Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 4:19
Doa baca: 1 Ptr. 4:19
Karena itu, baiklah juga
mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan dirinya kepada
Pencipta yang setia, sambil terus berbuat baik.
Di kalangan rasul-rasul
terdahulu ada keyakinan yang kuat bahwa Tuhan Yesus segera datang kembali untuk
menghakimi orang dosa yang tidak percaya, yang fasik dan tidak taat kepada
Injil-Nya (2 Tes. 1:6-9). Perkataan Petrus di sini tentu mengacu kepada hal
ini. Dalam pemerintahan Allah, jika orang benar yang sudah mematuhi Injil Allah
dan menempuh hidup yang benar di hadapan Allah, dengan sulit diselamatkan, menderita
aniaya sebagai sarana penghukuman pendisiplinan Allah agar hayatnya bisa
dimurnikan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik, yang tidak taat kepada
Injil Allah dan menempuh hidup yang penuh dosa, bertentangan dengan
pemerintahan-Nya, ketika kebinasaan karena murka-Nya menimpa?
Mungkin kita menganggap
pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta dan kembalinya Tuhan adalah dua
puncak punung yang megah yang dilihat oleh rasul-rasul. Pada hari Pentakosta, ketika
Allah mencurahkan Roh-Nya untuk karunia keselamatan, Tuhan telah membuka pintu
bagi semua orang dosa agar beroleh selamat. Mula-mula, pintu terbuka bagi
orang-orang Yahudi, kemudian terbuka bagi orang-orang kafir. Karena
mengharapkan Tuhan Yesus cepat kembali, rasul-rasul tidak jelas bahwa di antara
puncak Pentakosta dan puncak kedua kedatangan kembali Tuhan ada satu celah. Jika
kita membaca Surat Kiriman Paulus, kita akan nampak bahwa Paulus juga
mengharapkan Tuhan Yesus cepat kembali. Rasul-rasul dahulu kurang paham tentang
celah yang ada di antara hari Pentakosta dengan kedatangan Tuhan. Ketika mereka
bertanya kapan Tuhan Yesus datang kembali, Tuhan memberi tahu mereka, hanya
Bapa yang tahu (Kis. 1:6-7). Bapa menyimpan rahasia ini di dalam Dia. Sebab
itu, Tuhan Yesus tidak dapat sembarangan mewahyukan perkara ini kepada
murid-murid. Telah kita katakan, rasul-rasul hanya bisa melihat dua puncak.
Petrus mengambil kesimpulan dalam ayat 19, "Karena
itu, baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah,
menyerahkan dirinya kepada Pencipta yang setia, sambil terus berbuat
baik." Kehendak Allah di sini
ialah menginginkan kita dan sudah menetapkan kita untuk menderita karena
Kristus (3:17; 2:15; 1 Tes. 3:3).
Secara harfiah
"menyerahkan" berarti "menyerahkan sebagai suatu simpanan,
deposito, seperti dalam Luk. 12:48; Kis. 20:32; 1 Tim. 1:18; 2 Tim. 2:2. Ketika
kaum beriman menderita aniaya atas tubuh mereka, khususnya dalam hal martir,
mereka seharusnya menyerahkan jiwa mereka sebagai deposito kepada Allah,
Pencipta yang setia, seperti Tuhan menyerahkan roh-Nya kepada Bapa (Luk. 23:46).
Penganiayaan hanya dapat mencelakai tubuh kaum beriman yang menderita, tidak
dapat mencelakai jiwa mereka (Mat. 10:28). Jiwa mereka dijaga oleh Tuhan
Pencipta yang setia, mereka seharusnya bekerja sama dengan Tuhan melalui
penyerahan mereka di dalam iman.
Menurut ayat 19, kaum beriman
harus berbuat baik, menyerahkan jiwanya kepada Pencipta yang setia. "Berbuat
baik" di sini menyatakan perbuatan yang benar, baik, dan terhormat.
Pencipta dalam ayat 19 bukan
Pencipta dari ciptaan baru dalam kelahiran baru, melainkan Pencipta dari ciptaan
lama. Penganiayaan adalah penderitaan dalam ciptaan lama. Sebagai pencipta
kita, Allah sanggup melindungi jiwa yang diciptakan-Nya bagi kita. Bahkan, Dia
menghitung rambut kita (Mat. 10:30). Dia penuh kasih dan setia. Perawatan-Nya
yang penuh kasih dan setia (5:7) menyertai keadilan-Nya dalam administrasi
pemerintahan-Nya. Ketika Dia menghakimi kita, keluarga-Nya, dalam
pemerintahan-Nya, kasih-Nya tetap merawat kita dengan setia. Ketika kita mengalami
penghakiman pendisiplinan-Nya yang adil atas tubuh kita, kita harus menyerahkan
jiwa kita kepada perawatan-Nya yang setia.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 2, Berita 29
No comments:
Post a Comment