Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 4:3-4
Doa baca: 1 Ptr. 4:4
Sebab itu, mereka heran
bahwa kamu tidak turut menceburkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan
ketidaksenonohan yang sama dan mereka memfitnah kamu.
Dalam
ayat 3 Petrus tidak hanya membicarakan keinginan nafsu, dia juga memasukkan "penyembahan berhala yang terlarang". Di mana ada keinginan nafsu, di sana akan ada penyembahan berhala. Beberapa
orang berkata, "Kami hidup di negara yang modern dan ilmiah. Masyarakat di
sini tidak takhayul. Kami tidak mempunyai berhala apa pun." Faktanya,
setiap orang yang menuruti nafsu memiliki suatu berhala.
Dalam ayat 4 Petrus
melanjutkan, "Sebab
itu, mereka heran (merasa aneh) bahwa kamu tidak turut menceburkan diri
bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama dan mereka
memfitnah kamu." Hidup dalam daging, dalam hawa nafsu (keinginan)
manusia (ayat 2) sudah lazim di antara orang kafir yang tidak percaya, yang menceburkan
diri dalam kubangan ketidaksenonohan. Tetapi menempuh hidup yang kudus dalam
kehendak Allah, tidak menceburkan diri dalam penghamburan hawa nafsu, tidak lazim
bagi mereka. Hal itu adalah sesuatu yang asing, aneh bagi mereka. Mereka heran
dan tercengang olehnya.
Orang-orang dunia heran bahwa
kita tidak menceburkan diri bersama mereka masuk ke dalam kubangan
ketidaksenonohan yang sama. Semua keinginan yang tertera dalam ayat 3 ini
diumpamakan dengan sebuah banjir (kubangan, LAI). Banjir ini adalah suatu arus,
suatu kecenderungan. Setiap kali akhir pekan tiba, orang-orang dunia mengikuti
arus ini untuk menuruti hawa nafsu mereka. Mereka heran bahwa kita, sebagai
kaum beriman, tidak menceburkan diri bersama mereka ke dalam kubangan
keinginan. Seolah-olah kita adalah orang asing bagi mereka. Mereka mungkin
melihat diri kita sebagai orang asing, warganegara lain. Misalnya, andaikata Anda
hidup di Amerika Serikat dan Anda menerima beberapa tamu dari luar negeri,
mereka mungkin asing bagi Anda, dan Anda asing bagi mereka. Kedua pihak akan merasakan
bahwa mereka sedang bersama dengan orang asing. Sama prinsipnya dengan kita
tidak menceburkan diri bersama orang-orang yang tak percaya dan orang-orang dunia
ke dalam kubangan ketidaksenonohan. Penolakan kita melakukan hal itu adalah
aneh, asing, tidak lazim bagi mereka.
Kata "ketidaksenonohan"
dalam ayat 4 juga menunjukkan keinginan yang berlebihan. Kita semua perlu
makan, tetapi tidak seharusnya makan secara berlebihan. Kita semua perlu minum,
tetapi tidak seharusnya minum terlalu banyak. Paulus pernah berkata kepada
Timotius bahwa karena Timotius sering sakit, Timotius harus meminum sedikit
arak. Tidaklah masalah bagi seseorang dengan satu kebutuhan yang khusus meminum
sedikit arak untuk kesehatannya, tetapi ia tidak seharusnya terlalu banyak
minum atau minum secara berlebihan. Jika kita berlebihan makan dan minum, itulah
keinginan, kelebihan, ketidaksenonohan. Sebagai kaum beriman, kita seharusnya
tidak memiliki ketidaksenonohan apa pun. Dalam makan, minum, berbelanja, dan menggunakan
uang, kita harus memiliki batasan. Dalam hal-hal ini tidak boleh ada
ketidaksenonohan. Orang-orang dunia mengikuti kubangan ketidaksenonohan untuk
menuruti hawa nafsu mereka, tetapi kita tidak ikut cara itu. Mereka mengikuti
arus zaman ini, tetapi kita bergerak melawan arus. Bagi mereka, ini sangat
aneh.
Ketika
orang-orang yang tidak percaya menceburkan diri ke dalam kubangan ketidaksenonohan,
mereka menghujat kaum beriman. Ini berarti mereka berbicara jahat tentang kita,
berbicara yang menyakitkan kita (Kis. 13:45; 1 Ptr. 2:12; 3:16). Selama zaman
Kekaisaran Romawi, tingkah laku kaum beriman dianggap aneh, karena itu mereka difitnah
dengan tidak adil dan dituduh melakukan berbagai kejahatan.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 2, Berita 26
No comments:
Post a Comment