Pembacaan
Alkitab: Kel. 30:6
Dalam berita ini kita perlu membahas pengalaman-pengalaman kita
atas Kristus yang terlukis pada susunan perabotan kemah. Di pelataran luar
terdapat mezbah kurban bakaran dari tembaga dan bejana pembasuhan dari tembaga,
kedua benda itu menandakan pengalaman kita atas Kristus di aspek luarnya. Mezbah
kurban bakaran tembaga menandakan salib (Kel. 40:29), di sini terutama kita
mengalami Kristus sebagai kurban penghapus dosa dan kurban‑kurban lainnya (Ibr.
13:10, 12; 10:12). Melalui salib Kristus kita telah dibenarkan, baik dengan
Allah maupun manusia. Sebagai kurban penghapus dosa, Kristus telah membereskan
masalah dosa kita; sebagai kurban pendamaian, Ia pun telah mendamaikan kita
dengan Allah, juga antar sesama kita. Ini merupakan pengalaman pertama yang
kita nikmati di dalam Kristus di aspek luarnya.
Setelah mezbah, ada bejana pembasuhan tembaga yang menandakan
pembasuhan Roh Kudus. Dalam perlambangan, tembaga melambangkan penghakiman
kebenaran Allah. Pembasuhan Roh Kudus berdasar pada penghakiman yang dialami
Kristus karena kita. Walaupun kita telah mengalami Kristus sebagai
kurban-kurban persembahan kita, tetapi sebelum kita dapat memasuki hadirat Allah,
kita perlu pembasuhan, penyucian Roh Kudus. Sesudah memiliki kedua macam
pengalaman di pelataran luar, barulah kita memenuhi syarat untuk masuk ke dalam
kemah.
Ketika kita masuk ke dalam tempat kudus, perabotan pertama yang
kita jumpai ialah meja roti sajian (Kel. 40:22-23), yang menandakan Kristus
sebagai suplai hayat kita (Yoh. 6:35, 57). Ada dua belas ketul roti di atas
meja roti sajian. Angka dua belas menandakan kegenapan dan kesempurnaan yang
kekal. Kristus adalah roti kekal kita. Kenikmatan kita atas Kristus secara
batiniah di atas meja roti sajian bersifat kekal.
Setelah meja roti sajian ada kaki pelita (Kel. 40:24‑25). Di sini
kita mengalami Kristus sebagai pancaran terang hayat (Yoh. 1:4; 8:12).
Pengalaman atas kaki pelita menyusul pengalaman atas meja roti sajian,
menunjukkan terang hayat berasal dari kenikmatan kita atas Kristus sebagai
suplai hayat. Ketika kita menikmati Kristus sebagai makanan hayat, kita pun
memiliki terang itu, sebab "hayat itu adalah terang manusia" (Yoh. 1:4).
Di atas kaki pelita terdapat tujuh buah pelita. Tujuh juga merupakan angka
kegenapan, namun bukan menunjukkan angka kegenapan kekal. Itu adalah angka
kegenapan Allah pada tiap periode dalam pergerakan ekonomi Allah. Kita akan
memiliki suplai hayat sampai selama‑lamanya, namun tujuan kaki pelita adalah
memungkinkan umat Allah tetap dapat bergerak dan bertindak dalam zaman yang
gelap. Jadi kaki pelita adalah untuk pergerakan dalam ekonomi Allah. Tanpa
pancaran terang ini mustahil kita dapat bergerak atau berbuat apa pun dalam
ekonomi Allah.
Perabotan terakhir dalam tempat kudus adalah mezbah ukupan emas.
Meja roti sajian terletak di sebelah utara, kaki pelita di sebelah selatan, dan
mezbah ukupan di sebelah barat, yakni di antara meja sajian dengan kaki pelita,
yang sangat berdekatan dengan tirai (tabir) pemisah. Di mezbah ukupan ini kita
bisa mengambil bagian dalam Kristus sebagai ukupan harum yang dipersembahkan
kepada Allah, agar kita diperkenan Allah (Ef. 1:6). Kita harus berdoa dalam
nama Kristus. Doa kita seperti dupa, sedangkan Kristus ibarat kemenyan harum
yang dimasukkan ke dalam dupa. Ketika kita berdoa dalam dan bersama Kristus,
Kristus sebagai kemenyan terbaur dengan doa kita dan naik ke hadirat Allah.
Ukupan ini menjadi unsur yang memungkinkan diri kita dan doa kita diperkenan
Allah. Pengalaman ini lebih dalam, membawa kita kepada pengalaman yang paling
dalam, yaitu di dalam tempat maha kudus.
Walaupun mezbah ukupan bukan berada di tempat maha kudus, namun ia
mengarahkan dan memimpin kita memasuki tempat maha kudus. Ia berada di tempat
kudus, tetapi fungsinya ditujukan untuk tempat maha kudus. Jadi, pengalaman
atas mezbah ukupan lebih dalam daripada pengalaman atas meja roti sajian dan
kaki pelita.
No comments:
Post a Comment