Hitstat

08 December 2015

Ibrani - Minggu 29 Selasa



Pembacaan Alkitab: Ibr. 13:13


Agama telah menolak Tuhan, telah menjadi suatu perkemahan, menjadi suatu organisasi manusia yang ditolak Tuhan. Babilon besar yang tercantum dalam Wahyu 17 telah menjadi kota duniawi, ruang lingkup bumiah, yang harus ditinggalkan oleh umat Tuhan (Why. 18:4).

Si jahat telah menginjeksikan agama ke dalam darah kita. Karena itu, perkemahan tidak saja berada di luar diri kita, juga berada di dalam kita. Selak Hawa memakan buah pohon pengetahuan tentang yang balk dan yang jahat, agama telah berada dalam darah manusia. Ketika ular menggoda Hawa, ia tidak menyuruh Hawa melakukan hal yang amoral. Ular berkata kepadanya secara agamis, "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kej. 3:1). Di sini kita nampak ular pun dapat membicarakan tentang Allah. Itulah agama. Ular seolah‑olah berkata, "Hawa, aku tahu engkau dan suamimu adalah untuk Allah. Aku di sini tidak membicarakan kesenangan duniawi, tetapi aku ingin membicarakan tentang Allah." Membicarakan soal Allah adalah salah satu aspek agama. Tahukah Anda apa itu agama? Agama adalah pembicaraan tentang Allah. Jawab Hawa kepada ular, "Buah pohon‑pohonan dalam taman ini boleh kamu makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah‑tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati" (Kej. 3:2‑3). Ular itu lalu menjawab, "Sekali‑kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat" (Kej. 3:4‑5). Mengetahui tentang yang baik dan yang jahat itu juga masalah keagamaan. Agama mengajar orang mengenal perkara Allah dan mengenal tentang yang baik dan yang jahat. Pada akhirnya, Hawa memakan buah pohon pengetahuan itu, dan sejak itu agama telah terinjeksi ke dalam darah manusia.

Siapa pun tidak perlu diajar tentang agama, sebab kita semua telah sangat agamis sejak dilahirkan. Maka, jika kita berkhotbah secara agamis, kita akan disambut baik di mana‑mana. Tetapi jika kita memberitakan Injil secara "tempat maha kudus", orang akan berteriak, "Salibkan dia!", seperti yang mereka lakukan atas diri Tuhan. Karena kita dilahirkan dan dibesarkan di dalam agama, maka agama tidak hanya berada dalam konsepsi kita, tetapi juga di dalam diri kita, yakni dalam darah kita. Itulah sebabnya dari hari ke hari kita harus menanggalkan agama, pergi ke luar perkemahan.

Berada di belakang tirai berarti masuk ke tempat maha kudus, tempat Tuhan bertakhta dalam kemuliaan; pergi ke luar perkemahan berarti keluar dari agama, dari sanalah Tuhan telah dibuang karena penolakan. Ini menandakan bahwa kita harus berada di dalam roh kita, tempat maha kudus yang praktis dalam pengalaman kita hari ini, dan berada di luar agama, tempat perkemahan yang praktis hari ini. Semakin kita berada di dalam roh, menikmati Kristus yang surgawi, semakin kita keluar dari perkemahan agama, mengikuti Yesus yang menderita. Dengan berada di dalam roh, menikinati Kristus yang telah dimuliakan, kita dapat keluar dari perkemahan agama untuk mengikuti Yesus yang ditolak. Semakin kita tinggal di dalam roh untuk mengontak Kristus yang surgawi, yang berada dalam kemuliaan, kita akan makin jauh keluar dari perkemahan agama kepada Yesus yang rendah, untuk menderita bersama‑Nya. Melalui mengontak Kristus di surga dan menikmati pemuliaan‑Nya, kita dikuatkan untuk menempuh jalan salib yang sempit di bumi dan menanggung kehinaan Yesus. Kitab Ibrani pertama‑tama memberi kita visi yang jelas tentang Kristus yang surgawi dan tempat maha kudus yang surgawi, kemudian memperlihatkan kepada kita bagaimana menempuh jalan salib di bumi, yaitu pergi kepada Yesus di luar perkemahan, di luar agama, menanggung kehinaan‑Nya. Pergi ke luar perkemahan, menanggung kehinaan‑Nya adalah menempuh jalan salib.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 57

No comments: