Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 4:1
Doa baca: 1 Ptr. 4:1
Jadi, karena Kristus
telah menderita secara badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan
pikiran yang demikian -- karena siapa yang telah menderita secara badani, ia
telah berhenti berbuat dosa.
Satu
tujuan utama dari kitab ini adalah mendorong dan menasihati kaum beriman untuk
mengikuti jejak Kristus saat mereka menderita aniaya (1:6-7; 2:18-25; 3:8-17;
4:12-19). Mereka harus memiliki pikiran yang sama dengan pikiran Kristus dalam penderitaan-Nya
(3:18-22). Fungsi utama pikiran adalah untuk mengerti dan memahami. Untuk
menempuh hidup yang mengikuti jejak Kristus, kita memerlukan pikiran yang
diperbarui (Rm. 12:2) untuk mengerti dan memahami jalan hidup Kristus guna
menggenapkan kehendak Allah.
Mempersenjatai
diri kita dengan pikiran Kristus berarti mempersenjatai diri dengan pikiran dan
konsepsi Kristus. Ini secara tidak langsung menyatakan bahwa kita mengubah cara
kita berpikir. Banyak orang Kristen mengira asal seseorang mengasihi Allah dan
melakukan kehendak-Nya, ia ada di bawah berkat-Nya dan tidak akan menderita apa
pun. Umumnya orang-orang Kristen mempunyai konsepsi bahwa siapa saja yang
mengasihi Tuhan tidak akan tertimpa penderitaan. Tetapi bagaimana dengan kehidupan
Kristus? Apakah Dia tidak mengasihi Allah? Apakah Dia tidak melakukan kehendak Allah?
Kristus mengasihi Allah sampai pada puncaknya, dan Dia melakukan kehendak Allah
dengan penuh dan mutlak. Tetapi apa yang terjadi pada Dia dalam kehidupan-Nya?
Seumur hidup-Nya di bumi sepertinya tidak ada berkat, hanya ada penderitaan. Dia
dilahirkan dalam satu keluarga miskin, satu keluarga yang tidak terhitung kelas
tinggi. Memang, keluarga itu keturunan Daud, jadi dari keturunan raja. Tetapi ketika
Tuhan Yesus dilahirkan, keluarga raja ini sangat miskin. Selain itu, keluarga
ini tidak tinggal di Yerusalem, tetapi di Nazaret, kota yang dipandang rendah
di Galilea. Galilea dapat dibandingkan dengan satu negara bagian yang termiskin
di Amerika Serikat, satu negara bagian yang tidak dapat disamakan dengan negara-negara
bagian lain yang penduduknya kaya dan mempunyai populasi yang besar. Tuhan
Yesus tinggal di Nazaret selama lebih dari 30 tahun. Pada awal kehidupan-Nya,
Dia diletakkan di palungan, dan pada akhir hidup-Nya, Dia diletakkan di atas
salib. Di mana kita dapat melihat berkat Allah dalam kehidupan Tuhan? Dia memikul
penderitaan demi penderitaan. Dia tidak mempunyai nama baik, Dia tidak mempunyai
tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Inilah cara kehidupan Tuhan Yesus ketika
Dia di bumi. Kehidupan-Nya adalah kehidupan penderitaan.
Kita
perlu mempersenjatai diri sendiri, memperlengkapi diri sendiri dengan pikiran
Kristus. Ini menyatakan bahwa pikiran Kristus adalah senjata, satu bagian dari persenjataan
yang diperlukan dalam peperangan bagi Kerajaan Allah.
Jika
kita mempersenjatai diri kita dengan pikiran Kristus untuk menderita, kita akan
mau menanggung penderitaan. Kita akan berkata, "Puji Tuhan bahwa
penderitaanku adalah bagian dari nasibku. Allah telah menetapkan ini untukku.
Penderitaan adalah bagian anak-anak Allah dalam zaman ini." Dalam 1 Tesalonika
3 Paulus mengatakan kepada kaum beriman bahwa Allah telah menetapkan kita untuk
penderitaan dan penganiayaan. Allah tidak menetapkan kita bagi berkat materi;
Dia telah menetapkan kita bagi penderitaan. Sebab itu, mengetahui bahwa Kristus
menderita di dalam daging (secara badani), kita juga perlu mempersenjatai diri kita
dengan pikiran yang sama. Kita tidak seharusnya mempunyai pikiran berdoa untuk berkat
materi. Itu berarti memiliki pikiran yang salah.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 2, Berita 26
No comments:
Post a Comment