Pembacaan Alkitab: Kel. 4:10, 14, 16
Dalam berita ini kita akan membahas
masalah tongkat yang bertunas (Ibr. 9:4; Bil. 17:1-10). Bila kita ingin memahami tongkat yang
bertunas, kita harus mengetahui sedikit latar belakangnya. Kehendak Allah ialah
ingin memperoleh sekelompok manusia menjadi ekspresi-Nya yang korporat untuk mengekspresikan dan
mewakili-Nya, agar Ia memiliki suatu daerah kekuasaan,
yaitu suatu kerajaan, untuk melaksanakan ekonomi kekal-Nya. Fokus wahyu ilahi ialah Allah yang kekal
mempunyai satu kehendak, yakni ingin memperoleh sekelompok manusia sebagai satu
unit korporat untuk menampung diri-Nya,
menjadi satu dengan-Nya, dan membiarkan Ia bersatu dengan mereka,
supaya mereka menjadi ekspresi hidup dari Allah yang tidak kelihatan, bahkan
agar Allah bisa memiliki satu kerajaan di bumi untuk melaksanakan ekonomi-Nya, untuk kemuliaan-Nya, dan untuk menanggulangi musuh-Nya. Inilah tujuan Allah ketika Ia memanggil
bani Israel keluar dari Mesir, menjadikan mereka bangsa atau umat yang terpilih
dan terpanggil.
Sebagai umat yang demikian, keluarlah
bani Israel dari Mesir dan menjelajahi padang gurun menuju sasaran Allah.
Jumlah mereka saat itu paling sedikit satu atau dua juta orang, sebab laki-laki yang bisa berperang saja lebih dari enam
ratus ribu orang (Bil. 1:45-46).
Karena jumlah orang Israel begitu banyak, maka perlu ada pembangunan umat Allah
itu, seperti halnya pada hari ini. Untuk pembangunan umat Allah, perlu ada
kekuasaan. Dengan istilah hari ini, perlu ada kepemimpinan. Kepemimpinan di
antara bani Israel merupakan kepemimpinan korporat yang terdiri dari mininial dua orang: Musa, mewakili aspek
kekuasaan dan Jabatan raja, Harun mewakili aspek gambar dan jabatan imam.
Agar umat Allah dapat mengekspresikan
Allah dan mewakili-Nya, perlu ada jabatan imam dan jabatan raja.
Perjanjian Baru mengatakan dengan jelas bahwa dalam penebusan-Nya, Allah telah menjadikan kita imam dan raja
(Why. 1:5-6; 5:9-10).
Kita memiliki jabatan imam agar kita dapat mengekspresikan Allah. Hal ini
berkaitan dengan gambarAllah. Jabatan raja adalah untuk kekuasaan Allah. Allah
menciptakan manusia menurut gambar-Nya
dan memberi-Nya kekuasaan atas segala makhluk (Kej. 1:26).
Inilah jabatan raja untuk Kerajaan Allah. Dalam gereja hari ini masih perlu ada
jabatan imam untuk mengekspresikan Allah dan jabatan raja untuk mewakili Allah.
Dalam Kerajaan Seribu Tahun yang akan datang, kita akan menjadi imam‑imam yang
mengekspresikan Allah, dan raja‑raja, yang mewakili‑Nya (Why. 20:6). Tidak
hanya demikian, di Yerusalem Baru dalam kekekalan kita tetap menjadi imam dan
raja (Why. 22:3‑5) yang di satu pihak mengekspresikan Allah melalui jabatan
imam kita, dan di pihak lainnya mewakili Dia melalui kuasa‑Nya dalam jabatan
raja kita. Dari Kejadian 1 hingga Wahyu pasal terakhir, pembicaraan Alkitab
tentang kedua aspek dari umat Allah yang korporat ini sangatlah konsisten.
Musa mewakili jabatan raja, Harun
mewakili jabatan imam, keduanya telah disiapkan bagi kepemimpinan Allah. Mereka
berdua bersama‑sama dibangkitkan dan dibangunkan. Setelah Musa menyelesaikan
pendidikannya di istana Firaun, Allah tidak segera mengangkatnya menjadi
pemimpin. Allah membawanya ke padang gurun, dan di situlah Allah mendirikan
kepemimpinannya. Alkitab tidak memberi kita catatan yang jelas tentang kepemimpinan
Harun, tetapi pada prinsipnya, Harun juga perlu mengalami tangan pembangunan
Allah. Sewaktu Musa berkata kepada Allah, ia tidak "pandai bicara"
(Kel. 4:10). Allah lalu mengatakan bahwa Harun, kakaknya, pandai bicara,
dan dialah yang akan menjadi "penyambung lidah"nya, sedang
Musa akan "menjadi seperti Allah baginya" (Kel. 4:14, 16).
Hanya setelah Musa dan Harun dibangunkan menjadi pemimpin, barulah mereka dapat
memimpin orang.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 61
No comments:
Post a Comment