Pembacaan
Alkitab: Ibr. 9:8-11
Kita telah nampak kemah yang pertama, yaitu tempat kudus,
menandakan perjanjian yang lama adalah satu lambang (9:1-2, 6, 8-10). Karena tempat kudus merupakan
simbol dari perjanjian yang lama, maka ia menandakan bahwa perjanjian yang lama
adalah lambang perjanjian yang baru. Jadi, seluruh tempat kudus merupakan satu
lambang, satu simbol, bukan realitas.
Sebagai lambang perjanjian yang lama, kemah pertama tidak dapat
menyempurnakan mereka yang beribadah (9:9). Karena ia bukan yang rohani dan
tanpa hayat, maka ia tidak dapat menyempurnakan mereka yang beribadah kepada
Allah melaluinya. Ia menyingkapkan kekurangan para penyembah Allah, tetapi
tidak dapat menyempurnakan mereka dengan hal-hal riil yang berasal dari hayat
dalam roh.
Dikatakan dalam ayat 8 bahwa pada waktu itu "jalan ke
tempat maha kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih
ada" (Tl.). Ketika kemah yang pertama itu masih ada, jalan
masuk ke tempat maha kudus belum nyata, ini berarti jalan masuk ke perjanjian
yang baru belum terbuka. Namun ketika kita tiba pada 10:19-20, kita nampak satu
jalan yang baru dan yang hidup, yang baru saja terbuka untuk menuju ke tempat
yang maha kudus, ke dalam perjanjian yang baru. Seperti telah kita lihat, kemah
yang pertama, tempat kudus menyimbolkan perjanjian yang lama, dan kemah yang
kedua, tempat maha kudus menyimbolkan perjanjian yang baru. Sekarang tirai
(tabir) yang menutupi tempat maha kudus telah terkoyak oleh kematian Kristus
(Mat. 27:51), yang menyalibkan daging (Ibr. 10:20; Gal. 5:24), dan kini jalan ke
tempat maha kudus telah ternyata. Karena itu, kita tidak perlu tetap berada di
tempat kudus, yaitu perjanjian yang lama, yang juga adalah jiwa kita, kita
harus masuk ke dalam tempat maha kudus, yaitu perjanjian yang baru, yang juga
adalah roh kita. Inilah sasaran Kitab Ibrani.
Kemah kedua, tempat maha kudus, menandakan bahwa perjanjian yang
baru adalah realitas, bukan suatu lambang (9:3‑5, 7‑8, 10‑12). Sekalipun dalam
zaman perjanjian lama, tempat maha kudus bukanlah suatu lambang, melainkan
suatu realitas, sebab di sana terdapat kemuliaan, kehadiran, dan pembicaraan
Allah. Di sanalah Allah berjumpa dengan umat‑Nya. Namun, dalam zaman perjanjian
yang lama tidak semua orang bisa masuk ke tempat maha kudus, karena jalan
menuju tempat itu belum terbuka. Tempat kudus merupakan satu lambang. Apakah
kaki pelita dan meja yang ada di dalam tempat kudus itu riil? Tidak, semua
hanya merupakan gambaran belaka. Tetapi bagaimana dengan kemuliaan dan
pembicaraan Allah di tempat maha kudus? Semuanya riil. Walaupun pada zaman
perjanjian lama jalan menuju tempat maha kudus belum ternyata, tetapi hari ini
jalannya sudah ternyata. Karena itu, jangan lagi kita berhenti di tempat kudus,
kita harus maju, masuk ke tempat maha kudus. Bila kita masuk ke dalam tempat
maha kudus, kita berada dalam perjanjian yang baru, menikmati semua warisan
yang diwasiatkan kepada kita dalam perjanjian yang baru. Warisan ini mencakup
kehadiran Allah, pembicaraan Allah, pertemuan dan persekutuan dengan Allah.
Ketika kita bersekutu dengan Allah, Ia akan mentransfusikan dan menginfuskan
diri‑Nya ke dalam kita. Inilah realitas perjanjian yang baru. Apakah Anda
menyadari bahwa hari ini kita berada dalam tempat maha kudus? Sudahkah Anda
nampak bahwa kita kini sudah berada di depan tutup pendamaian sambil menikmati
penyertaan‑Nya? Haleluya, kita telah menyeberang sungai! Kita telah
meninggalkan tempat kudus di seberang sana sungai, dan sekarang berada di tepi
yang indah seberang sini, yaitu di tempat maha kudus. Inilah Surat Ibrani.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita
39
No comments:
Post a Comment