Hitstat

08 August 2016

2 Petrus - Minggu 6 Senin



Pembacaan Alkitab: 2 Ptr. 2:10-12
Doa baca: 2 Ptr. 2:12
Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat, mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar.


Dari 2:10 sampai akhir pasal 2 ini, para guru palsu dan para pengikutnya kembali disingkapkan, seperti yang disingkapkan dalam ayat 1-3. Dalam penanggulangan pemerintahan Allah, mereka secara khusus akan ditahan di bawah hukuman untuk hari penghakiman, karena mereka menuruti daging, menyenangkan diri dalam pengumbaran hawa nafsu yang mencemarkan dan dalam kemewahan yang bobrok, dan menghina pemerintahan Tuhan, memberontak terhadap kekuasaan Tuhan (ayat 10, 13-14, 18). Karena itu, mereka menjadi orang-orang yang seperti: (1) hewan yang tidak berakal (ayat 12); (2) noda dan cela di antara kaum beriman yang adalah harta mustika Allah (ayat 13); (3) Bileam yang meninggalkan jalan yang lurus demi keuntungan yang tidak benar (ayat 15); (4) mata air yang kering dan kabut yang dihalau topan (ayat 17-19); (5) anjing-anjing dan babi-babi betina yang menjadi tercemar baik dalam maupun luarnya (ayat 20-22).

Petrus berkata bahwa guru-guru palsu itu menghina pemerintahan Allah. Di sini "pemerintahan Allah" tentu saja termasuk Kristus Tuhan yang diurapi dan ditetapkan oleh Allah dan yang adalah pusat dari pemerintahan, pengaturan, dan kekuasaan ilahi (Kis. 2:36; Ef. 1:21; Kol. 1:16).

Petrus juga mengatakan bahwa guru-guru palsu itu begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat makhluk-makhluk yang mulia. Mereka begitu berani yaitu menyenangkan diri sendiri, mencari kesenangan bagi diri sendiri. Dalam bahasa Yunani, istilah yang diterjemahkan "makhluk-makhluk yang mulia" secara harfiah berarti kemuliaan, mungkin mengacu kepada para malaikat dan manusia yang memiliki kekuasaan dan kedudukan (ayat 11; Yud. 9; Tit. 3:1-2).

"Tidak berakal" dalam ayat 12 mengacu kepada tidak memiliki perasaan terhadap persoalan moral. Perasaan tertinggi dalam diri manusia adalah roh manusia, dengan hati nurani sebagai bagian utamanya. Sejak kejatuhan manusia, hati nurani telah mengendalikan manusia di bawah pemerintahan Allah. Ada orang yang tumpul perasaannya (Ef. 4:19), karena telah melepaskan kesadaran hati nurani mereka oleh penyangkalan mereka terhadap Allah (Rm. 1:23-32). Para bidah abad pertama, sepertilah orang-orang Saduki dalam agama Yahudi kuno (Kis. 23:8), dan para modernis dalam kekristenan hari ini, mereka termasuk di dalam kategori ini. Mereka menyangkal Tuhan sampai pada puncaknya sehingga hati nurani mereka dicap dengan besi panas dan telah kehilangan kesadarannya (1 Tim. 4:2), bahkan seakan-akan mereka tidak memiliki roh (Yud. 10, 19). Karena itu, mereka menjadi seperti hewan yang tidak berakal, seperti makhluk yang hidup berdasarkan naluri, yang dilahirkan secara alami untuk ditangkap, melalui nafsu mereka, oleh Iblis, pemusnah manusia, sehingga mereka dirusak hingga binasa.

Petrus mengatakan bahwa orang-orang yang menjadi seperti hewan yang tidak berakal telah dilahirkan untuk ditangkap dan dibinasakan. Kata "untuk" secara harfiah berarti sampai kepada dan menunjukkan bahwa mereka ditetapkan untuk ditangkap hingga dibinasakan, menjadi hamba-hamba kebinasaan (ayat 19). Tetapi dengan suplai hayat melalui persediaan ilahi (1:3-4) kita dapat terlepas dari perusakan yang membawa kebinasaan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Petrus, Berita 10

No comments: