Hitstat

18 August 2016

2 Petrus - Minggu 7 Kamis



Pembacaan Alkitab: 2 Ptr. 3:13-14
Doa baca: 2 Ptr. 3:13
Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.


Karena Surat ini membahas pemerintahan Allah, akhirnya Surat ini mengatakan kepada kita bahwa akan ada satu alam semesta yang baru di mana kebenaran akan berhuni (3:13). Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu sepenuhnya akan berada di bawah pemerintahan Allah. Tidak akan ada yang salah; tidak akan ada yang tidak adil atau tidak benar. Dengan demikian, tidak akan perlu ada suatu penghakiman pemerintahan Allah lagi.

Setelah semua benda materi dilenyapkan, janji Allah yang adalah perkataan kekal-Nya akan tetap ada bagi umat tebusan-Nya sebagai sandaran dan pijakan mereka dengan pengharapan akan alam semesta yang baru. Kita tidak seharusnya menaruh pengharapan kita pada unsur-unsur yang kelihatan, tetapi pada apa yang dijanjikan firman Allah mengenai nasib kita, yaitu langit baru dan bumi baru, yang belum pernah kita lihat.

Kebenaran adalah faktor utama yang menjadi dasar pelaksanaan penghakiman pemerintahan Allah atas semua makhluk dalam ciptaan lama-Nya. Karena itu, dalam kedua kitab tentang pemerintahan Allah ini, kebenaran ditekankan berulang-ulang (1 Ptr. 2:23-24; 3:12, 14; 4:18; 2 Ptr. 1:1; 2:5, 7-8, 21; 3:13). Kebenaran ini akan tinggal dalam langit baru dan bumi baru, menjenuhi alam semesta Allah yang baru, dengan menang mempertahankannya secara mutlak di bawah urutan kebenaran Allah, sehingga tidak perlu ada penghakiman lagi.

Dalam ayat 14 Petrus selanjutnya mengatakan, "Sebab itu, Saudara-saudaraku yang terkasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu didapati-Nya tidak bercacat dan tidak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia." Perdamaian adalah buah kebenaran (Ibr. 12:11; Yes. 32:17). Dalam 3:14 Petrus menasihati kita untuk didapatkan oleh Tuhan di dalam perdamaian "tidak bercacat dan tidak bernoda". Para bidah yang meninggalkan jalan yang lurus dan mengikuti jalan kefasikan (2:15), adalah cacat dan noda di antara kaum beriman (2:13); tetapi kaum beriman yang menuntut hidup dalam perdamaian di dalam pemerintahan Allah seharusnya tanpa cacat dan tanpa noda, seperti Tuhan, Sang Anak Domba yang tak bercacat dan tak bernoda (1 Ptr. 1:19).

Supaya siap bagi penghakiman yang akan datang, kita tidak seharusnya hanya didapatkan dalam perdamaian, tetapi kita juga harus diselamatkan dari kebinasaan. Para pengejek menganggap kesabaran Allah terhadap kaum beriman sebagai penundaan, kelambatan, kekendoran (ayat 9). Ini adalah penyimpangan mereka terhadap firman Tuhan yang diucapkan oleh para nabi dalam Kitab Suci dan oleh para rasul dalam pengajaran-pengajaran mereka. Karena itu, Petrus menyuruh kaum beriman untuk menganggap kesabaran Tuhan sebagai kesempatan untuk beroleh selamat, dan bukannya penundaan, tidak memutarbalikkan nubuat-nubuat para nabi atau pengajaran-pengajaran para rasul (termasuk pengajaran Petrus dan pengajaran Paulus), agar mereka tidak dihakimi untuk dibinasakan pada waktu kedatangan Tuhan kelak, seperti yang akan terjadi pada para bidah. Dengan melakukan demikian dan menuntut untuk didapatkan oleh Tuhan dalam perdamaian dengan tak bercacat dan tak bernoda, kaum beriman mempersiapkan dirinya sendiri untuk kedatangan Tuhan dengan penghakiman-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Petrus, Berita 13

No comments: