Pembacaan
Alkitab: Rm. 8:29; 12:2; 2 Kor. 3:18
Ketika model standar ini dibangkitkan, terlahir dalam sifat insani‑Nya
sebagai Putra sulung Allah, Ia juga mencakup kita (1 Ptr. 1:3). Ketika Ia
diputrakan di dalam sifat insani‑Nya dalam kebangkitan‑Nya, kita juga
dilahirkan sebagai anak‑anak Allah. Kita harus melupakan waktu. Ketahuilah, di
surga tidak ada lonceng, di alam kekal juga tidak ada arloji. Meskipun sekarang
kita tidak dapat memahami hal ini, kita harus menerimanya dengan sederhana.
Berdasarkan firman Alkitab yang murni, ketika Kristus dibangkitkan, Ia
menyalurkan diri‑Nya sebagai hayat ke dalam kita, dan kita dilahirkan kembali.
Sesudah itu, Kristus masuk ke dalam kesempurnaan, ke dalam kemuliaan, di mana
Ia berdoa syafaat bagi kita, agar kita pun mengalami pemuliaan.
Kristus berdoa syafaat agar kita diselamatkan dengan sempurna. Apakah
artinya kita dibawa ke dalam kesempurnaan Kristus? Ini berarti Ia hendak
menghapus segala produk sampingan maut, menelan segala kesia‑siaan, kebejatan,
keluh kesah, dan kerusakan. Kristus berdoa syafaat agar pekerjaan ini sukses.
Doa syafaat‑Nya di takhta mendorong benih‑benih hayat, yang telah ditabur‑Nya
ke dalam kita pada saat kebangkitan‑Nya, menyatakan daya hidup‑Nya.
Seandainya Anda telah mengalahkan
setiap dosa, Anda lalu merasa damai, nyaman, dan tidak ada kesulitan dengan
siapa atau apa pun. Kalau Anda telah mencapai taraf demikian, apakah Anda sudah
merasa cukup senang dan cukup puas? Tentu tidak! Apakah manfaatnya kalau kita
hanya mengalahkan dosa dan bebas dari kesulitan? Kalau hanya mencapai tingkat
demikian, paling‑paling kita seperti sehelai kertas putih kosong. Inikah makna
dan tujuan hidup kita? Kesempurnaan semacam ini tidak berarti apa-apa. Namun,
kesempurnaan yang diwahyukan Perjanjian Baru ialah seluruh diri kita diproses
ke dalam pemuliaan Kristus, agar seluruh diri kita diresapi dan dijenuhi dengan
diri‑Nya yang ditinggikan dan dimuliakan. Doa syafaat Kristus bertujuan agar
benih hayat yang ditabur‑Nya ke dalam roh kita dapat didorong untuk bertumbuh,
berkembang, dan menjenuhi berbagai bagian batin kita sehingga seluruh diri kita
dijenuhi dengan diri‑Nya yang telah ditinggikan dan dimuliakan itu. Ketika hal
ini rampung, itulah saatnya kita beroleh penebusan tubuh, dan itulah saatnya
anak‑anak Allah dinyatakan, dan saatnya alam semesta menikmati kemerdekaan
kemuliaan. Inilah pemuliaan.
Sekarang mari kita membahas perkara hukum hayat lagi. Hukum hayat
menggarapkan Kristus, model standar itu, ke dalam setiap bagian dari diri kita,
menjenuhi bagian batin kita dengan segala unsur‑Nya. Inilah pengubahan
(transformasi) yang disebut dalam Perjanjian Baru. Roma 12:2 mengatakan, "Janganlah
kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu
(pikiranmu), sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah : Apa yang baik
yang berkenan kepada‑Nya dan sempurna." Bagaimana pikiran kita dapat
diperbarui? Dengan pekerjaan hukum hayat yang menjenuhi kita dengan unsur model
standar, sehingga kita dijadikan reproduksi‑Nya. Tidak hanya demikian, dalam 2
Korintus 3:18 dikatakan, "Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan
dengan muka yang tidak berselubung. Karena kemuliaan itu datangnya dan Tuhan
yang adalah Roh, maka kita sedang diubah menjadi serupa dengan gambar‑Nya,
dalam kemuliaan yang semakin besar." Inilah hasil operasi hukum hayat
di dalam kita. Akhirnya, seperti yang dikatakan dalam Roma 8:29, operasi hukum
hayat ini akan menyerupakan kita dengan gambar Putra sulung Allah. Setiap
saudara dari Putra sulung akan diserupakan dengan Dia. Putra sulung Allah,
model standar ini, hari ini berada dalam penyempurnaan dan pemuliaan, tetapi
kita belum lagi berada di sana. Kita masih berada dalam perjalanan, yaitu dalam
proses. Ketika Putra sulung berdoa syafaat bagi kita, doa syafaat‑Nya akan
mendorong benih hayat dalam batin kita agar bertumbuh, berkembang, dan
menjenuhi seluruh diri kita, sehingga kita diubah dan diserupakan dengan gambar‑Nya,
bahkan dibawa ke dalam penyempurnaan dan pemuliaan‑Nya. Kesemuanya ini tidak
lain adalah hasil operasi hukum hayat.
Sumber: Pelajaran-Hayat
Ibrani, Buku 2, Berita 38
No comments:
Post a Comment