, manusia baru ini harus diperbarui untuk mencapai pengetahuan yang penuh menurut gambar, ekspresi Allah yang menciptakannya. Penciptaan manusia baru menurut Allah itu telah rampung, tetapi dalam pengalaman kita, ia sedang diperbarui sedikit demi sedikit untuk mencapai pengetahuan yang penuh. Dengan cara inilah manusia baru yang kita alami ini menjadi ekspresi Allah.

Efesus 4:24 mengatakan manusia baru diciptakan menurut Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Kebenaran di sini menandakan perbuatan Allah, dan kekudusan menandakan apa adanya Allah. Apa saja yang Allah lakukan itu benar dan apa adanya Allah itu kudus. Manusia baru diciptakan menurut Allah dalam aspek-aspek ini. Tidak hanya demikian, kebenaran dan kekudusan berasal dari realitas. Dean Alford mengatakan bahwa kebenaran dalam ayat ini mengacu kepada esens Allah, sebab Allah itu kebenaran. Ini berlawanan dengan nafsu yang menyesatkan, yang disebut dalam Efesus 4:22. Penyesatan adalah esens Iblis, sang pendusta, tetapi kebenaran adalah esens Allah, Dialah kebenaran. Karena itu, nafsu itu berasal dari Iblis, si penyesat, sedangkan kebenaran dan kekudusan berasal dari Allah, yang adalah kebenaran. Vincent menunjukkan bahwa dalam ayat-ayat ini, baik penyesatan maupun kebenaran harus dianggap berpribadi. Manusia baru ini diciptakan menurut Allah dalam kebenaran dan kekudusan, yaitu kedua aspek dari esens Allah.

Dalam pengalaman kita terhadap manusia baru, manusia baru ini terus-menerus diperbarui untuk mencapai pengetahuan yang penuh menurut gambar Pencipta-Nya. Pembaruan ini terjadi melalui menanggalkan cara hidup yang lama untuk hidup menurut roh. Pada waktuwaktu yang lampau kita telah membicarakan banyak ten-tang roh kita. Akan tetapi, kita tidak boleh memisahkan hal ini dari masalah menanggalkan cara hidup kita yang lama. Bila kita ingin memiliki manusia baru sebagai kehidupan kita, kita harus terlebih dulu menanggalkan cara hidup lama kita. Kemudian kita harus membiarkan roh kita menjadi unsur yang memimpin, mendominasi, mengatur, dan memerintah seluruh diri kita. Jika kita hidup secara demikian, maka proses pembaruan akan dengan spontan berlangsung di dalam kita. Pembaruan yang terus-menerus sedemikian ini adalah mengenakan manusia baru. Inilah hidup gereja, hayat dan kehidupan manusia baru.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 25

1 comment:

Anonymous said...

Haleluya untuk firman ini :).