Pembacaan
Alkitab: Ef. 4:23-24
Kita
semua perlu memiliki satu visi yang jelas tentang manusia baru. Cara hidup kita
yang lama, warisan kita dari Babel, bahkan peraturan-peraturan Yahudi telah
dibatalkan di dalam daging Kristus melalui kematian-Nya di atas salib. Jangan
lagi memustikakan warisan kita, kita harus menyangkalnya. Di pihak positifnya,
kita harus nampak bahwa manusia baru telah diciptakan, dan melalui kelahiran
kembali telah ditaruh ke dalam roh kita. Sekarang yang kita perlukan ialah roh
kita menjadi bagian yang dominan dari diri kita. Ini berarti roh kita yang
berbaur dengan Roh Allah harus menjadi roh pikiran kita (Ef. 4:23). Bila roh
kita menjadi roh pikiran kita, seluruh kehidupan kita akan berdasar pada roh.
Apa saja yang kita perbuat, akan berdasar pada roh. Roh pikiran kita ini kemudian
akan menjadi roh yang memperbarui. Ketika kita diperbarui oleh roh ini, kita
mengenakan manusia baru.
Efesus
4:24 menerangkan bahwa manusia baru ini diciptakan langsung menurut Allah.
Tetapi Kolose 3:10 mewahyukan, manusia baru ini sedang terus-menerus diperbarui
untuk mencapai pengetahuan yang penuh menurut gambar Allah. Berhubung manusia
baru ini diciptakan menurut Allah, maka pada hakekatnya ia sama dengan Allah.
Namun dalam pengalaman kita, manusia baru ini harus diperbarui untuk mencapai
pengetahuan yang penuh menurut gambar, ekspresi Allah yang menciptakannya.
Penciptaan manusia baru menurut Allah itu telah rampung, tetapi dalam
pengalaman kita, ia sedang diperbarui sedikit demi sedikit untuk mencapai
pengetahuan yang penuh. Dengan cara inilah manusia baru yang kita alami ini
menjadi ekspresi Allah.
Efesus
4:24 mengatakan manusia baru diciptakan menurut Allah di dalam kebenaran dan
kekudusan yang sesungguhnya. Kebenaran di sini menandakan perbuatan Allah, dan
kekudusan menandakan apa adanya Allah. Apa saja yang Allah lakukan itu benar
dan apa adanya Allah itu kudus. Manusia baru diciptakan menurut Allah dalam
aspek-aspek ini. Tidak hanya demikian, kebenaran dan kekudusan berasal dari
realitas. Dean Alford mengatakan bahwa kebenaran dalam ayat ini mengacu kepada
esens Allah, sebab Allah itu kebenaran. Ini berlawanan dengan nafsu yang
menyesatkan, yang disebut dalam Efesus 4:22. Penyesatan adalah esens Iblis,
sang pendusta, tetapi kebenaran adalah esens Allah, Dialah kebenaran. Karena
itu, nafsu itu berasal dari Iblis, si penyesat, sedangkan kebenaran dan
kekudusan berasal dari Allah, yang adalah kebenaran. Vincent menunjukkan bahwa
dalam ayat-ayat ini, baik penyesatan maupun kebenaran harus dianggap
berpribadi. Manusia baru ini diciptakan menurut Allah dalam kebenaran dan
kekudusan, yaitu kedua aspek dari esens Allah.
Dalam
pengalaman kita terhadap manusia baru, manusia baru ini terus-menerus
diperbarui untuk mencapai pengetahuan yang penuh menurut gambar Pencipta-Nya.
Pembaruan ini terjadi melalui menanggalkan cara hidup yang lama untuk hidup
menurut roh. Pada waktuwaktu yang lampau kita telah membicarakan banyak
ten-tang roh kita. Akan tetapi, kita tidak boleh memisahkan hal ini dari
masalah menanggalkan cara hidup kita yang lama. Bila kita ingin memiliki
manusia baru sebagai kehidupan kita, kita harus terlebih dulu menanggalkan cara
hidup lama kita. Kemudian kita harus membiarkan roh kita menjadi unsur yang
memimpin, mendominasi, mengatur, dan memerintah seluruh diri kita. Jika kita
hidup secara demikian, maka proses pembaruan akan dengan spontan berlangsung di
dalam kita. Pembaruan yang terus-menerus sedemikian ini adalah mengenakan
manusia baru. Inilah hidup gereja, hayat dan kehidupan manusia baru.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku
1, Berita 25
1 comment:
Haleluya untuk firman ini :).
Post a Comment