Pembacaan
Alkitab: Rm. 8:2
Sesudah tempat kudus ada tempat maha kudus dalam tempat maha kudus
kita mengalami Kristus dengan cara yang paling dalam. Pertama, di tabut hukum
(Kel. 40:20‑21) kita beroleh bagian dalam Kristus sebagai perwujudan Allah
untuk kesaksian Allah (Kol. 2:9; 1br. 1:3a). Karena hukum Taurat itu adalah
kesaksian Allah, maka tabut yang di dalamnya berisi hukum Taurat disebut juga
tabut kesaksian. Tabut kesaksian adalah lambang Kristus, kesaksian Allah yang
sejati, yang adalah perwujudan dan ekspresi segala apa adanya Allah. Di tempat
maha kudus, yaitu di bagian paling dalam dari tempat kediaman Allah, kita
mengalami Kristus sebagai tabut kesaksian Allah. Di sini kita tidak saja
menikmati Kristus sebagai Penebus, suplai hayat, dan terang hayat, juga
menikmati‑Nya sebagai perwujudan dan ekspresi segala apa adanya Allah. Di sini
kita beroleh bagian dalam unsur ilahi, sifat ilahi, bahkan ekspresi ilahi Allah
itu sendiri.
Dalam tabut kesaksian kita menikmati tiga aspek dari Kristus :
pertama, kita menikmati‑Nya sebagai manna yang tersembunyi (Kel. 16:33‑34).
Manna yang tersembunyi ini ditaruh dalam buli‑buli emas, melambangkan
pengalaman kita atas Kristus sebagai suplai hayat di batin kita yang terdalam,
jauh lebih dalam daripada pengalaman atas roti sajian di tempat kudus. Itulah
manna yang dijanjikan Tuhan kepada para pemenang dalam Wahyu 2:17. Manna
terbuka merupakan makanan semua orang di luar tempat kediaman Allah, yakni
mereka yang mengembara di padang gurun jiwa, sedangkan manna yang tersembunyi
ialah makanan mereka yang tidak lagi mengembara di padang gurun jiwa, melainkan
yang hidup di hadirat Allah di dalam roh bagian paling dalam dari tempat
kediaman Allah. Untuk menikmati Kristus sebagal suplai kita yang paling dalam,
kita perlu mengalahkan semua hambatan yang di luar, menerobos semua rintangan
duniawi, daging, dan jiwa, untuk masuk ke dalam tempat maha kudus Allah.
Dalam tabut kesaksian juga ada tongkat yang bertunas, melambangkan
pengalaman kita atas Kristus, sebagai diperkenannya kita oleh Allah dalam hayat
kebangkitan, untuk kekuasaan dalam ministri yang diamanatkan Allah (Bil. 17:3,
5, 8, 10). Ini juga lebih dalam daripada pengalaman atas Kristus sebagai ukupan
yang membuat kita diperkenan Allah. Tongkat Harun yang bertunas melambangkan
hayat kebangkitan. Di mana ada hayat kebangkitan, di sana ada kekuasaan. Jadi,
tongkat yang bertunas berarti kekuasaan dalam hayat kebangkitan untuk ministri
yang Allah berikan kepada kita. Di sini, Kristus yang bangkit dan tersembunyi
menjadi kekuasaan pemberian Allah dalam hayat kebangkitan kepada kita, tanpa
unsur maut sedikit pun, bahkan dalam kegelapan yang dingin sekalipun tetap
bertunas. Untuk hidup gereja hari ini, kita memerlukan pengalaman atas tongkat
yang bertunas yang sedemikian ini, yakni Kristus yang telah bangkit dan
tersembunyi.
Dalam tabut kesaksian, Kristus juga kita alami sebagai loh hukum,
loh kesaksian, kesepuluh perintah, yaitu sebagai hukum hayat batiniah yang
mempersaksikan, menerangi, dan mengatur kita (Ibr. 8:10). Hukum hayat batiniah,
yang adalah Kristus sebagai kesaksian Allah, adalah kesaksian Allah yang
sebenarnya. Ketika hukum hayat batiniah ini menurut sifat ilahi Allah
mempersaksikan, menerangi, dan mengatur kita, ia pun menginfuskan sifat dan
atribut ilahi ke dalam kita, menyerupakan kita dengan gambar Allah agar kita
dapat mengekspresikan dan mewakili Dia. Butir terakhir dalam pengalaman kita
atas Kristus ialah tersalurnya sifat ilahi Allah ke dalam diri kita, agar kita
sama dengan Allah baik dalam sifat maupun ekspresi‑Nya. Hukum hayat batiniah
berfungsi untuk menjenuhi dan meresapi kita dengan menginfuskan ke dalam kita
unsur Putra sulung Allah, model standar itu, agar kita menjadi duplikat‑Nya,
dan dengan demikian Allah akan beroleh ekspresi korporat diri‑Nya untuk
menggenapkan kehendak‑Nya yang kekal. Inilah titik tertinggi dari pengalaman
kita atas Kristus.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3,
Berita 40
No comments:
Post a Comment