Pembacaan Alkitab: 2 Ptr. 2:10-12
Doa baca: 2 Ptr. 2:12
Tetapi mereka itu sama
dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan
untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka
ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat, mereka sendiri akan binasa
seperti binatang liar.
Dari 2:10
sampai akhir pasal 2 ini, para guru palsu dan para pengikutnya kembali
disingkapkan, seperti yang disingkapkan dalam ayat 1-3. Dalam penanggulangan
pemerintahan Allah, mereka secara khusus akan ditahan di bawah hukuman untuk
hari penghakiman, karena mereka menuruti daging, menyenangkan diri dalam
pengumbaran hawa nafsu yang mencemarkan dan dalam kemewahan yang bobrok, dan
menghina pemerintahan Tuhan, memberontak terhadap kekuasaan Tuhan (ayat 10,
13-14, 18). Karena itu, mereka menjadi orang-orang yang seperti: (1) hewan yang
tidak berakal (ayat 12); (2) noda dan cela di antara kaum beriman yang adalah
harta mustika Allah (ayat 13); (3) Bileam yang meninggalkan jalan yang lurus
demi keuntungan yang tidak benar (ayat 15); (4) mata air yang kering dan kabut
yang dihalau topan (ayat 17-19); (5) anjing-anjing dan babi-babi betina yang
menjadi tercemar baik dalam maupun luarnya (ayat 20-22).
Petrus
berkata bahwa guru-guru palsu itu menghina pemerintahan Allah. Di sini
"pemerintahan Allah" tentu saja termasuk Kristus Tuhan yang diurapi
dan ditetapkan oleh Allah dan yang adalah pusat dari pemerintahan, pengaturan,
dan kekuasaan ilahi (Kis. 2:36; Ef. 1:21; Kol. 1:16).
Petrus juga
mengatakan bahwa guru-guru palsu itu begitu berani dan angkuh, sehingga tidak
segan-segan menghujat makhluk-makhluk yang mulia. Mereka begitu berani yaitu
menyenangkan diri sendiri, mencari kesenangan bagi diri sendiri. Dalam bahasa
Yunani, istilah yang diterjemahkan "makhluk-makhluk yang mulia"
secara harfiah berarti kemuliaan, mungkin mengacu kepada para malaikat dan
manusia yang memiliki kekuasaan dan kedudukan (ayat 11; Yud. 9; Tit. 3:1-2).
"Tidak
berakal" dalam ayat 12 mengacu kepada tidak memiliki perasaan terhadap
persoalan moral. Perasaan tertinggi dalam diri manusia adalah roh manusia,
dengan hati nurani sebagai bagian utamanya. Sejak kejatuhan manusia, hati
nurani telah mengendalikan manusia di bawah pemerintahan Allah. Ada orang yang
tumpul perasaannya (Ef. 4:19), karena telah melepaskan kesadaran hati nurani
mereka oleh penyangkalan mereka terhadap Allah (Rm. 1:23-32). Para bidah abad
pertama, sepertilah orang-orang Saduki dalam agama Yahudi kuno (Kis. 23:8), dan
para modernis dalam kekristenan hari ini, mereka termasuk di dalam kategori
ini. Mereka menyangkal Tuhan sampai pada puncaknya sehingga hati nurani mereka
dicap dengan besi panas dan telah kehilangan kesadarannya (1 Tim. 4:2), bahkan
seakan-akan mereka tidak memiliki roh (Yud. 10, 19). Karena itu, mereka menjadi
seperti hewan yang tidak berakal, seperti makhluk yang hidup berdasarkan
naluri, yang dilahirkan secara alami untuk ditangkap, melalui nafsu mereka,
oleh Iblis, pemusnah manusia, sehingga mereka dirusak hingga binasa.
Petrus mengatakan
bahwa orang-orang yang menjadi seperti hewan yang tidak berakal telah
dilahirkan untuk ditangkap dan dibinasakan. Kata "untuk" secara
harfiah berarti sampai kepada dan menunjukkan bahwa mereka ditetapkan untuk
ditangkap hingga dibinasakan, menjadi hamba-hamba kebinasaan (ayat 19). Tetapi
dengan suplai hayat melalui persediaan ilahi (1:3-4) kita dapat terlepas dari
perusakan yang membawa kebinasaan.
Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Petrus, Berita 10
No comments:
Post a Comment