Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 4:12
Doa baca: 1 Ptr. 4:12
Saudara-saudara yang
terkasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu
sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.
Dalam ayat 12 Petrus berkata, "Saudara-saudara
yang terkasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan (pengujian) yang
datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas
kamu." Petrus
menganggap penganiayaan yang diderita kaum beriman sebagai tungku yang menyala-nyala
yang digunakan Allah untuk memurnikan hayat mereka. Inilah cara Allah menanggulangi
kaum beriman dalam penghakiman administrasi pemerintahan-Nya, yang dimulai dari
rumah-Nya sendiri (4:17-19). Penganiayaan yang hebat (menyala-nyala) adalah
biasa bagi kaum beriman; mereka tidak seharusnya menganggapnya sebagai sesuatu yang
aneh atau asing, dan mereka seharusnya tidak terkejut dan heran karenanya. Penganiayaan
ini adalah satu pengujian, satu pencobaan.
Petrus menggunakan kiasan
tungku api yang menyala-nyala dalam ayat 12 untuk menyatakan bahwa hari ini Tuhan
menggunakan penganiayaan dan ujian-ujian sebagai pembakaran untuk tujuan yang
positif. Tujuan yang positif dari penganiayaan dan ujian adalah pemurnian hayat
kita. Kita dapat diumpamakan sebagai emas dan perak. Akan tetapi, kita masih
mengandung kotoran. Sebab itu, kita perlu dimurnikan. Seperti emas dan perak
dimurnikan melalui api, kita juga perlu dimurnikan dengan cara demikian. Dalam ayat
12 Petrus mengatakan kepada kaum beriman jangan menganggap nyala api pengujian
sebagai hal yang aneh. Sebagai orang Kristen, kita harus menyadari bahwa nyala api
pengujian adalah biasa. Penganiayaan dan ujian-ujian adalah pengalaman yang biasa
bagi orang-orang Kristen. Hal-hal itu tidak aneh, asing, atau tidak lazim bagi
kita. Sebaliknya, adalah hal-hal yang biasa, karena kita telah ditentukan bagi hal-hal
itu. Nasib kita adalah menderita dalam zaman ini. Tentu saja, ini bukanlah nasib
yang kekal. Allah tidak menakdirkan kita untuk menderita dalam kekekalan, tetapi
Dia pasti menakdirkan kita untuk menderita dalam zaman ini.
Meskipun penganiayaan
merupakan satu ujian yang memurnikan kita melalui pembakaran, namun akhirnya
Petrus mengatakan bahwa dengan mengalami semacam nyala api pengujian kita berbagian
dalam penderitaan Kristus (ay. 13). Di sini Petrus mengatakan bahwa mungkin
saja penderitaan yang dialami orang Kristen adalah penderitaan Kristus.
Bagaimana penganiayaan yang kita derita dapat menjadi penderitaan Kristus? Jika
kita bukan orang Kristen, kita tentu tidak menderita penganiayaan seperti yang
tercantum dalam ayat 12-13. Penganiayaan semacam itu ada dikarenakan kita adalah
orang Kristen, manusia Kristus. Karena kita percaya Kristus, mengasihi Kristus,
memperhidupkan Kristus, memikul kesaksian untuk Kristus, bersaksi bagi-Nya
dalam zaman ini, maka dunia bangkit melawan kita. Zaman ini berada di bawah tangan
si jahat, dan karena itulah orang-orang yang tak percaya menganiaya siapa saja
yang percaya dan bersaksi bagi Kristus. Dalam pandangan Allah penderitaan
semacam ini adalah penderitaan Kristus.
Dalam ayat 13 Petrus
mengatakan bahwa saat kita berbagian dalam penderitaan Kristus, kita harus
bersukacita, supaya pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya kita boleh
bergembira dan bersukacita. Dalam ayat ini Petrus mengatakan tentang bergembira
dan bersukacita. Menurut pengertian saya, ini berarti bahwa kita tidak hanya bersukacita
di dalam batin, tetapi juga akan menyuarakan sukacita kita. Pada saat yang sama,
kita boleh menjulurkan tangan kita dan melompat karena sukacita. Inilah artinya
bergembira dan bersukacita dengan sukaria. Pada saat kemuliaan Tuhan
dinyatakan, kita bersukacita. Saya percaya bahwa kita akan bersorak, bergembira
dan mungkin melompat karena sukacita. Kita akan gembira sepenuhnya, lupa diri karena
sukacita. Hari ini kita mungkin bersukacita, tetapi ketika Tuhan menyatakan
diri, kita akan bergembira dan bersukacita.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 2, Berita 28
No comments:
Post a Comment