Pembacaan Alkitab: Ibr. 8:10; Rm. 8:2
Hukum Taurat adalah kesaksian Allah
dan ekspresi Allah. Jika Anda ingin mengetahui Allah adalah Allah yang
bagaimana, Anda harus membaca hukum‑hukum yang dibuat‑Nya. Kalau Anda membaca
kesepuluh perintah, Anda akan nampak bahwa Pembuat hukum‑hukum itu tentu kudus,
benar, pengasih, dan terang. Jadi, kesepuluh perintah membuktikan bahwa Allah
itu kudus dan benar, kasih dan terang. Allah adalah Allah yang kasih dan
terang. Diri‑Nya sendiri adalah kasih dan terang (1 Yoh. 1:5; 4:8), dan Ia
kudus dan benar. Hukum Taurat mempersaksikan bahwa Ia adalah Allah yang
sedemikian. Namun hukum hanya sekadar kesaksian yang harfiah. Ketika Kristus
tiba, kesaksian Allah menjadi hidup. Ia bukan lagi huruf, melainkan satu
persona hidup. Ketika Yesus di bumi, Dialah kesaksian Allah yang hidup. Ke mana
saja ia pergi, Ia selalu mengekspresikan Allah. Apa pun yang Ia lakukan,
katakan, dan pikirkan, selalu mengekspresikan Allah. Karena Dialah perwujudan
Allah, Dialah ekspresi dan kesaksian Allah. Kalau pada masa Perjanjian Lama
Anda ingin tahu Allah adalah Allah yang bagaimana, Anda harus menghubungi hukum
Taurat. Tetapi hari ini kalau Anda ingin mengetahui bagaimana keadaan Allah,
Anda harus datang kepada Yesus Kristus. Kalau pada masa Perjanjian Lama hukum
Taurat menjadi kesaksian Allah, maka pada hari ini, Yesus Kristus adalah
kesaksian Allah yang hidup, penuh, dan memadai.
Berpegang pada konsepsi bahwa hukum
Taurat adalah kesaksian Allah akan membantu kita untuk memahami Ibrani 9.
Ibrani 9:4 mengatakan tentang loh‑loh perjanjian, yaitu loh-loh kesaksian hukum
Taurat. Menurut Ibrani 9, loh‑loh perjanjian ialah benda paling akhir yang
berkaitan dengan Kemah Pertemuan. Dalam tabut ada tiga benda yang lebih dalam
daripada benda‑benda yang terdapat dalam tempat kudus. Benda‑benda dalam tempat
kudus hanyalah permulaan, tetapi yang di dalam tabut adalah perampungan
sempurnanya. Perampungan sempurna dari roti sajian adalah manna yang
tersembunyi, perampungan sempurna dari mezbah ukupan adalah tongkat yang
bertunas, dan perampungan sempurna dari kaki pelita adalah kesaksian. Di antara
semua benda yang berhubungan dengan Kemah Pertemuan, loh kesaksianlah yang
paling puncak. Tidak saja merupakan benda paling puncak, bahkan yang paling
inti, sebab ia berada di tempat yang paling pusat dalam Kemah Pertemuan.
Mengapa Allah tidak menyuruh umat-Nya menaruh
hukum Taurat di mezbah, melainkan di tabut? Jika Allah menaruh hukum Taurat di
mezbah, tentu Dia keliru. Sebab Allah bukan menghendaki manusia memelihara
hukum Taurat. Menurut konsepsi Allah, hukum Taurat ialah kesaksian-Nya. Karena
itu, Ia menaruh hukum-Nya dalam tabut di tempat maha kudus.
Kehendak Allah tidak menyuruh kita berusaha
mematuhi hukum Taurat atau mencoba mengekspresikan-Nya. Pertama-tama, Ia
bermaksud menunjukkan siapa Dia. Bagaimanapun kita menyukai hukum Taurat, kita
tidak akan mungkin memenuhi permintaannya. Lalu apa yang harus Allah lakukan?
Kehendak Allah ialah menaruh hukum-Nya di dalam kita, yaitu bagian batin kita,
bahkan dalam hati kita. Hal itu tidak berarti kita harus mengamalkan hukum
Taurat. Tidak, melainkan berarti hukum itu akan menggarapkan dirinya sampai
ternyata dari dalam kita. Inilah sebabnya Allah menaruh hukum di dalam tabut
dan menaruh tabut di dalam tempat maha kudus. Bagaimana hukum Taurat ini dapat
masuk ke dalam kita? Hanya melalui Kristus. Ketika Kristus masuk ke dalam kita,
hukum itu pun masuk ke dalam kita. Hukum Taurat ada dalam Kristus, sedang
Kristus ada dalam roh kita. Maka Roma 8:2 mengatakan, "Hukum Roh hayat
di dalam Kristus Yesus" (Tl.). Tidak saja hukum Taurat ini ada
dalam Kristus, ia pun Kristus itu sendiri. Ketika Anda percaya Kristus dan
menerima‑Nya sebagai Juruselamat Anda, Anda pun menerima hukum hayat ini.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 63
No comments:
Post a Comment