Pembacaan
Alkitab: Ibr. 9:11
Mulai 10:19 penulis surat Ibrani mengetengahkan peringatan lain.
Peringatan ini, peringatan keempat dalam Surat Ibrani, memperingatkan kita
untuk maju ke tempat maha kudus, dan jangan berbalik ke agama Yahudi. Dalam
pasal 9 kita telah nampak dua kemah yang menyimbolkan dua perjanjian dan dua
zaman. Di sini ada bahaya, yakni kita tidak mau maju ke kemah kedua, tetapi
berbalik ke kemah pertama. Kita seharusnya meninggalkan kemah pertama,
perjanjian yang pertama, zaman yang pertama, dan maju ke kemah kedua, ke zaman
kedua. Kita harus pergi ke tempat maha kudus, masuk ke zaman perjanjian yang
baru, dan hidup dalam zaman yang baru. Setelah memberikan suatu gambaran
lengkap dari hal-hal ini,
penulis menjadi sangat prihatin kalau-kalau kaum beriman Ibrani enggan maju terus. Karena itu ia memberi
peringatan kepada mereka, memberi tahu mereka bahaya dari berbalik ke agama
Yahudi dan enggan maju ke dalam perjanjian yang baru. Maju ke depan sangat
berlawanan dengan berbalik ke belakang! Berbalik ke belakang adalah hal yang
mengerikan! Berhubung berbalik ke belakang adalah hal yang demikian mengerikan,
maka kita seyogianya menanggapi peringatan keempat ini dengan sangat khidmat.
Pertama, kita harus memperhatikan ungkapan "maju ke
(depan)". Ungkapan ini dipakai empat kali dalam Surat Ibrani berkenaan
dengan tiga hal. Ibrani 4:16 memberi tahu kita untuk menghampiri takhta
anugerah; Ibrani 7:25 dan 11:6 memberi tahu kita untuk datang kepada (berpaling
kepada) Allah; dan dalam 10:22 memberi tahu kita untuk menghampiri tempat, maha
kudus (LAI: menghadap Allah). Dalam bahasa aslinya, tidak ada kata‑kata
"tempat maha kudus" dalam 10:22. Namun bila kita meneliti konteks
mulai ayat 19, kita, pasti mengetahui bahwa yang dimaksud ialah maju ke tempat,
maha kudus.
Allah berada di atas takhta anugerah, sedangkan takhta anugerah
berada dalam tempat maha kudus. Inilah pemandangan dari zaman perjanjian yang
baru. Di mana pun kita berada, kita harus maju ke tempat maha kudus, ke takhta
anugerah dan ke hadirat Allah. Bila kita berbuat demikian, berarti kita
memasuki zaman yang baru, ekonomi baru, penyaluran baru, dan administrasi baru,
yang di dalam dan melaluinya kehendak Allah dapat digenapkan. Kehendak kekal
Allah hanya dapat tercapai dengan duduknya Allah di atas takhta anugerah dalam
tempat maha kudus di dalam zaman perjanjian yang baru ini. Maju ke depan bukan
hanya suatu hal untuk keselamatan kita, atau pemuliaan kita, tetapi juga untuk
penggenapan kehendak kekal Allah. Bagi kita beroleh selamat atau beroleh
kemuliaan ialah hal kecil, namun tergenapnya kehendak kekal Allah adalah hal
yang besar. Syukur kepada Allah, karena Ia telah mencakupkan kita dalam hal
ini. Majunya kita dan kenikmatan kita atas perjanjian baru sepenuhnya untuk Dia
dan kehendak-Nya. Hal ini
bertujuan agar diri-Nya dapat diekspresikan, dan agar kehendak kekal-Nya dapat dirampungkan. Hal ini
menuntut empat hal: Allah yang duduk di atas takhta, takhta anugerah, tempat
maha kudus, dan zaman perjanjian yang baru. Bila kurang salah satu dari keempat hal ini,
mustahillah Allah merampungkan kehendak-Nya. Alangkah seriusnya hal ini!
Kemah pertama, yakni tempat kudus hanya suatu gambar, bukan
realitas. Seperti telah kita nampak, semua benda dalam tempat kudus, misaInya
meja roti sajian dan kaki pelita, hanyalah lambang Kristus, bukan realitasnya.
Kemah kedua, yakni tempat maha kudus, terealisasikan melalui zaman
perjanjian yang baru (9:3, 8, 10). Tempat maha kudus ialah realitas, yang
terealisasikan melalui zaman perjanjian yang baru, yang di dalamnya kita pun
mengalami realitasnya. Kehadiran Allah, kemuliaan Allah, pertemuan Allah dengan
manusia, dan pembicaraan Allah yang berada dalam tempat maha kudus, semuanya
riil. Hal-hal ini bukan
lambang, melainkan realitas yang dapat kita realisasikan dan dapat kita alami
sepenuhnya dalam zaman perjanjian yang baru.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3,
Berita 44
No comments:
Post a Comment