Pembacaan Alkitab: Ibr. 13:13
Agama telah menolak Tuhan, telah
menjadi suatu perkemahan, menjadi suatu organisasi manusia yang ditolak Tuhan.
Babilon besar yang tercantum dalam Wahyu 17 telah menjadi kota duniawi, ruang
lingkup bumiah, yang harus ditinggalkan oleh umat Tuhan (Why. 18:4).
Si jahat telah menginjeksikan agama ke
dalam darah kita. Karena itu, perkemahan tidak saja berada di luar diri kita,
juga berada di dalam kita. Selak Hawa memakan buah pohon pengetahuan tentang
yang balk dan yang jahat, agama telah berada dalam darah manusia. Ketika ular
menggoda Hawa, ia tidak menyuruh Hawa melakukan hal yang amoral. Ular berkata
kepadanya secara agamis, "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu
makan buahnya, bukan?" (Kej.
3:1). Di sini kita nampak ular pun dapat membicarakan tentang Allah. Itulah
agama. Ular seolah‑olah berkata, "Hawa, aku tahu engkau dan suamimu adalah
untuk Allah. Aku di sini tidak membicarakan kesenangan duniawi, tetapi aku
ingin membicarakan tentang Allah." Membicarakan soal Allah adalah salah satu
aspek agama. Tahukah Anda apa itu agama? Agama adalah pembicaraan tentang
Allah. Jawab Hawa kepada ular, "Buah pohon‑pohonan dalam taman ini
boleh kamu makan, tetapi
tentang buah pohon yang ada di tengah‑tengah taman, Allah berfirman: Jangan
kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati" (Kej. 3:2‑3). Ular itu lalu menjawab, "Sekali‑kali
kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui bahwa pada waktu kamu memakannya
matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang
baik dan yang jahat" (Kej. 3:4‑5). Mengetahui tentang yang baik dan
yang jahat itu juga masalah keagamaan. Agama mengajar orang mengenal perkara
Allah dan mengenal tentang yang baik dan yang jahat. Pada akhirnya, Hawa
memakan buah pohon pengetahuan itu, dan sejak itu agama telah terinjeksi ke
dalam darah manusia.
Siapa pun tidak perlu diajar tentang
agama, sebab kita semua telah sangat agamis sejak dilahirkan. Maka, jika kita
berkhotbah secara agamis, kita akan disambut baik di mana‑mana. Tetapi jika
kita memberitakan Injil secara "tempat maha kudus", orang akan
berteriak, "Salibkan dia!", seperti yang mereka lakukan atas diri
Tuhan. Karena kita dilahirkan dan dibesarkan di dalam agama, maka agama tidak
hanya berada dalam konsepsi kita, tetapi juga di dalam diri kita, yakni dalam
darah kita. Itulah sebabnya dari hari ke hari kita harus menanggalkan agama,
pergi ke luar perkemahan.
Berada di belakang tirai berarti masuk
ke tempat maha kudus, tempat Tuhan bertakhta dalam kemuliaan; pergi ke luar
perkemahan berarti keluar dari agama, dari sanalah Tuhan telah dibuang karena
penolakan. Ini menandakan bahwa kita harus berada di dalam roh kita, tempat
maha kudus yang praktis dalam pengalaman kita hari ini, dan berada di luar
agama, tempat perkemahan yang praktis hari ini. Semakin kita berada di dalam
roh, menikmati Kristus yang surgawi, semakin kita keluar dari perkemahan agama,
mengikuti Yesus yang menderita. Dengan berada di dalam roh, menikinati Kristus
yang telah dimuliakan, kita dapat keluar dari perkemahan agama untuk mengikuti
Yesus yang ditolak. Semakin kita tinggal di dalam roh untuk mengontak Kristus
yang surgawi, yang berada dalam kemuliaan, kita akan makin jauh keluar dari
perkemahan agama kepada Yesus yang rendah, untuk menderita bersama‑Nya. Melalui
mengontak Kristus di surga dan menikmati pemuliaan‑Nya, kita dikuatkan untuk
menempuh jalan salib yang sempit di bumi dan menanggung kehinaan Yesus. Kitab
Ibrani pertama‑tama memberi kita visi yang jelas tentang Kristus yang surgawi
dan tempat maha kudus yang surgawi, kemudian memperlihatkan kepada kita
bagaimana menempuh jalan salib di bumi, yaitu pergi kepada Yesus di luar
perkemahan, di luar agama, menanggung kehinaan‑Nya. Pergi ke luar perkemahan,
menanggung kehinaan‑Nya adalah menempuh jalan salib.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 57
No comments:
Post a Comment