Pembacaan Alkitab: Ibr. 13:8-15
Dengan melihat susunan perabotan
tabernakel, kita dapat nampak bagaimana Kristus sebagai jalan dan perlombaan,
dan bagaimana satu perlombaan berubah menjadi banyak jalan. Seperti telah kita
ketahui, mezbah dan bejana pembasuhan berada di pelataran luar; meja roti
sajian, kaki pelita, dan mezbah pembakaran ukupan ada dalam tempat kudus;
sedang tabut kesaksian dengan buli‑buli emas, tongkat yang bertunas, dan batu
loh kesaksian, berada dalam tempat maha kudus. Mezbah, bejana pembasuhan, mezbah
pembakaran ukupan, dan tabut membentuk sebuah garis bujur, sedang meja roti
sajian dan kaki pelita membentuk sebuah garis lintang. Kedua garis itu
membentuk salib. Setiap benda itu melambangkan satu aspek dari Kristus.
Perhatikanlah pengalaman seorang dosa
yang datang kepada Kristus. Pertama‑tama ia datang ke mezbah di mana ia
berlutut, mengaku dosa, dan menerima Kristus sebagai Pengganti, Penebus, dan
Juruselamat. Di mezbah ini ia mulai menikmati Kristus. Setelah menikmati
Kristus di mezbah, Ia menuju ke bejana pembasuhan yang menandakan Sang Penebus
ini telah menjadi Roh pemberi‑hayat (1 Kor. 15:45b; 2 Kor. 3:17); di situ ia
mengalami pembasuhan air hayat. Pembasuhan air dalam bejana pembasuhan berbeda
dengan pembasuhan darah di mezbah. Kalau darah di mezbah membasuh dosa‑dosa
kita, maka air di bejana pembasuhan membasuh kecemaran bumiah.
Banyak orang Kristen selalu mondar‑mandir
di antara mezbah dan bejana pembasuhan, tetapi kita perlu menempuh jalan lurus
memasuki tempat kudus. Setelah itu kita berbelok ke kanan ke meja roti sajian,
di sana kita menikmati Kristus sebagai roti hayat. Sesudah mendapatkan
perawatan dari Kristus di meja roti sajian, kita harus berbalik badan dan
menempuh jalan lurus menuju kaki pelita. Di kaki pelita ini kita menerima penerangan
dari terang hayat (Yoh. 1:4), yakni terang yang berasal dari perawatan Kristus.
Dari kaki pelita kita berbalik ke belakang lagi menuju ke garis tengah dan
membelok ke kiri ke mezbah pembakaran ukupan untuk menikmati Kristus dalam
kebangkitan sebagai wangi-wangian, yang olehnya kita diperkenan Allah.
Pengalaman atas mezbah pembakaran ukupan ini selanjutnya membawa kita langsung
ke tempat maha kudus. Bila kita berada di tempat maha kudus, barulah kita
berada dalam kemuliaan Allah. Tetapi kita tidak boleh berhenti di sini. Kita
harus maju terus untuk mengalami seluruh isi tabut itu, yakni mendapatkan
perawatan Kristus sebagai manna yang tersembunyi, berbagian atas Kristus
sebagai tongkat yang bertunas, dan mengalami operasi hukum hayat. Operasi hukum
hayat akan membuat kita menjadi reproduksi korporat model standar Allah, untuk
penggenapan kehendak Allah yang kekal. Jalan‑jalan dari mezbah di pelataran
luar sampai ke tabut dalam tempat maha kudus semua adalah jalan kita untuk
menggenapkan ekonomi Allah dan menikmati hak kesulungan. Pada akhirnya, itulah
jalan menuju kesempurnaan, pemuliaan, dan kenikmatan penuh atas diri Allah.
Semua yang kita butuhkan terdapat di jalan ini.
Begitu kita berada di jalan ini,
janganlah kita bimbang dan ragu. Kita harus berlari dalam perlombaan, melupakan
agama Yahudi, kekristenan, dan segala agama lainnya. Begitu kita mulai berlari,
jalan ini segera berubah menjadi perlombaan yang terdiri dari banyak jalan,
yaitu jalan dari mezbah ke bejana. pembasuhan, jalan dari bejana pembasuhan ke
meja roti sajian, jalan dari meja roti sajian ke kaki pelita, jalan dari kaki
pelita ke mezbah pembakaran ukupan, jalan dari mezbah pembakaran ukupan ke
tabut ‑ jalan‑jalan ini membentuk sebuah jalan Allah yang unik.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 56
No comments:
Post a Comment