Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 5:1
Doa Baca: 1 Ptr. 5:1
Aku menasihatkan para
penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan
Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan
kelak.
Dalam 5:1-4 Petrus berbicara
kepada para penatua. Para penatua adalah para penilik gereja, orang-orang yang
memegang pemimpin di antara kaum beriman dalam hal-hal rohani (Ibr. 13:17). Terlebih
dulu rasul menasihati mereka, mengharapkan supaya mereka mau memelopori
menderita bagi Kristus secara terhormat.
Dalam 5:1 Petrus menyebut dirinya
sendiri sebagai saksi penderitaan Kristus. Petrus dan rasul-rasul terdahulu adalah
saksi-saksi Kristus (Kis. 1:8), bukan hanya sebagai saksi mata yang mempersaksikan
apa yang mereka lihat dari penderitaan Kristus (Kis. 5:32; 10:39), tetapi juga sebagai
martir yang meneguhkan kesaksian mereka dengan menderita sebagai martir
bagi-Nya (Kis. 22:20; 2 Kor. 1:8-9; 4:10-11; 11:23; 1 Kor. 15:31). Ini adalah
mengambil bagian dalam penderitaan Kristus (1 Ptr. 4:13), mengambil bagian
dalam persekutuan penderitaan-Nya (Flp. 3:10).
Petrus juga berkata dalam 5:1
bahwa dia pertama-tama adalah seorang saksi, seorang martir, orang yang
mengambil bagian dalam penderitaan Kristus, kemudian mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya
(Rm. 8:17). Kristus sendiri telah menempuh jalan yang sama (1 Ptr. 1:11; Luk.
24:26).
Dalam bahasa Yunani saksi dan
martir adalah kata yang sama. Ini menunjukkan bahwa kita perlu memikul
kesaksian sebagai saksi, walaupun dengan risiko menjadi martir, mengorbankan
nyawa kita. Inilah yang dilakukan Petrus. Pada hari Pentakosta Petrus memberi
satu kesaksian yang kuat, mempersaksikan penderitaan Kristus. Dia dengan berani
mengatakan kepada orang Yahudi bahwa mereka telah menyalibkan Tuhan Yesus. Akan
tetapi, sebelum hari Pentakosta, Petrus tidak berani. Sebaliknya, dia takut. Pada
malam Tuhan Yesus dikhianati, Petrus menyangkal bahwa dia adalah salah seorang
pengikut-Nya. Di hadapan Tuhan, Petrus menyangkal Tuhan. Sebenarnya, itu bukan
Petrus, sebuah batu; itu adalah Simon, sebuah gumpalan tanah liat. Tetapi pada
hari Pentakosta, Petrus mempunyai keberanian menegur orang-orang Yahudi karena
menyalibkan Tuhan Yesus. Setelah itu, Petrus mulai menderita penganiayaan. Dia
ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Dia rela menempuh bahaya atas
nyawanya demi menjadi saksi bagi Tuhan Yesus.
Sudah pasti, Petrus mengingat
firman Tuhan dalam Kisah Para Rasul 1 tentang saksi-saksi. Ketika murid-murid
bertanya kepada Tuhan tentang pemulihan kerajaan Israel, Dia menjawab, "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan
waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan
menerima kuasa bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksi-saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung
bumi"
(Kis. 1:7-8). Petrus adalah orang pertama yang menjadi saksi semacam ini. Dia
adalah seorang saksi terkemuka, seorang martir, seorang yang mau mengorbankan nyawanya
untuk mempersaksikan penderitaan Kristus. Akhirnya, Petrus sendiri dibunuh
sebagai martir. Dia mengorbankan nyawanya sebagai bagian dari kesaksiannya bagi
Kristus. Inilah penggenapan firman Tuhan kepadanya dalam Yohanes 21:18, perkataan
tentang, "bagaimana Petrus akan mati
dan memuliakan Allah" (Yoh. 21:19). Ketika Petrus menulis suratnya yang
pertama, dia sudah cukup tua. Ketika dia menulis suratnya yang kedua, dia tahu
bahwa waktunya untuk mati martir sudah dekat. Ketika Petrus
menulis surat-surat ini, dia mengingat kata-kata nubuat Tuhan mengenai dia. Dalam
5:1 kita melihat bahwa Petrus mempunyai tiga status. Dia adalah seorang rekan penatua,
dia adalah seorang saksi penderitaan Kristus, dan dia adalah seorang yang
berbagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 2, Berita 32
No comments:
Post a Comment