Hitstat

22 October 2015

Ibrani - Minggu 22 Kamis



Pembacaan Alkitab: Ibr. 9:11


Mulai 10:19 penulis surat Ibrani mengetengahkan peringatan lain. Peringatan ini, peringatan keempat dalam Surat Ibrani, memperingatkan kita untuk maju ke tempat maha kudus, dan jangan berbalik ke agama Yahudi. Dalam pasal 9 kita telah nampak dua kemah yang menyimbolkan dua perjanjian dan dua zaman. Di sini ada bahaya, yakni kita tidak mau maju ke kemah kedua, tetapi berbalik ke kemah pertama. Kita seharusnya meninggalkan kemah pertama, perjanjian yang pertama, zaman yang pertama, dan maju ke kemah kedua, ke zaman kedua. Kita harus pergi ke tempat maha kudus, masuk ke zaman perjanjian yang baru, dan hidup dalam zaman yang baru. Setelah memberikan suatu gambaran lengkap dari hal-hal ini, penulis menjadi sangat prihatin kalau-kalau kaum beriman Ibrani enggan maju terus. Karena itu ia memberi peringatan kepada mereka, memberi tahu mereka bahaya dari berbalik ke agama Yahudi dan enggan maju ke dalam perjanjian yang baru. Maju ke depan sangat berlawanan dengan berbalik ke belakang! Berbalik ke belakang adalah hal yang mengerikan! Berhubung berbalik ke belakang adalah hal yang demikian mengerikan, maka kita seyogianya menanggapi peringatan keempat ini dengan sangat khidmat.

Pertama, kita harus memperhatikan ungkapan "maju ke (depan)". Ungkapan ini dipakai empat kali dalam Surat Ibrani berkenaan dengan tiga hal. Ibrani 4:16 memberi tahu kita untuk menghampiri takhta anugerah; Ibrani 7:25 dan 11:6 memberi tahu kita untuk datang kepada (berpaling kepada) Allah; dan dalam 10:22 memberi tahu kita untuk menghampiri tempat, maha kudus (LAI: menghadap Allah). Dalam bahasa aslinya, tidak ada kata‑kata "tempat maha kudus" dalam 10:22. Namun bila kita meneliti konteks mulai ayat 19, kita, pasti mengetahui bahwa yang dimaksud ialah maju ke tempat, maha kudus.

Allah berada di atas takhta anugerah, sedangkan takhta anugerah berada dalam tempat maha kudus. Inilah pemandangan dari zaman perjanjian yang baru. Di mana pun kita berada, kita harus maju ke tempat maha kudus, ke takhta anugerah dan ke hadirat Allah. Bila kita berbuat demikian, berarti kita memasuki zaman yang baru, ekonomi baru, penyaluran baru, dan administrasi baru, yang di dalam dan melaluinya kehendak Allah dapat digenapkan. Kehendak kekal Allah hanya dapat tercapai dengan duduknya Allah di atas takhta anugerah dalam tempat maha kudus di dalam zaman perjanjian yang baru ini. Maju ke depan bukan hanya suatu hal untuk keselamatan kita, atau pemuliaan kita, tetapi juga untuk penggenapan kehendak kekal Allah. Bagi kita beroleh selamat atau beroleh kemuliaan ialah hal kecil, namun tergenapnya kehendak kekal Allah adalah hal yang besar. Syukur kepada Allah, karena Ia telah mencakupkan kita dalam hal ini. Majunya kita dan kenikmatan kita atas perjanjian baru sepenuhnya untuk Dia dan kehendak-Nya. Hal ini bertujuan agar diri-Nya dapat diekspresikan, dan agar kehendak kekal-Nya dapat dirampungkan. Hal ini menuntut empat hal: Allah yang duduk di atas takhta, takhta anugerah, tempat maha kudus, dan zaman perjanjian yang baru. Bila kurang salah satu dari keempat hal ini, mustahillah Allah merampungkan kehendak-Nya. Alangkah seriusnya hal ini!

Kemah pertama, yakni tempat kudus hanya suatu gambar, bukan realitas. Seperti telah kita nampak, semua benda dalam tempat kudus, misaInya meja roti sajian dan kaki pelita, hanyalah lambang Kristus, bukan realitasnya.

Kemah kedua, yakni tempat maha kudus, terealisasikan melalui zaman perjanjian yang baru (9:3, 8, 10). Tempat maha kudus ialah realitas, yang terealisasikan melalui zaman perjanjian yang baru, yang di dalamnya kita pun mengalami realitasnya. Kehadiran Allah, kemuliaan Allah, pertemuan Allah dengan manusia, dan pembicaraan Allah yang berada dalam tempat maha kudus, semuanya riil. Hal-hal ini bukan lambang, melainkan realitas yang dapat kita realisasikan dan dapat kita alami sepenuhnya dalam zaman perjanjian yang baru.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 44

No comments: