Pembacaan Alkitab: Rm. 8:29; Ibr. 2:10-11
Jika kita ingin memahami hukum hayat
secara tuntas, kita harus mengerti konsepsi dasar wahyu ilahi dalam Alkitab.
Konsepsi dasar dan inti dalam Alkitab ialah bahwa Allah ingin menggarapkan diri‑Nya
ke dalam kita, agar kita menjadi ekspresi‑Nya yang hidup. Allah ingin
menggarapkan diri‑Nya ke dalam umat pilihan‑Nya, supaya mereka terlahir oleh‑Nya,
menerima‑Nya sebagai hayat, lalu menjadi ekspresi‑Nya. Inilah keinginan dan
tujuan Allah. Jalan satu‑satunya bagi Allah untuk memiliki suatu ekspresi hidup
yang demikian ialah menggarapkan, diri‑Nya ke dalam kita. Sasarannya ialah
Allah menggarapkan diri-Nya ke dalam diri kita, agar kita dapat dilahirkan
oleh-Nya dan agar Ia menjadi hayat kita. Ia menjadi Bapa kita dan kita menjadi
anak-anak-Nya. Sebagai anak-anak-Nya, kita semua memiliki-Nya di dalam kita
sebagai hayat kita. Pada akhirnya, hayat ini akan mengubah dan menyerupakan
kita dengan gambar-Nya, membuat kita menjadi ekspresi-Nya yang hidup di dalam
alam semesta ini.
Cara Allah merampungkan tujuan-Nya
ialah dengan masuk ke dalam kita, agar kita dilahirkan oleh-Nya. Untuk itulah
Allah masuk ke dalam kita di dalam Putra, yakni Yesus Kristus. Yesus Kristus,
yang adalah Putra Allah dan Allah sendiri, adalah gambar Allah. Kolose 1:15
mengatakan bahwa Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Putra adalah
gambar, ekspresi Bapa. Ketika Anda melihat Putra, berarti melihat Bapa. Pada
saat kita percaya kepada-Nya, Putra Allah masuk ke dalam kita. Hal ini tidak
berarti Ia memberi kita sesuatu, melainkan Ia sendiri masuk ke dalam kita.
Bukannya Allah memberi kita sesuatu dan memasukkannya ke dalam kita, tidak,
melainkan Yesus, Putra Allah, yakni Allah sendiri, masuk ke dalam kita sebagai
hayat. Allah tidak mengaruniakan hayat-Nya kepada kita, melainkan Ia masuk ke
dalam kita sebagai hayat. Betapa besarnya perbedaan ini!
Ketika Allah masuk ke dalam kita, Ia
masuk dengan status-Nya sebagai Putra, bukan sebagai Bapa. Hal ini mencakup
masalah tritunggal. Persona yang masuk ke dalam kita justru adalah Allah
sendiri. Namun ketika Ia masuk ke dalam kita, Ia tidak masuk sebagai Bapa,
melainkan sebagai Putra. Bapa ialah sumber, dan Putra ialah ekspresi sumber
itu. Ekspresi dan sumber sebenarnya satu adanya.
Karena Allah masuk ke dalam diri kita
sebagai Putra, maka kita dilahirkan Allah di dalam Putra dan beroleh hak
keputraan (sonship). Ini berarti kita semua telah menjadi putra‑putra
Allah. Kita tidak hanya menjadi orang‑orang berdosa yang diselamatkan, bahkan
menjadi putra‑putra yang dilahirkan Allah. Ini bukan suatu perkara kecil.
Sebelum Yesus Kristus bangkit dari kematian, Allah hanya memiliki seorang
Putra, yaitu Dia, yang disebut Alkitab "Anak‑Nya yang tunggal" (Yoh.
3:16). Sebelum kebangkitan, Kristus adalah Putra Allah satu‑satunya. Tetapi
setelah kebangkitan‑Nya, Ia bukan lagi Putra tunggal Allah, sebab di dalam
kebangkitan Ia telah menjadi Putra sulung di antara banyak saudara (Rm. 8:29).
Berapa banyak anak yang Allah miliki?
Di satu pihak, Yohanes 3:16 mengatakan "Putra tunggal", tetapi
di pihak lain, Ibrani 2:10 mengatakan Allah membawa banyak putra (anak) ke
dalam kemuliaan, dan Roma 8:29 mengatakan bahwa Kristus ialah Putra sulung di
tengah‑tengah banyak saudara. Apakah Allah mempunyai dua golongan putra, golongan
pertama Anak tunggal, golongan kedua ialah anak‑anak yang lain? Tidak, Alkitab
mewahyukan kepada kita bahwa Allah hanya memiliki segolongan anak. Putra sulung
itu Putra Allah dan anak-anak yang banyak itu putra‑putra Allah. Baik Putra
sulung maupun putra‑putra, semua berasal dari satu Bapa yang sama (Ibr. 2:11).
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 64
No comments:
Post a Comment