Hitstat

08 June 2016

1 Petrus - Minggu 14 Rabu



Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 4:3-4
Doa baca: 1 Ptr. 4:4
Sebab itu, mereka heran bahwa kamu tidak turut menceburkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama dan mereka memfitnah kamu.


Dalam ayat 3 Petrus tidak hanya membicarakan keinginan nafsu, dia juga memasukkan "penyembahan berhala yang terlarang". Di mana ada keinginan nafsu, di sana akan ada penyembahan berhala. Beberapa orang berkata, "Kami hidup di negara yang modern dan ilmiah. Masyarakat di sini tidak takhayul. Kami tidak mempunyai berhala apa pun." Faktanya, setiap orang yang menuruti nafsu memiliki suatu berhala.

Dalam ayat 4 Petrus melanjutkan, "Sebab itu, mereka heran (merasa aneh) bahwa kamu tidak turut menceburkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama dan mereka memfitnah kamu." Hidup dalam daging, dalam hawa nafsu (keinginan) manusia (ayat 2) sudah lazim di antara orang kafir yang tidak percaya, yang menceburkan diri dalam kubangan ketidaksenonohan. Tetapi menempuh hidup yang kudus dalam kehendak Allah, tidak menceburkan diri dalam penghamburan hawa nafsu, tidak lazim bagi mereka. Hal itu adalah sesuatu yang asing, aneh bagi mereka. Mereka heran dan tercengang olehnya.

Orang-orang dunia heran bahwa kita tidak menceburkan diri bersama mereka masuk ke dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama. Semua keinginan yang tertera dalam ayat 3 ini diumpamakan dengan sebuah banjir (kubangan, LAI). Banjir ini adalah suatu arus, suatu kecenderungan. Setiap kali akhir pekan tiba, orang-orang dunia mengikuti arus ini untuk menuruti hawa nafsu mereka. Mereka heran bahwa kita, sebagai kaum beriman, tidak menceburkan diri bersama mereka ke dalam kubangan keinginan. Seolah-olah kita adalah orang asing bagi mereka. Mereka mungkin melihat diri kita sebagai orang asing, warganegara lain. Misalnya, andaikata Anda hidup di Amerika Serikat dan Anda menerima beberapa tamu dari luar negeri, mereka mungkin asing bagi Anda, dan Anda asing bagi mereka. Kedua pihak akan merasakan bahwa mereka sedang bersama dengan orang asing. Sama prinsipnya dengan kita tidak menceburkan diri bersama orang-orang yang tak percaya dan orang-orang dunia ke dalam kubangan ketidaksenonohan. Penolakan kita melakukan hal itu adalah aneh, asing, tidak lazim bagi mereka.

Kata "ketidaksenonohan" dalam ayat 4 juga menunjukkan keinginan yang berlebihan. Kita semua perlu makan, tetapi tidak seharusnya makan secara berlebihan. Kita semua perlu minum, tetapi tidak seharusnya minum terlalu banyak. Paulus pernah berkata kepada Timotius bahwa karena Timotius sering sakit, Timotius harus meminum sedikit arak. Tidaklah masalah bagi seseorang dengan satu kebutuhan yang khusus meminum sedikit arak untuk kesehatannya, tetapi ia tidak seharusnya terlalu banyak minum atau minum secara berlebihan. Jika kita berlebihan makan dan minum, itulah keinginan, kelebihan, ketidaksenonohan. Sebagai kaum beriman, kita seharusnya tidak memiliki ketidaksenonohan apa pun. Dalam makan, minum, berbelanja, dan menggunakan uang, kita harus memiliki batasan. Dalam hal-hal ini tidak boleh ada ketidaksenonohan. Orang-orang dunia mengikuti kubangan ketidaksenonohan untuk menuruti hawa nafsu mereka, tetapi kita tidak ikut cara itu. Mereka mengikuti arus zaman ini, tetapi kita bergerak melawan arus. Bagi mereka, ini sangat aneh.

Ketika orang-orang yang tidak percaya menceburkan diri ke dalam kubangan ketidaksenonohan, mereka menghujat kaum beriman. Ini berarti mereka berbicara jahat tentang kita, berbicara yang menyakitkan kita (Kis. 13:45; 1 Ptr. 2:12; 3:16). Selama zaman Kekaisaran Romawi, tingkah laku kaum beriman dianggap aneh, karena itu mereka difitnah dengan tidak adil dan dituduh melakukan berbagai kejahatan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 2, Berita 26

No comments: