Pembacaan Alkitab: Bil. 16:36-40
Setiap orang suka menjadi nomor satu.
Di antara kita tidak hanya ada ambisi terhadap, kedudukan, juga ada ambisi
terhadap promosi (kenaikan pangkat). Dalam pelayanan gereja, orang nomor dua
mengharapkan kenaikan pangkat menjadi nomor satu. Sementara itu, mereka yang
telah menjadi orang nomor satu, khawatir sekali kehilangan kedudukannya sebagai
pemimpin. Ambisi untuk kedudukan dan naik pangkat tetap ada di antara kita.
Berambisi tidak saja tidak
menghasilkan apa‑apa, sebaliknya hanyalah mendatangkan penghakiman Allah di
atas diri kita pada aspek negatifnya. Anda jangan mengira diri Anda hanya
seperti Musa. Walau saya tidak tahu apakah Anda Musa, tetapi saya sungguh yakin
bahwa Korah, Datan, dan Abiram juga ada di dalam Anda. Di dalam batin kita
semua terkandung unsur pemberontakan, sebab kita dilahirkan bersamanya; sejak
dilahirkan, kita adalah Korah. Tetapi karena rahmat dan anugerah Allah, unsur
Musa yang sejati juga sedang digarapkan di dalam kita. Tanpa belas kasihan dan
anugerah‑Nya, kita hanya menjadi Korah. Jika dalam Bilangan 16 Korah, Datan,
dan Abiram tidak aktif, mungkin tidak akan terjadi apa‑apa. Namun mereka begitu
berambisi dan seolah‑olah berkata, "Hai Musa dan Harun, hanya kalian
sajakah yang bisa menjadi pemimpin? Bukankah kami juga bisa?" Karena itu,
terjadilah penghakiman Allah. Bumi membuka mulutnya dan menelan Korah, Datan,
dan Abiram (Bil. 16:31‑33), dan "keluarlah api, berasal daripada Tuhan,
lalu memakan habis kedua ratus lima puluh orang yang mempersembahkan ukupan
itu" (Bil. 16:35).
Setelah penghakiman atas
pemberontakan, Allah memerintahkan agar perbaraan‑perbaraan tembaga dari kedua
ratus lima puluh orang yang terbakar itu ditempa tipis‑tipis menjadi salut
mezbah "menjadi suatu tanda peringatan bagi orang Israel" (Bil. 16:36‑40).
Pelat tembaga di atas mezbah ini menjadi tanda peringatan penghakiman Allah
atas pemberontakan. Di sini kita nampak bahwa mezbah bukan hanya tempat
penebusan kita, juga tempat penghakiman kita. Di atas mezbah, unsur alamiah di
dalam kita telah dihakimi, dan penghakiman itu tertinggal sebagai satu tanda,
satu peringatan, juga sebagai satu petunjuk bahwa hayat dan unsur alamiah kita
harus dihakimi dan dibakar.
Dalam Bilangan 16 dan 17 terdapat dua
tanda, satu berada di mezbah, satu lagi berada di tabut. Tanda di mezbah ialah
penghakiman unsur alamiah (Bil. 16:38), sedang tanda di tabut adalah
kebangkitan dari hayat yang telah dibangkitkan (Bil. 17:10). Tongkat yang
bertunas dalam Bilangan 17 bukan hidup dengan sendirinya, melainkan oleh hayat
kebangkitan. Hal ini menunjukkan bahwa terutama unsur hayat alamiah kita harus
dihakimi dan dibakar. Ambisi kita untuk kedudukan dan naik pangkat harus
dibakar. Setiap kali kita masuk ke dalam Kemah Pertemuan, pertama, kita harus
datang ke mezbah dan melihat satu tanda dari penghakiman Allah terhadap unsur
alamiah kita. Baik dosa maupun unsur alamiah kita harus dihakimi di atas mezbah
tembaga itu. Setelah mengalami penghakiman di mezbah, barulah kita boleh maju
ke bejana pembasuhan, meja roti sajian, kaki pelita, mezbah ukupan, dan masuk
ke tabut di tempat maha kudus. Di tabut inilah kita dapat melihat tongkat yang
bertunas. Inilah tanda peringatan kedua.
Tanda pertama, lempengan tembaga di
atas mezbah, mengartikan bahwa unsur alamiah kita harus dihukum dan dibakar. Unsur
negatif ini tidak ada bagian dalam pembangunan Allah. Dalam pembangunan Allah,
setiap hal alamiah tidak ada kedudukannya. Jika Anda ingin mendapat bagian
dalam kepemimpinan, maka Korah, Datan, dan Abiram dalam alamiah Anda harus
dihakimi dan dibakar, dan penghakiman itu harus meninggalkan satu tanda peringatan
bagi Anda. Kapan saja Anda datang melayani Allah, Anda, akan melihat tanda
peringatan itu di atas mezbah. Jika kita ingin mengambil bagian dalam pelayanan
kepada Allah, kita harus tahu bahwa unsur alamiah kita harus dihakimi. Tidak
peduli Anda ingin menjadi yang pertama atau yang terakhir, Anda tetap harus
dihakimi dan dibakar di atas mezbah. Hal yang pertama dalam pembangunan Allah
ialah penghakiman‑Nya.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 62
No comments:
Post a Comment