Pembacaan
Alkitab: Ibr. 9:24
Penyataan Kristus kali pertama juga untuk menetapkan perjanjian
yang baru (Mat. 26:28). Dengan menghapuskan dosa dan merampungkan penebusan
yang kekal, Kristus telah menetapkan perjanjian yang baru. Jadi, perjanjian
yang baru juga adalah suatu warisan.
Terakhir, penyataan Kristus kali pertama juga untuk pewarisan
wasiat baru (9:16‑17). Kita sudah mengatakan bahwa begitu perjanjian yang baru
diwariskan, ia lalu menjadi wasiat baru. Dalam penyataan kali pertama, Kristus
telah merampungkan segala sesuatu, dan mencantumkan segala sesuatu yang telah
rampung itu dalam suatu wasiat, lalu mewariskan‑Nya kepada kita. Dalam wasiat
itu kita telah memiliki setiap hal yang dirampungkan Kristus sebagai warisan
kita. Karena setiap hal telah dirampungkan, maka baik Ia maupun kita tidak
perlu berbuat apa‑apa lagi. Jika kita mempunyai visi ini, kita akan nampak
bahwa dalam penyataan‑Nya kali pertama selama tiga puluh tiga setengah tahun
itu, Kristus telah merampungkan segala sesuatu serta mencantumkannya dalam
surat wasiat, yaitu dalam wasiat baru. Jangan menganggap Perjanjian Baru
sebagai kitab janji atau kitab nubuat. Tidak, seluruh Perjanjian Baru adalah
surat wasiat.
Kita perlu memiliki visi yang jelas ini, nampak Kristus telah
merampungkan segala sesuatu. Jika kita nampak visi ini, kita tidak akan meronta‑ronta
dalam menghadapi apa pun, kita hanya beristirahat dengan tenang di atas segala
yang telah dirampungkan Kristus. Saya sungguh girang, sebab Kristus telah
merampungkan segala sesuatu bagi saya. Berbahagialah orang yang nampak visi
bahwa Kristus telah merampungkan segala sesuatu bagi dirinya! Kini, Kristus
duduk di surga, sebab semua pekerjaan telah dirampungkan‑Nya. Ia tidak bersusah
payah atau berjuang dengan meronta‑ronta, melainkan duduk dengan penuh
perhentian di surga. Dalam Alkitab, duduk berarti pekerjaan sudah selesai.
Setiap hal yang diperlukan bagi penyempurnaan rencana kekal Allah telah
digenapkan oleh Kristus dalam penyataan‑Nya kali pertama. Semua yang telah
dirampungkan‑Nya telah diwariskan kepada kita sebagai warisan di dalam wasiat
baru.
Setelah dengan kematian dan kebangkitan‑Nya Ia menggenapkan hal‑hal
yang diperlukan, Kristus naik ke surga dan masuk ke dalam tempat maha kudus di
surga. Ayat 24 mengatakan, "Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat
kudus buatan tangan manusia..., tetapi ke dalam surga sendiri..." Kemah
dalam Perjanjian Lama hanya merupakan gambar dari kemah sejati yang di surga.
Bumi adalah pelataran luar dari kemah sejati ini. Sebagai Imam Besar, setelah
menyelesaikan pekerjaan‑Nya di pelataran luar, Kristus lalu masuk ke dalam
tempat maha kudus dalam kemah yang sejati.
Sebagai Imam Besar, Kristus melayani ibadah di dalam kemah sejati
(8:1‑2). Apakah yang dikerjakan Kristus sebagai Imam Besar? Ia berdoa untuk
kita, supaya segala hal yang telah digenapkan‑Nya itu dapat tergarap ke dalam
diri kita. Kristus, Melkisedek kita, melakukan doa syafaat‑Nya secara rahasia
untuk setiap orang yang mengasihi dan mencari Dia. Ketika Ia berdoa untuk kita
di surga, Ia pun menjadi Roh almuhit dan alwasi (memenuhi segala sesuatu, luas
tak terbatas). Roh almuhit ini beroperasi di dalam kita menurut doa syafaat
Kristus yang surgawi, mendorong (menggerakkan) hukum hayat di dalam kita agar
berfungsi dan membuat Putra sulung Allah, model standar itu, tergarap ke dalam
diri kita. Hal ini sedang terjadi hari ini di bumi. Puji Tuhan, hari ini Kristus
sedang menunaikan pelayanan ibadah‑Nya di kemah yang sejati!
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3,
Berita 42
No comments:
Post a Comment