Pembacaan Alkitab: Bil. 17:10
Janganlah menganggap bani Israel dalam
Bilangan 16 itu tercerai‑berai. Kita harus memandang mereka sebagai persona
kolektif atau persona korporat, yang mencakup Musa, Harun, Korah, Datan, dan
Abiram. Di dalam kita terkandung Musa, Harun, Korah, Datan, dan Abiram. Baik
ambisi maupun pemberontakan ada di dalam diri kita. Kadang-kadang kita tidak
dapat tidak menertawakan diri sendiri, sebab kita begitu berambisi untuk Allah,
tetapi kita juga begitu durhaka. Saya percaya, kita masing‑masing pernah
mengalami, yaitu di satu pihak begitu berambisi dan di pihak lain begitu
durhaka. Kalau Anda tidak ada hati terhadap Allah, Anda tentu tidak pernah
mengalami hal ini. Begitu Anda mulai ada hati terhadap Allah, Anda akan
menyadari bahwa di dalam Anda ada ambisi dan pemberontakan. Pemberontakan
pertama adalah pemberontakan jiwa, pikiran, melawan roh Anda sendiri.
Pemberontakan kedua adalah pemberontakan Anda terhadap orang‑orang yang di atas
atau di depan Anda.
Syukur kepada Allah karena ambisi, dan
di pihak negatif, syukur pula kepada Allah karena pemberontakan. Pemberontakan
dalam Bilangan 16 mendatangkan penghakiman dan pernyataan Allah. Pertama, Allah
menghakimi para pemberontak. Setelah menghakimi unsur pemberontakan, Tuhan
memerintahkan agar perbaraan-perbaraan tembaga milik pemberontak itu ditempa
tipis‑tipis, menjadi salut mezbah dan menjadi tanda bagi orang Israel (Bil.
16:36‑40). Setelah itu, Allah menyuruh Musa meletakkan dua belas tongkat di
hadapan tabut kesaksian‑Nya. Ini bukan untuk penghakiman, melainkan untuk pernyataan.
Dari pernyataan itu nyatalah tongkat yang bertunas. Allah lalu menyuruh Musa
menaruh tongkat Harun di hadapan tabut kesaksian "untuk disimpan
menjadi tanda bagi orang‑orang durhaka." (Bil. 17: 10). Dengan
demikian, di sini terdapat dua tanda ‑ lempengan tembaga untuk salut mezbah,
yang berasal dari akibat penghakiman Allah; dan tongkat bertunas di hadapan
tabut kesaksian Allah, yang berasal dari pernyataan Allah.
Dalam tabut di tempat maha kudus kita
mengalami Kristus sebagai kepemimpinan kita yang sejati. Mengenai kepemimpinan
ini ada dua aspek. Pertama, unsur durhaka yang alamiah harus dibakar di atas
mezbah; kedua, di tempat maha kudus, segala sesuatu yang telah dilahirkan
kembali ke dalam kita dan segala sesuatu yang milik hayat kebangkitan harus
diperkaya, diperkuat, dan dibuat bertunas, berkembang, serta berbuah. Inilah
kepemimpinan yang sejati.
Seorang pemimpin di antara umat Allah
adalah orang yang melayani. Walaupun Anda bukan seorang penatua, juga bukan
seorang pemimpin dalam satu kelompok pelayanan, tetapi Anda tetap adalah orang
yang melayani. Pada prinsipnya, Anda sama dengan seorang pemimpin dalam pelayanan
kepada Tuhan. Setiap anggota gereja adalah orang yang melayani. Pembangunan
Allah tergantung pada orang-orang yang melayani ini. Sebagai orang yang
melayani, unsur‑unsur durhaka di dalam Anda harus dihakimi dan dibakar di
mezbah, sebagai suatu tanda dalam alam semesta, menunjukkan bahwa manusia
alamiah Anda telah ditanggulangi. Namun dalam Anda juga ada unsur lain — unsur kelahiran
kembali, unsur hayat yang adalah Kristus sendiri sebagai hayat kebangkitan.
Jika Anda masuk ke dalam tabut di tempat maha kudus, dan menjamah Kristus
sebagai hayat kebangkitan, unsur ini akan menjadi kepemimpinan Anda dan ia akan
bertunas, berkembang, serta berbuahkan buah badam untuk memberi orang makan.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 61
No comments:
Post a Comment